KOPERASI DAN ERA REVOLUSI INDUSTRI 4.0
Mahasiswa Doktoral di Huazhong University of Science and Technology, China
& Staf Pengajar di Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unversitas Brawijaya
Dengan proses bisnis yang berbasis pada dari anggota untuk anggota menjadikan koperasi bisa menggerakkan perekonomian para anggotanya secara bersama-sama. Setiap anggota koperasi bisa memanfaatkan koperasi sebagai media untuk menjalankan bisnisnya sehingga harapannya taraf hidupnya akan ikut meningkat. Jika di setiap daerah memiliki koperasi maka diharapkan daerah tersebut akan memiliki pertumbuhan ekonomi yang baik karena perekonomian yang berjalan dari aktivitas - aktivitas ekonomi para anggota koperasi. Begitulah idealnya jika koperasi dianggap sebagai gerakan ekonomi kerakyatan.
Namun sayangnya angan-angan tersebut tidak mudah untuk diwujudkan. Koperasi mengalami pasang surut seiring dengan dinamika politik, ekonomi dan juga ilmu pengetahuan. Koperasi Unit Desa (KUD), misalnya, pernah mengalami kejayaan di berbagai desa ketika zaman Orde Baru dan memegang kendali sektor pertanian, terutama komoditas tebu dan padi. KUD begitu dominan dalam mempengaruhi perekonomian di desa-desa baik lewat komoditas pertaniannya maupun lewat bisnis simpan pinjamnya. Namun seiring dengan waktu KUD hampir di semua wilayah mengalami keruntuhan peran dan kepercayaan. Olok-olok KUD sebagai kependekan dari Ketua Untung Duluan ataupun Ketua Untung 'Dewe' (Ketua Untung Sendiri) adalah bentuk ketidakpercayaan masyarakat terhadap peran KUD. Perlahan tapi pasti KUD yang dianggap sebagai representasi gerakan koperasi pun hilang dari peredaran. Gudang-gudang penyimpanan beras banyak yang 'mangkrak' karena tidak ada lagi peran KUD dalam mengelola jalur distribusi beras. Pun juga dengan tempat pengeringan gabah lebih banyak disewakan ke pihak ketiga.
Saat ini tidak banyak KUD yang masih hidup di tengah lingkungan bisnis yang terus berubah. Komposisi pengurus tidak sedikit diisi oleh pengurus-pengurus lama karena macetnya regenerasi. Jabatan ketua maupun manajer KUD bukan lagi jabatan bergengsi yang layak diperebutkan. Jumlah anggota pun perlahan menurun. Sementara bisnis utamanya lebih mengandalkan simpan pinjam sebagai penyangga roda bisnis organisasi.
Di era Revolusi Industri 4.0 ini tentu saja koperasi harus berbenah diri dan mampu beradaptasi dengan lingkungan yang cepat berubah. Era Revolusi Industri 4.0 mensyaratkan sebuah organisasi yang efisien dan inovatif serta dapat membangun jaringan secara luas agar mampu bersaing secara kompetitif. Esensi Revolusi Industri 4.0 menurut Klaus Schwab adalah meningkatnya komunikasi dan keterhubungan manusia dari berbagai sudut dunia dengan basis kemajuan teknologi. Efisiensi organisasi akan semakin meningkat seiring dengan penggunaan teknologi dalam tata kelola organisasi. Hal tersebut sejalan dengan apa yang telah disinyalir oleh Francis Fukuyama dalam bukunya yang klasik, The Great Disruption bahwa jaringan menjadi faktor bagi perusahaan yang ingin berhasil.
Koperasi sebagai sebuah badan usaha yang berakar pada dari anggota untuk anggota tentu telah memiliki modal awal strategis untuk bisa sepenuhnya beradaptasi pada era Revolusi Industri 4.0 ini. Tinggal bagaimana kemudian potensi jejaring anggota ini bisa lebih dioptimalkan melalui teknologi yang mutakhir. Koperasi bisa mendesain sebuah manajemen pengetahuan yang menghubungkan antar anggota koperasi agar ide-ide mereka dapat terekam.
Birokrasi bisnis koperasi yang selama ini dianggap begitu lamban pun seharusnya juga bisa direduksi dengan teknologi. Adanya teknologi akan mampu mempermudah serta memperpendek rantai pangambilan keputusan organisasi. Hal tersebut tentu bisa menjadikan organisasi berjalan secara efisien.
Koperasi selalu dijargonkan sebagai soko guru perekonomian Indonesia. Namun jargon tersebut akan selalu menjadi jargon yang utopis jika koperasi tidak bereaksi terhadap perubahan lingkungan yang begitu cepat ini. Korporasi-korporasi global telah secara agresif berekspansi ke Indonesia. Mau tidak mau koperasi akan berhadapan dengan mereka. Sementara mereka bergerak dengan atas dasar keuntungan semata sedangkan koperasi tentu saja bergerak atas dasar kekeluargaan. Sehingga siapa lagi yang bisa diharapkan untuk menggerakkan perekonomian rakyat jika bukan koperasi.
Selamat Hari Koperasi!