Lomba mewarnai dalam rangka peringatan Nuzulul Qur’an di Aula KBRI Beijing
(Faqih/BUAA/LPB)
(Faqih/BUAA/LPB)
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
KABARMUTIONGKOK.ORG - Beijing, 19/05/19. Kita merupakan seorang anak dari ibu maupun ayah kita sekalipun usia kita yang bisa dikatakan sudah tak muda lagi. Oleh karena itu, perlu kita garis bawahi bahwa ajaran agama Islam mengajarkan kita agar selain beribadah kepada Allah SWT juga sebagaimana yang dituliskan dalam penggalan QS. Lukman:14 Allah SWT berfirman “اَنِ اشْكُرْ لِيْ وَلِوَالِدَيْكَۗ” yang artinya: Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada orang tuamu. “Terdapat pesan dari Allah SWT untuk tidak melupakan jati diri kita karena kita masing-masing adalah seorang anak, Allah SWT tidak mungkin langsung menurunkan kita ke atas muka bumi ini kalau tidak melalui ayah dan ibu kita”, terang Ustadz Taufiq seorang Da’I Ambassador dan Dompet Dhuafa-Indonesia.
Allah SWT mengingatkan kepada kita bahwa setiap ayah dan ibu kita menginginkan kita sebagai anak yang shaleh dan shalehah meski seburuk apapun perilaku orang tua tapi mereka tidak menginginkan anaknya untuk mengikuti jejak keburukannya dan dijelaskan dalam QS. Al-Kahfi:46 bahwa Allah SWT berfirman:
اَلْمَالُ وَالْبَنُوْنَ زِيْنَةُ الْحَيٰوةِ الدُّنْيَاۚ وَالْبٰقِيٰتُ الصّٰلِحٰتُ خَيْرٌ عِنْدَ رَبِّكَ ثَوَابًا وَّخَيْرٌ اَمَلًا
Artinya: “Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amal kebajikan yang terus-menerus adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan”.
Ustadz Taufiq menerangkan kepada jama’ah yaitu “Dari semua keinginan-keinginan kita khususnya orangtua kita terhadap perhiasan di dunia yang sifatnya kekal dan abadi adalah anak-anak yang shaleh dan membawa kebaikan. Semua manusia khususnya para orangtua menginginkan perhiasan dunia yang kekal dan abadi dan ini nanti akan diwujudkan dalam bentuk pengabdian kita kepada orangtua kita yang disebut dengan “بِرُّ الْوَالِدَيْنِ” artinya berbakti kepada orangtua. Inilah yang diharapkan oleh orang tua terhadap kita sebagai anaknya dan itu merupakan “خَيْرٌ اَمَلً” atau harapan yang sebaik-baiknya karena pahala mempunyai anak keturunan yang shaleh dan shalehah itu tidak hanya kebaikannya dalam kehidupan di dunia akan tetapi akan dibawa nanti kebaikannya sampai alam akhirat atau alam baka”. “Kalau kelak kita akan menjadi orangtua, kita pun akan berharap hal yang demikian yaitu mempunyai anak yang shaleh dan shalehah”, terang Ustadz Taufiq.
Suasana Penyampaian Ceramah Oleh Ustadz Taufiq
(Firmansyah/PCIMT/LPB)
(Firmansyah/PCIMT/LPB)
Itulah pentingnya kita ini diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW termasuk ketika mengajarkan kepada para sahabatnya dahulu untuk membentuk keluarga yang mempunyai anak keturunan yang shaleh dan shalehah perlu mementingkan kehidupan sebelum “Prenatal Education” atau edukasi sebelum kelahiran, seperti halnya memilih jodoh atau pasangan hidup untuk kita. Ustadz Taufiq menjelaskan bahwa “Jika kita boleh mengkaji kembali, Nabi Muhammad SAW mengajarkan kepada kita bahwa jodoh itu kita dapat memilihnya. Kita pernah mendengar penggalan dalam suatu Hadits yang menyatakan “rezeki, jodoh atau maut itu ada di tangan tuhan”, percaya atau tidak percaya akan tetapi sebenarnya jika kita melihat Haditsnya tidak ada bahwa manusia itu sudah ditentukan rezeki, maut dan jodohnya sejak waktu baru ditiupkan rohnya ke dalam tubuh kita saat dalam kandungan. Diciptakannya manusia berupa air sperma yang kemudian 40 hari berikutnya menjadi segumpal darah lalu 40 hari berikutnya lagi menjadi segumpal daging atau dalam kurun waktu kurang lebih 4 bulan ditiupkannya ruh ke dalam jasad kita kemudian pada saat itu kita ditentukan ajalnya, rejekinya termasuk nanti amalnya kemudian pekerjaannya mau jadi seperti apa tapi tidak ada dalam teks Hadits itu sudah ditentukan jodohnya dan tidak ada Hadits lain yang menyatakan jodoh itu sudah ditentukan pada saat sebelem lahir”. “Jadi kalo untuk urusan jodoh itu dapat kita cari jangan hanya berdiam diri saja”, jelas Ustadz Taufiq.
Dalam Hadits Al-Bukhari meriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu, dari Nabi Muhammad SAW beliau bersabda :
Dalam Hadits Al-Bukhari meriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu, dari Nabi Muhammad SAW beliau bersabda :
تُنْكَحُ الْمَرْأَةُ لاِرْبَعٍ: لِمَالِهَا، وَلِحَسَبِهَا، وَجَمَالِهَا، وَلِدِينِهَا. فَاظْفَرْ بِذَاتِ الدِّينِ تَرِبَتْ يَدَاكَ.
Artinya: “Wanita itu dinikahi karena empat hal, karena hartanya, karena keturunannya, karena kecantikannya dan karena agamanya. Maka pilihlah karena agamanya, niscaya kamu akan beruntung”.
Dalam Hadits ini Ustadz Taufiq mengatakan bahwa “Jodoh itu dapat dipilih atau dalam penggalan Hadits di atas yaitu “maka pilihlah karena agamanya”, berarti dapat dikatakan anak yang shaleh dan shalehah itu sudah dibentuk sejak memilih jodoh atau calon pendamping hidupnya. Memilih jodoh itu tidak hanya dikhususkan untuk para lelaki tetapi juga untuk para perempuan seperti contoh kisah Nabi Muhammad SAW yang pada saat itu Siti Khadijah yang melamar Nabi Muhammad SAW yang kemudian menjadi istri beliau, jadi kalau para wanita sudah menemukan lelaki yang tepat untuk dirinya maka segeralah meminta untuk menikahinya. Sekali lagi dapat kita pahami bahwa proses untuk mendapatkan keluarga yang harmonis dan anak keturunan yang shaleh dan shalehah itu sudah diupayakan sejak kita memilih jodoh untuk diri kita. Selain jodoh itu selain diminta kepada Allah SWT, kita juga harus berusaha untuk mencarinya sedangkan Allah SWT hanya memberi restu atau izin untuk mencocokkan jodoh yang pantas untuk kita”. “Jadi jika kita sudah merasa cocok dengan calon pendamping hidup kita itu karena izin Allah SWT dan apabila Allah SWT sudah mengizinkannya maka kita harus segera melaksanakan untuk memasuki proses kehidupan berikutnya yaitu hidup berkeluarga”, ujar Ustadz Taufiq.
Kemudian Ustadz Taufiq menutup ceramahnya dengan menyampaikan pesan kepada jama’ah yaitu “Diperlukan upaya yang banyak jika kelak kita punya anak keturanan yang shaleh dan shalehah, seperti halnya dalam sebuah Hadits yang menyatakan “berbuat baiklah kamu sekalian kepada kedua orangtuamu, maka anak-anakmu pun akan berbuat baik kepadamu”. Dalam Hadits ini memerintahkan kepada kita untuk mencotohkan terlebih dahulu perilaku yang baik kepada orangtua baru kelak anak-anak kita akan berbuat baik kepada kita dan jangan sampai kita menginginkan anak keturunan yang shaleh dan shalehah akan tetapi kita sendiri kepada tidak berbakti orangtua”. Oleh karena itu, mari sama-sama kita upayakan untuk menjadikan diri kita sebagai anak yang shaleh dan shalehah termasuk berbuat baik kepada orangtua agar kita menjadi perhiasan dunia yang kekal dan abadi yang dimiliki oleh orangtua kita.
Semoga bermanfaat.
Billahi Fi Sabililhaq Fastabiqul Khaerat.
Semoga bermanfaat.
Billahi Fi Sabililhaq Fastabiqul Khaerat.
وَ السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
Pewarta : M. Firmansyah
Editor : Faqih Ma’arif
COPYRIGHT © PCIMT REGIONAL BEIJING 2019
Editor : Faqih Ma’arif
COPYRIGHT © PCIMT REGIONAL BEIJING 2019