Dalam kehidupan, kita pasti mempunyai teman dan saudara dengan karakter yang berbeda. Jika tidak berlatih menyikapi dengan positif, kita tidak akan hidup bahagia. Bagaimana tips agar kita bisa bersikap dewasa dalam situasi demikian? Berikut pesan penuh hikmah yang disampaikan oleh Batari Andini, seorang mahasiswa program Master pada jurusan "Teaching Chinese as Second Language", Central China Normal University.
Ia mengawali dengan memberikan contoh sikap positif dalam menyikapi teman atau kerabat dengan perangai keras dan lembut. Teman dengan watak yang keras, mendidik kita untuk berani bersikap tegas. Sedangkan orang yang berwatak lembut, mengajarkan kita tentang cinta dan kasih sayang terhadap sesama.
Lalu bagaimana kalau ada teman yang acuh atau tidak peduli? Batari menyarankan untuk berpikir bagaimana kita bersikap perhatian terhadap orang lain.
Sementara ada pula yang orang yang tidak bisa dipercaya perbuatan dan tutur katanya. Sifat ini membuat kita berpikir dan merasa betapa tidak enaknya dikhianati. Oleh karena itu, marilah belajar menjadi orang yang dapat dipercaya.
Tidak jarang juga kita temui orang yang kita kenal bersikap jahat dan hanya memanfaatkan kebaikan orang lain. Apa yang bisa perbuat “sebenarnya dia adalah orang yang membuat kita bertindak bagaimana bisa berbuat banyak kebaikan namun tetap waspada.” Kata Batari.
Setiap karakter manusia tadi akan selalu baik dan mendidik kita. Tanpa orang-orang seperti itu kita akan selalu terlena dalam zona nyaman dan tidak berkembang.
Bersyukurlah kepada Allah dalam setiap keadaan dan terimalah setiap orang dalam hidup kita. Karena Allah tidak pernah keliru mempertemukan kita dengan siapa pun, tinggal bagaimana cara kita menyikapinya. Karena karakter orang seperti bermacam-macam seperti itu tadi secara tidak langsung selain melatih kesabaran kita, juga membuat kita semakin dewasa dan bijaksana.
Nah, ada juga orang bicara mengenai kita di belakang, bagaimana menyikapinya? “itu adalah tanda bahwa kita sudah ada di depan mereka. Saat orang bicara merendahkan diri kita, itu adalah tanda bahwa kita sudah berada di tempat yang lebih tinggi dari mereka. Saat orang bicara dengan nada iri mengenai kita, itu adalah tanda bahwa kita sudah jauh lebih baik dari mereka. Saat orang bicara buruk mengenai kita, padahal kita tidak pernah mengusik kehidupan mereka, itu adalah tanda bahwa kehidupan kita sebenarnya lebih indah dari mereka. “ kata mahasiswa berkacamata ini memotivasi.
Sembari mengutip kata yang indah ”Payung tidak dapat menghentikan hujan tapi dengan payung membuat kita bisa berjalan menembus hujan untuk mencapai tujuan. “ Lanjutnya “Orang pintar bisa gagal, orang hebat bisa jatuh, tetapi orang yang rendah hati dan sabar dalam segala hal akan selalu mendapat jalan untuk menempatkan diri dengan seimbang karena kokoh pijakannya.”
Mahasiswa yang tahun ini akan menyelesaikan program masternya ini juga mengingatkan “Namun jangan pula merasa diri lebih baik. Tanyakan pada diri; Baik kah saya walaupun selalu sholat 5 waktu serta tepat pada waktunya? Baik kah saya walaupun telah berhaji dan umroh beberapa kali. Baik kah saya, walaupun telah bersedekah setiap hari. Baik kah saya, walaupun hari-hari kita memberi nasihat dan teguran kepada orang lain yang berbuat salah. Baik kah saya, walaupun sudah pakai jubah, berjenggot dan menutup aurat dengan sempurna. Baik kah saya, walaupun setiap malam sholat tahajjud, witir, hajat dan zikir. Baik kah saya, walaupun tiap hari ke masjid atau musholla untuk shalat dan menambah ilmu. Baik kah saya, walaupun setiap saat kita update status berunsur nasihat dan dakwah. Baik kah saya, walaupun setiap saat kita menolong orang lain.”
Lantas ia mengajak untuk merenungi kandungan Al-Quran, surah an-Najm ayat 32 :
Ia mengawali dengan memberikan contoh sikap positif dalam menyikapi teman atau kerabat dengan perangai keras dan lembut. Teman dengan watak yang keras, mendidik kita untuk berani bersikap tegas. Sedangkan orang yang berwatak lembut, mengajarkan kita tentang cinta dan kasih sayang terhadap sesama.
Lalu bagaimana kalau ada teman yang acuh atau tidak peduli? Batari menyarankan untuk berpikir bagaimana kita bersikap perhatian terhadap orang lain.
Sementara ada pula yang orang yang tidak bisa dipercaya perbuatan dan tutur katanya. Sifat ini membuat kita berpikir dan merasa betapa tidak enaknya dikhianati. Oleh karena itu, marilah belajar menjadi orang yang dapat dipercaya.
Tidak jarang juga kita temui orang yang kita kenal bersikap jahat dan hanya memanfaatkan kebaikan orang lain. Apa yang bisa perbuat “sebenarnya dia adalah orang yang membuat kita bertindak bagaimana bisa berbuat banyak kebaikan namun tetap waspada.” Kata Batari.
Setiap karakter manusia tadi akan selalu baik dan mendidik kita. Tanpa orang-orang seperti itu kita akan selalu terlena dalam zona nyaman dan tidak berkembang.
Bersyukurlah kepada Allah dalam setiap keadaan dan terimalah setiap orang dalam hidup kita. Karena Allah tidak pernah keliru mempertemukan kita dengan siapa pun, tinggal bagaimana cara kita menyikapinya. Karena karakter orang seperti bermacam-macam seperti itu tadi secara tidak langsung selain melatih kesabaran kita, juga membuat kita semakin dewasa dan bijaksana.
Nah, ada juga orang bicara mengenai kita di belakang, bagaimana menyikapinya? “itu adalah tanda bahwa kita sudah ada di depan mereka. Saat orang bicara merendahkan diri kita, itu adalah tanda bahwa kita sudah berada di tempat yang lebih tinggi dari mereka. Saat orang bicara dengan nada iri mengenai kita, itu adalah tanda bahwa kita sudah jauh lebih baik dari mereka. Saat orang bicara buruk mengenai kita, padahal kita tidak pernah mengusik kehidupan mereka, itu adalah tanda bahwa kehidupan kita sebenarnya lebih indah dari mereka. “ kata mahasiswa berkacamata ini memotivasi.
Sembari mengutip kata yang indah ”Payung tidak dapat menghentikan hujan tapi dengan payung membuat kita bisa berjalan menembus hujan untuk mencapai tujuan. “ Lanjutnya “Orang pintar bisa gagal, orang hebat bisa jatuh, tetapi orang yang rendah hati dan sabar dalam segala hal akan selalu mendapat jalan untuk menempatkan diri dengan seimbang karena kokoh pijakannya.”
Mahasiswa yang tahun ini akan menyelesaikan program masternya ini juga mengingatkan “Namun jangan pula merasa diri lebih baik. Tanyakan pada diri; Baik kah saya walaupun selalu sholat 5 waktu serta tepat pada waktunya? Baik kah saya walaupun telah berhaji dan umroh beberapa kali. Baik kah saya, walaupun telah bersedekah setiap hari. Baik kah saya, walaupun hari-hari kita memberi nasihat dan teguran kepada orang lain yang berbuat salah. Baik kah saya, walaupun sudah pakai jubah, berjenggot dan menutup aurat dengan sempurna. Baik kah saya, walaupun setiap malam sholat tahajjud, witir, hajat dan zikir. Baik kah saya, walaupun tiap hari ke masjid atau musholla untuk shalat dan menambah ilmu. Baik kah saya, walaupun setiap saat kita update status berunsur nasihat dan dakwah. Baik kah saya, walaupun setiap saat kita menolong orang lain.”
Lantas ia mengajak untuk merenungi kandungan Al-Quran, surah an-Najm ayat 32 :
".... jangan mengaku suci dengan memuji dan membanggakan diri, karena Allah Subhanallahu Wata'la-lah yang lebih mengetahui siapa yang benar-benar bertaqwa.”
Seorang ahli hikmah ditanya orang.” Siapakah orang yang buruk?" dijawab olehnya "yaitu orang yang merasa dirinya baik". Beliau ditanya lagi "Siapakah orang yang baik?", maka dijawab "yaitu orang yang merasa dirinya buruk".
“Jangan merasa diri kita lebih baik dari pada orang lain” tandasnya
Karena kita tidak akan pernah tahu di manakah dan bilakah saat hati kita ikhlas melakukan amalan-amalan soleh, menasihati orang serta beramal ibadah lain yang bakal diterima oleh Allah Subhanallahu Wata'la. Kita tak tahu amal manakah yang Allah Subhanallahu Wata'la terima.
Maka, selalu letakkan diri kita untuk merenungi keadaan kita. Wujudkan keihlasan. Hindari iri dan dengki. Selalu mengharapkan ridho Allah Subhanallahu Wata'la. Latih diri agar selalu tawadhu, jauhkan dari penyakit ujub dan takabur . Dan mari selalu perbaiki diri serta orang lain dengan kelembutan dan kasih sayang. Mari kita sama-sama belajar untuk menjadi lebih dewasa , karena kedewasaan bukan dilihat dari umur tetapi dari sikap, tindakan dan tingkah Laku. Hanya Allah Subhanallahu Wata'la yang akan terus memberi kita petunjuk serta jalan kebenaran.
“Ingatlah dengan sisa usia kita kalau kita tidak bisa membuat orang lain senang, jangan membuat hati orang lain tersakiti karena ucapan kita. “ pesannya menutup hikmah malam itu.() disampaikan dalam pengajian mahasiswa Huashi, 2 Mei 2019.
“Jangan merasa diri kita lebih baik dari pada orang lain” tandasnya
Karena kita tidak akan pernah tahu di manakah dan bilakah saat hati kita ikhlas melakukan amalan-amalan soleh, menasihati orang serta beramal ibadah lain yang bakal diterima oleh Allah Subhanallahu Wata'la. Kita tak tahu amal manakah yang Allah Subhanallahu Wata'la terima.
Maka, selalu letakkan diri kita untuk merenungi keadaan kita. Wujudkan keihlasan. Hindari iri dan dengki. Selalu mengharapkan ridho Allah Subhanallahu Wata'la. Latih diri agar selalu tawadhu, jauhkan dari penyakit ujub dan takabur . Dan mari selalu perbaiki diri serta orang lain dengan kelembutan dan kasih sayang. Mari kita sama-sama belajar untuk menjadi lebih dewasa , karena kedewasaan bukan dilihat dari umur tetapi dari sikap, tindakan dan tingkah Laku. Hanya Allah Subhanallahu Wata'la yang akan terus memberi kita petunjuk serta jalan kebenaran.
“Ingatlah dengan sisa usia kita kalau kita tidak bisa membuat orang lain senang, jangan membuat hati orang lain tersakiti karena ucapan kita. “ pesannya menutup hikmah malam itu.() disampaikan dalam pengajian mahasiswa Huashi, 2 Mei 2019.