
Oleh: Nanang Zulkarnaen (sedang menempuh program doctoral Ecological Geography di Nanjing Normal University, Tiongkok.)
Penulis harus mengucapkan terimakasih kepada saudara Endy Sjaiful Alim, student pada School of Computer and Technology Huazhong University of Science and Technology Wuhan Tiongkok. Selaku ketua Pengurus Cabang Istimewa Muhammadiyah (PCIM) Tiongkok periode 2016-2019, pada grup wechat PCI Muhammadiyah Tiongkok 2016 baru-baru ini, beliau membagikan tulisan dengan tautan sebagai berikut: http://m.muhammadiyah.or.id/id/news-11156-detail-haedar-nashir-bergerak-dari-jihad-lilmuaradhah-ke-jihad-lilmuwajahah.html. Jika saudara Endy tidak mem-posting-nya, tidak ada kesempatan bagi penulis untuk tahu tentang pesan penting Pak Haedar Nashir, Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah.
Melalui laman MUHAMMADIYAH.OR.ID tersebut, tulisan yang berjudul Haedar Nashir: Bergerak dari Jihad Lil-Muaradhah ke Jihad Lil-Muwajahah sangat mengispirasi penulis. Bagian yang saya kutip secara lengkap inilah, yang sangat menggugah itu: Pekerjaan membangun kekuatan umat Islam dan Muhammadiyah yang terbaik dan unggul itu bukan sekedar wacana, ujaran, dan teori. Dalam pengalaman dan perjalanan Muhammadiyah justru membangun itu melalui kerja-kerja kongkrit, produktif, tersistem, berkelanjutan, dan hasilnya dapat dirasakan umat, warga, dan masyarakat luas.
Penulis harus mengucapkan terimakasih kepada saudara Endy Sjaiful Alim, student pada School of Computer and Technology Huazhong University of Science and Technology Wuhan Tiongkok. Selaku ketua Pengurus Cabang Istimewa Muhammadiyah (PCIM) Tiongkok periode 2016-2019, pada grup wechat PCI Muhammadiyah Tiongkok 2016 baru-baru ini, beliau membagikan tulisan dengan tautan sebagai berikut: http://m.muhammadiyah.or.id/id/news-11156-detail-haedar-nashir-bergerak-dari-jihad-lilmuaradhah-ke-jihad-lilmuwajahah.html. Jika saudara Endy tidak mem-posting-nya, tidak ada kesempatan bagi penulis untuk tahu tentang pesan penting Pak Haedar Nashir, Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah.
Melalui laman MUHAMMADIYAH.OR.ID tersebut, tulisan yang berjudul Haedar Nashir: Bergerak dari Jihad Lil-Muaradhah ke Jihad Lil-Muwajahah sangat mengispirasi penulis. Bagian yang saya kutip secara lengkap inilah, yang sangat menggugah itu: Pekerjaan membangun kekuatan umat Islam dan Muhammadiyah yang terbaik dan unggul itu bukan sekedar wacana, ujaran, dan teori. Dalam pengalaman dan perjalanan Muhammadiyah justru membangun itu melalui kerja-kerja kongkrit, produktif, tersistem, berkelanjutan, dan hasilnya dapat dirasakan umat, warga, dan masyarakat luas.
Berbagi Pengalaman
Tulisan ini mencoba mempertegas bagian yang dikutip di atas. Melalui media ini, penulis ingin berbagi pengalaman seputar “perjalanan Muhammadiyah yang membangun melalui kerja-kerja kongkrit, produktif, tersistem, dan berkelanjutan”. Bukan sesuatu yang sangat wah tapi proses yang terjadi di dalamnya kental dengan semangat ini, spirit kerja kongkrit, produktif dan berkelanjutan.
Pengalaman yang akan dibagi terjadi pada tahun 2011 pada saat penulis menjadi bagian dari Pengurus Daerah Muhammadiyah (PDM) Kabupaten Tasikmalaya. Penulis beserta rekan dari Majelis Lingkungan masa kerja kepengurusan Drs. Dadan Ahmad Sofyan, M.Pd, menginisiasi gerakan masyarakat di Kampung Cipancur Desa Sirnasasi Kecamatan Sariwangi Kabupaten Tasikmalaya.
Mengawali aktifitas gerakan, mulanya kami bermusyawarah di masjid (Gambar 1). Selepas pengajian rutin yang dihadiri jamaah laki-laki dan wanita (Gambar 2, 3, dan 4), setiap jumat malam. Dibutuhkan beberapa kali pertemuan untuk sampai pada kesimpulan potensi apa yang dimiliki ranting yang bisa dikembangkan umat secara bersama-sama. Kami melakukan brainstorming mencari amal usaha yang pantas dikembangkan lalu membahas tindak lanjutnya sesuai kesepakatan bersama.
Singkat cerita ada banyak pilihan amal usaha dan selanjutnya sebagian dari upaya tersebut juga sempat melahirkan aktifitas yang mewarnai dan meramaikan kerja Aisyiah Ranting Cipancur. Membuat, membungkus dengan kemasan yang menarik (di luar kebiasaan yang berjalan selama itu) dan memasarkan kiripik (makanan khas yang biasa dibuat warga setempat) misalnya, adalah salah satu contoh yang telah mereka kerjakan buah dari hasil kesepakatan yang dibangun bersama.
Namun, bukan soal kiripik yang akan penulis kisahkan. Satu amal usaha yang cukup menarik perhatian waktu itu dan akan diceritakan lebih lanjut di sini adalah usaha pemanfaatan lahan tidur.
Tulisan ini mencoba mempertegas bagian yang dikutip di atas. Melalui media ini, penulis ingin berbagi pengalaman seputar “perjalanan Muhammadiyah yang membangun melalui kerja-kerja kongkrit, produktif, tersistem, dan berkelanjutan”. Bukan sesuatu yang sangat wah tapi proses yang terjadi di dalamnya kental dengan semangat ini, spirit kerja kongkrit, produktif dan berkelanjutan.
Pengalaman yang akan dibagi terjadi pada tahun 2011 pada saat penulis menjadi bagian dari Pengurus Daerah Muhammadiyah (PDM) Kabupaten Tasikmalaya. Penulis beserta rekan dari Majelis Lingkungan masa kerja kepengurusan Drs. Dadan Ahmad Sofyan, M.Pd, menginisiasi gerakan masyarakat di Kampung Cipancur Desa Sirnasasi Kecamatan Sariwangi Kabupaten Tasikmalaya.
Mengawali aktifitas gerakan, mulanya kami bermusyawarah di masjid (Gambar 1). Selepas pengajian rutin yang dihadiri jamaah laki-laki dan wanita (Gambar 2, 3, dan 4), setiap jumat malam. Dibutuhkan beberapa kali pertemuan untuk sampai pada kesimpulan potensi apa yang dimiliki ranting yang bisa dikembangkan umat secara bersama-sama. Kami melakukan brainstorming mencari amal usaha yang pantas dikembangkan lalu membahas tindak lanjutnya sesuai kesepakatan bersama.
Singkat cerita ada banyak pilihan amal usaha dan selanjutnya sebagian dari upaya tersebut juga sempat melahirkan aktifitas yang mewarnai dan meramaikan kerja Aisyiah Ranting Cipancur. Membuat, membungkus dengan kemasan yang menarik (di luar kebiasaan yang berjalan selama itu) dan memasarkan kiripik (makanan khas yang biasa dibuat warga setempat) misalnya, adalah salah satu contoh yang telah mereka kerjakan buah dari hasil kesepakatan yang dibangun bersama.
Namun, bukan soal kiripik yang akan penulis kisahkan. Satu amal usaha yang cukup menarik perhatian waktu itu dan akan diceritakan lebih lanjut di sini adalah usaha pemanfaatan lahan tidur.
“Kita punya lahan pemakaman yang luas dan belum terpakai semuanya, dulu ditanami nilam pak!”kata seorang warga dalam rapat. Ia bercerita bahwa Kampung Cipancur memiliki lahan yang sebenarnya bisa dimanfaatkan tapi belakangan terbengkalai. Demikianlah ia sekaligus mendefinisikan apa yang dimaksud “lahan tidur”.
Nilam sendiri adalah sejenis perdu yang ditanam untuk diambil daunnya lalu disuling dengan destilator untuk dimanfaatkan minyaknya. Tahun-tahun sebelumnya penanaman nilam memang sempat booming. “Kuat dugaan karena yang membawa proyeknya kurang amanah maka berhenti begitu saja” demikian pungkasnya.
“ayeuna kumaha?” (maksudnya: gimana keadaan lahan itu sekarang?)
“Ah bala we pa” jawabnya (Maksudnya sudah tidak dikelola).
“Ya sudah, besok kita kerja bakti, kumpulkan jamaah dan bawa peralatan seperlunya. Pacul, kored, garpu kade poho!” (maksudnya alat-alat bercocok tanamnya jangan sampai lupa tidak dibawa)
Penulis dan rekan dari Majelis Lingkungan tidak berdomisili di Kampung Cipancur. Tapi demi menyemangati itikad baik umat, kami datang ikut kerja bakti membersihkan lahan dan membuat lobang tanam. Kira-kira begitulah yang terjadi saat itu. Dan kegiatan ini menjadi rutinitas setiap jumat pagi. Bukan saja pria tapi juga wanita dan anak anak, warga berduyun-duyun menyusuri jalan setapak melewati beberapa petak sawah untuk sampai ke Blok Munjul, lahan pemakaman yang kami kelola itu. Kadang juga kami selingi dengan ngaliwet lalu makan di galengan bareng-bareng. Sederhana tapi membawa bahagia. Ya!, kebahagian yang kami ciptakan sendiri atas nama kebersamaan dan kesejajaran.
Penulis berusaha mencoba mengingat kejadian 7 tahun ke belakang. Dan gambar-gambar ini sedikitnya dapat menjadi cerita tentang itu. Dari semula lahan yang penuh semak belukar tak terawat (Gambar. 5), dilakukan kerjabakti pembersihan lahan (Gambar. 6). Ditanami tanaman semusim (Gambar. 7) dan tanaman keras berupa kayu-kayuan/buah-buahan(Gambar. 8)
Nilam sendiri adalah sejenis perdu yang ditanam untuk diambil daunnya lalu disuling dengan destilator untuk dimanfaatkan minyaknya. Tahun-tahun sebelumnya penanaman nilam memang sempat booming. “Kuat dugaan karena yang membawa proyeknya kurang amanah maka berhenti begitu saja” demikian pungkasnya.
“ayeuna kumaha?” (maksudnya: gimana keadaan lahan itu sekarang?)
“Ah bala we pa” jawabnya (Maksudnya sudah tidak dikelola).
“Ya sudah, besok kita kerja bakti, kumpulkan jamaah dan bawa peralatan seperlunya. Pacul, kored, garpu kade poho!” (maksudnya alat-alat bercocok tanamnya jangan sampai lupa tidak dibawa)
Penulis dan rekan dari Majelis Lingkungan tidak berdomisili di Kampung Cipancur. Tapi demi menyemangati itikad baik umat, kami datang ikut kerja bakti membersihkan lahan dan membuat lobang tanam. Kira-kira begitulah yang terjadi saat itu. Dan kegiatan ini menjadi rutinitas setiap jumat pagi. Bukan saja pria tapi juga wanita dan anak anak, warga berduyun-duyun menyusuri jalan setapak melewati beberapa petak sawah untuk sampai ke Blok Munjul, lahan pemakaman yang kami kelola itu. Kadang juga kami selingi dengan ngaliwet lalu makan di galengan bareng-bareng. Sederhana tapi membawa bahagia. Ya!, kebahagian yang kami ciptakan sendiri atas nama kebersamaan dan kesejajaran.
Penulis berusaha mencoba mengingat kejadian 7 tahun ke belakang. Dan gambar-gambar ini sedikitnya dapat menjadi cerita tentang itu. Dari semula lahan yang penuh semak belukar tak terawat (Gambar. 5), dilakukan kerjabakti pembersihan lahan (Gambar. 6). Ditanami tanaman semusim (Gambar. 7) dan tanaman keras berupa kayu-kayuan/buah-buahan(Gambar. 8)
Berharap lahan yang ditanami lebih bermanfaat bagi umat dan organisasi Muhammadiyah Ranting Cipancur Kecamatan Sariwangi, kami melakukan bermacam upaya dan koordinasi dengan para pihak (Gambar 9 & 10). Karena kami bukan saja menanam tanaman semusim seperti jagung dan singkong, tapi juga kayu-kayuan yang kami peroleh bibitnya dari pemerintah kabupaten. Perihal ini, pemerintah tentu punya penilaian tersendiri, karena didahului dengan inisiatif warganya membersihkan lahan, tentu saja lebih mudah percaya untuk memberikan bantuan bibit tanaman. Upaya koordinasi lainnya yang kami lakukan adalah menjalin hubungan akrab dengan rekan di asosiasi pepaya dan kacang koro, karena disela-sela tanaman semusim dan kayu kayuan juga menanam papaya calina dan kacang koro. Pada saat yang bersamaan juga berkoordinasi dengan Prof. Sobir, ahli buah-buahan tropika dari IPB karena dalam perjalanan selanjutnya kami juga melakukan pengayaan tanaman dengan pepaya unggul.
Demikianlah semua yang terjadi itu mengalir sesuai kebutuhannya, dan hasilnya tidak begitu jelek. Dengan beberapa koordinasi di lokasi kegiatan maupun dengan pihak luar lainnya lahan tersebut menjelma menjadi tegakan hutan tanaman kayu-kayuan dan buah-buahan (Gambar 11). Pada tahun 2013 rekan dari Majelis Lingkungan Hidup sudah bisa memegang batang tanaman Gmelina arborea dari semula sebesar lidi saat ditanam pada kali pertama. Dalam khasanah ilmu kehutanan, yang dimaksud tegakan adalah kumpulan kayu-kayuan dalam satu hamparan lahan dan jika lebih dari seperempat hektar, misalnya, lahan tersebut layak disebut hutan. Karena ditanam oleh dan di lahan rakyat, menjadi lazim juga disebut hutan rakyat. Tegakan kayu tumbuh melewati proses, sebagaimana perjalanan manusia yang bermula dari usia bayi hingga dewasa, maka tanaman kayupun di mulai sejak semai, lalu pancang, beranjak ke tiang, lalu jadilah pohon. Di Blok Munjul, pada tahun 2013 dominasi tegakannya adalah pancang dan tiang: tanaman dengan variasi diameter 3-6 cm. Seperti tidak mau kalah, penulis juga sempat berfoto di bawah pohon Albasia falcataria (Gambar 12) lho!. Ya begtulah, perkembangan penanaman lahan tidur ini bagi penulis sangat menarik perhatian karena sempat pula mendapat kunjungan dari para tamu ketika Pengurus Wilayah Muhammadiyah (PWM ) Jawa Barat singgah di Tasikmalaya.
Menyoal Kerja Kongkrit
Persyarikatan Muhammadiyah dibangun oleh KH Ahmad Dahlan sebagi hasil kongkrit dari telaah dan pendalaman (tadabbur) terhadap Al-quranul Karim khususnya surat Ali Imran, ayat 104 (lihat laman MUHAMMADIYAH.OR.ID). Kelahiran Muhammadiyah diilhami, dimotivasi, dan disemangati oleh ajaran-ajaran Al-Qur’an, sehingga motif gerakannya semata-mata untuk merealisasikan prinsip-prinsip ajaran Islam. Aktifitas Muhammadiyah yang telah berkembang lama hingga sekarang baik dalam bidang pendidikan dan pengajaran, kemasyarakatan, kerumahtanggaan, perekonomian, dan sebagainya tidak dapat dilepaskan dari usaha untuk mewujudkan dan melaksankan ajaran Islam. Dengan kata lain gerakan Muhammadiyah berusaha untuk menampilkan wajah Islam dalam wujud yang nyata, yang dapat dirasakan dan dinikmati oleh umat sebagai rahmatan lil’alamin.
Bukan dalam kerangka mensejajarkan dengan karya kongkrit KH. Ahmad Dahlan, karena menceritakan hal picisan ini dalam lautan perjuangannya sudah barang tentu kadarnya sejarak langit dan bumi. Hanya ingin mengatakan bahwa semangat kerja kongkrit dalam penanaman lahan tidur kiranya bisa ditegaskan sebagai berikut: jika pada tahun 2011 jamaah Ranting Cipancur tidak digerakkan hatinya oleh Alloh SWT dan tidak serta merta bekerja membersihkan lahan lalu menanaminya sebagaimana telah diceritakan di atas, besar kemungkinan pada tahun 2013 pada blok Munjul tersebut tidak terdapat tegakan tanaman kayu-kayuan dan buah-buahan. Pesan yang ingin disampaikan lebih kepada: “bahwa keinginan untuk mau memulai (hal yang baik) akan menuai harap!”.
Dengan mau bergerak secara kongkrit Ranting Cipancur punya harapan di masa depan. Sekarang, di tahun 2017, kendati penulis sudah tidak tahu persis perkembangan terkini dari lahan yang ditanami tersebut, tapi dalam hati punya keyakinan yang besar dari sana mengalir manfaat dari tanaman yang tumbuh. Paling tidak sebagai sumber makanan burung dan hewan jasad renik lainnya atau mungkin bermanfaat untuk meresapkan air pada akar-akarnya atau bahkan mungkin menghasilkan udara bersih yang bermanfaat untuk kesehatan bumi dan penghuninya.
Apalagi jika mengingat hadist dari Anas bin Malik Rodhiyallahu ‘Anhu bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda:“Tidaklah seorang muslim menanam pohon, tidak pula menanam tanaman kemudian pohon/tanaman tersebut dimakan oleh burung, manusia atau binatang melainkan menjadi sedekah baginya.” (HR. Imam Bukhari hadits no.2321). Sebagai Muslim yang mengimani Al-quran, harus pula sekaligus mengimani rasulullah SAW, maka dalam menjalani hidup yang hanya sebentar ini, dimana hanya rahmat Alloh SWT yang kita harap, Al-Quran telah memberi pesan: Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah (Al - Ahzab 33:21). Maka manakala Nabi Muhammad telah bersabda, sesuai petunjuk Al-Quran tersebut, kiranya dengan jalan mengejawantahkan sabdanyalah, baru pantas kita mengharap rahmat dari-Nya. Amal murni tanpa motif yang diperbuat kita, manusia, terlalu sedikit untuk menggapai-Nya, hanya pantas berharap dari rahmat-Nya lah kiranya kita berharap bisa menjumpai-Nya di akhirat kelak.
Tentang Berkelanjutan
Yang harus pula menjadi perhatian besar adalah kata berkelanjutan. Framing penulis, hendak memadankan kata “berkelanjutan “ ini dengan kata “istiqomah”. Dengan bersandar pada keterangan Al-Quran, diketahui bahwa perintah istiqomah seperti tertuang dalam QS. Fushshilat ayat 6 lebih pada konteks beriman kepada Allah SWT: “Maka beristiqomahlah (tetaplah) pada jalan yang lurus menuju kepada Allah dan mohonlah ampun kepada-Nya. Atau seperti pesan Al hadist Dari Abu Amr - ada yang mengatakan Abu Amrah - Sufyan bin Abdillah Ats-Tsaqafi rodhiallohu ‘anhu, dia berkata, “Wahai Rasulullah, Katakanlah kepadaku suatu perkataan tentang Islam, yang tidak mungkin aku tanyakan kepada siapa pun selain kepadamu.” Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda, ” Katakanlah: “Aku beriman kepada Alloh, lalu istiqomahlah.” (HR Muslim).
Keterangan lain menyangkut istiqomah adalah teguh dan terus menerus di atas agama, yakni senantiasa taat pada Alloh dan menjauhi segala yang mendatangkan murka-Nya. Istiqomah secara lahir dan batin. Dalam dalam amalan jawarih (anggota badan) dan amalan hati. Seperi dalam hadist dari Abdullah bin 'Amr bin al-'Ash radhiallahu 'anhuma, katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda kepada saya: "Hai Abdullah, janganlah engkau menjadi seperti si Fulan itu. Dahulu ia suka berdiri shalat diwaktu malam, tetapi kini ia meninggalkan shalat di waktu malam itu." (Muttafaq 'alaih). Istiqomah menjadi semacam esensi dari amal yang dilakukan, semakin istiqomah semakin berdampak.
Harapannya keistiqomahan kita selalu ajeg. Namun kesempurnaan beristiqomah rentan kena pengaruh karena setiap hamba memiliki ketidaksempurnaan dan kerap lalai. Karenanya Allah SWT memberi jalan keluar untuk mengatasinya. Keadaan untuk memperbaiki kekurangan tersebut, yakni dengan beristigfar (meminta ampun kepada Allah SWT) dari semua dosa dan kesalahan sebagaimana pada QS. Fushshilat ayat 6 di atas.
Dalam khasanah ilmu studi pembangunan, keberlanjutan kerap disandingkan dengan kata pembangunan dalam istilah “pembangunan berkelanjutan; sustainable development”. Istilah ini dalam Brundtland Report (1987) didefinisikan sebagai “development that meets the needs of the present without compromising the ability of the future generations to meet their own needs”, pembangunan yang memenuhi kebutuhan sekarang tanpa mengorbankan kemampuan generasi mendatang dalam memenuhi kebutuhannya.
Kalau proses pembangunan dipahami sebagai upaya untuk melakukan perubahan menjadi lebih baik, dan kalau upaya penanaman lahan tidur di ranting Cipancur dimaknai sebagai upaya memperbaiki keadaan setempat dengan memanfaatkan potensi yang ada menjadi lebih bernilai, maka menanaminya dengan tanaman semusim yang di tumpangsari dengan tanaman buah-buahan dan kayu kayuan dapatlah diasumsikan sebagai pengejawantahan “berkelanjutan” sekaligus “istiqomah” dalam berbuat baik, dalam amalan anggota badan. Betapa tidak, generasi sekarang yang telah rela bekerja bakti, sedikitnya telah merasakan hasil dari cocok tanam semusim. Dan dalam pada itu juga menyisakan hasil tahunan dari papaya serta masih punya harapan dari kayu yang akan ditebang pada masanya, juga masih punya harapan dari setiap biji buah yang akan dihasilkannya.
Lebihnya lagi upaya penanaman lahan tidur ini memiliki manfaat yang dahsyat bagi lingkungan dengan memproduksi oksigen yang tak ternilai harganya, juga menjadi tempat hidup yang nyaman bagi mahluk-makhluk lain disekitarnya. Dengan kata lain, melalui upaya yang dilakukannya, Ranting Cipancur telah menjaga alam lingkungan sedemikian rupa untuk keberlanjutan generasi, sekaligus tanpa sadar telah memaknai definisi pembangunan berkelanjutan dalam mengelola potensi yang dimilikinya. Dan semoga manfaatnya menjadi sedekah yang berkelanjutan pula hingga masa keabadian di akhirat kelak. Wallohu a”lam.
Ibroh
Dari proses panjang cerita di atas, penulis juga hendak berbagi pesan terutama pada segenap mahasiswa yang terlibat dan melibatkan diri dalam organisasi PCIM Tiongkok. Suatu saat kita akan berhadapan dengan dunia nyata ketika kembali ke masyarakat dalam tingkat apapun dan level manapun. Pada saat itu lah kontribusi kita diuji. Menjadi mudah apabila pada saatnya nanti, pengalaman yang berbicara. Maka memupuk sebanyak pengalaman berorganisasi saat kuliah semestinya menjadi pilihan yang patut ditempuh. Pengalaman berkoordinasi sewaktu ber PCIM kini, di lain kesempatan akan di jumpai kembali meski pada kuantitas dan kualitas yang berbeda. Karenanya kemudian harus pula pandai menempatkan pengalaman sesuai kadar, tempat dan kasusnya. Menghadapi masyarakat desa seperti di Ranting Cipancur misalnya, dimana dominasi masyarakat masih harus memikirkan isi perut dan selalu dihantui para rentenir karena butuh uang cash yang cukup untuk hidup sehari-hari, tentu akan berbeda tantangannya dalam menghadapi persoalan kampung, kota atau komunitas lainnya. Namun semakin banyak pengalaman, semakin banyak referensi yang bisa dijadikan acuan dalam menyikapi aneka persoalannya.
Dalam akronimnya sebagai “Cabang Istimewa Tiongkok” para pengurus muhammadiyah disini punya ciri yang tegas, yakni melekatnya kata Tiongkok dalam nama organisasi. Ujian besarnya adalah mampukah kita memaknai ayat Al-Quran surat Al Hujurat ayat 13: Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. Bagaimana menjadi bisa mengenali dengan baik budaya masyarakat Tiongkok dan nilai baik apa yang bisa diadopsi untuk menaikan derajat ketakwaan kita, boleh jadi ini menjadi salah satu hal yang harus menjadi perhatian serius pergerakan Muhammadiyah di sini. Lebih-lebih citra Tiongkok pada sebagian masyarakat Indonesia masih tercium kurang harum. “Pekerjaan rumah” yang tidak sederhana bagi gerak PCIM kedepan, dan semoga Alloh SWT memberikan kekuatan.
Akhirnya, sebagaimana disebut di mukadimah, sekali lagi penulis mengucapkan terimakasih kepada saudara Endy yang telah merangsang untuk bertutur. Dengan tidak lupa memohon kepada Yang Maha Kuasa semoga saudara Endy dapat menahkodai kapal dakwah dan tajdid PCIM ini pada jalan yang lurus untuk bisa menemui-Nya. Fastabiqul khoiroot, berlomba-lomba dalam berbuat kebaikan.[] Nanjing 12 Juli 2017. Penulis Adalah alumni Fahutan IPB dan Magister Studi Pembangunan ITB. Saat ini sedang menempuh program doctoral Ecological Geography di Nanjing Normal University, Tiongkok.
Artikel ini menjadi nominator artikel favorit Kabar Mu Tiongkok September-Oktober 2017, untuk memberi dukungan silakan ikuti polingnya dengan KLIK disini.
Menyoal Kerja Kongkrit
Persyarikatan Muhammadiyah dibangun oleh KH Ahmad Dahlan sebagi hasil kongkrit dari telaah dan pendalaman (tadabbur) terhadap Al-quranul Karim khususnya surat Ali Imran, ayat 104 (lihat laman MUHAMMADIYAH.OR.ID). Kelahiran Muhammadiyah diilhami, dimotivasi, dan disemangati oleh ajaran-ajaran Al-Qur’an, sehingga motif gerakannya semata-mata untuk merealisasikan prinsip-prinsip ajaran Islam. Aktifitas Muhammadiyah yang telah berkembang lama hingga sekarang baik dalam bidang pendidikan dan pengajaran, kemasyarakatan, kerumahtanggaan, perekonomian, dan sebagainya tidak dapat dilepaskan dari usaha untuk mewujudkan dan melaksankan ajaran Islam. Dengan kata lain gerakan Muhammadiyah berusaha untuk menampilkan wajah Islam dalam wujud yang nyata, yang dapat dirasakan dan dinikmati oleh umat sebagai rahmatan lil’alamin.
Bukan dalam kerangka mensejajarkan dengan karya kongkrit KH. Ahmad Dahlan, karena menceritakan hal picisan ini dalam lautan perjuangannya sudah barang tentu kadarnya sejarak langit dan bumi. Hanya ingin mengatakan bahwa semangat kerja kongkrit dalam penanaman lahan tidur kiranya bisa ditegaskan sebagai berikut: jika pada tahun 2011 jamaah Ranting Cipancur tidak digerakkan hatinya oleh Alloh SWT dan tidak serta merta bekerja membersihkan lahan lalu menanaminya sebagaimana telah diceritakan di atas, besar kemungkinan pada tahun 2013 pada blok Munjul tersebut tidak terdapat tegakan tanaman kayu-kayuan dan buah-buahan. Pesan yang ingin disampaikan lebih kepada: “bahwa keinginan untuk mau memulai (hal yang baik) akan menuai harap!”.
Dengan mau bergerak secara kongkrit Ranting Cipancur punya harapan di masa depan. Sekarang, di tahun 2017, kendati penulis sudah tidak tahu persis perkembangan terkini dari lahan yang ditanami tersebut, tapi dalam hati punya keyakinan yang besar dari sana mengalir manfaat dari tanaman yang tumbuh. Paling tidak sebagai sumber makanan burung dan hewan jasad renik lainnya atau mungkin bermanfaat untuk meresapkan air pada akar-akarnya atau bahkan mungkin menghasilkan udara bersih yang bermanfaat untuk kesehatan bumi dan penghuninya.
Apalagi jika mengingat hadist dari Anas bin Malik Rodhiyallahu ‘Anhu bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda:“Tidaklah seorang muslim menanam pohon, tidak pula menanam tanaman kemudian pohon/tanaman tersebut dimakan oleh burung, manusia atau binatang melainkan menjadi sedekah baginya.” (HR. Imam Bukhari hadits no.2321). Sebagai Muslim yang mengimani Al-quran, harus pula sekaligus mengimani rasulullah SAW, maka dalam menjalani hidup yang hanya sebentar ini, dimana hanya rahmat Alloh SWT yang kita harap, Al-Quran telah memberi pesan: Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah (Al - Ahzab 33:21). Maka manakala Nabi Muhammad telah bersabda, sesuai petunjuk Al-Quran tersebut, kiranya dengan jalan mengejawantahkan sabdanyalah, baru pantas kita mengharap rahmat dari-Nya. Amal murni tanpa motif yang diperbuat kita, manusia, terlalu sedikit untuk menggapai-Nya, hanya pantas berharap dari rahmat-Nya lah kiranya kita berharap bisa menjumpai-Nya di akhirat kelak.
Tentang Berkelanjutan
Yang harus pula menjadi perhatian besar adalah kata berkelanjutan. Framing penulis, hendak memadankan kata “berkelanjutan “ ini dengan kata “istiqomah”. Dengan bersandar pada keterangan Al-Quran, diketahui bahwa perintah istiqomah seperti tertuang dalam QS. Fushshilat ayat 6 lebih pada konteks beriman kepada Allah SWT: “Maka beristiqomahlah (tetaplah) pada jalan yang lurus menuju kepada Allah dan mohonlah ampun kepada-Nya. Atau seperti pesan Al hadist Dari Abu Amr - ada yang mengatakan Abu Amrah - Sufyan bin Abdillah Ats-Tsaqafi rodhiallohu ‘anhu, dia berkata, “Wahai Rasulullah, Katakanlah kepadaku suatu perkataan tentang Islam, yang tidak mungkin aku tanyakan kepada siapa pun selain kepadamu.” Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda, ” Katakanlah: “Aku beriman kepada Alloh, lalu istiqomahlah.” (HR Muslim).
Keterangan lain menyangkut istiqomah adalah teguh dan terus menerus di atas agama, yakni senantiasa taat pada Alloh dan menjauhi segala yang mendatangkan murka-Nya. Istiqomah secara lahir dan batin. Dalam dalam amalan jawarih (anggota badan) dan amalan hati. Seperi dalam hadist dari Abdullah bin 'Amr bin al-'Ash radhiallahu 'anhuma, katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda kepada saya: "Hai Abdullah, janganlah engkau menjadi seperti si Fulan itu. Dahulu ia suka berdiri shalat diwaktu malam, tetapi kini ia meninggalkan shalat di waktu malam itu." (Muttafaq 'alaih). Istiqomah menjadi semacam esensi dari amal yang dilakukan, semakin istiqomah semakin berdampak.
Harapannya keistiqomahan kita selalu ajeg. Namun kesempurnaan beristiqomah rentan kena pengaruh karena setiap hamba memiliki ketidaksempurnaan dan kerap lalai. Karenanya Allah SWT memberi jalan keluar untuk mengatasinya. Keadaan untuk memperbaiki kekurangan tersebut, yakni dengan beristigfar (meminta ampun kepada Allah SWT) dari semua dosa dan kesalahan sebagaimana pada QS. Fushshilat ayat 6 di atas.
Dalam khasanah ilmu studi pembangunan, keberlanjutan kerap disandingkan dengan kata pembangunan dalam istilah “pembangunan berkelanjutan; sustainable development”. Istilah ini dalam Brundtland Report (1987) didefinisikan sebagai “development that meets the needs of the present without compromising the ability of the future generations to meet their own needs”, pembangunan yang memenuhi kebutuhan sekarang tanpa mengorbankan kemampuan generasi mendatang dalam memenuhi kebutuhannya.
Kalau proses pembangunan dipahami sebagai upaya untuk melakukan perubahan menjadi lebih baik, dan kalau upaya penanaman lahan tidur di ranting Cipancur dimaknai sebagai upaya memperbaiki keadaan setempat dengan memanfaatkan potensi yang ada menjadi lebih bernilai, maka menanaminya dengan tanaman semusim yang di tumpangsari dengan tanaman buah-buahan dan kayu kayuan dapatlah diasumsikan sebagai pengejawantahan “berkelanjutan” sekaligus “istiqomah” dalam berbuat baik, dalam amalan anggota badan. Betapa tidak, generasi sekarang yang telah rela bekerja bakti, sedikitnya telah merasakan hasil dari cocok tanam semusim. Dan dalam pada itu juga menyisakan hasil tahunan dari papaya serta masih punya harapan dari kayu yang akan ditebang pada masanya, juga masih punya harapan dari setiap biji buah yang akan dihasilkannya.
Lebihnya lagi upaya penanaman lahan tidur ini memiliki manfaat yang dahsyat bagi lingkungan dengan memproduksi oksigen yang tak ternilai harganya, juga menjadi tempat hidup yang nyaman bagi mahluk-makhluk lain disekitarnya. Dengan kata lain, melalui upaya yang dilakukannya, Ranting Cipancur telah menjaga alam lingkungan sedemikian rupa untuk keberlanjutan generasi, sekaligus tanpa sadar telah memaknai definisi pembangunan berkelanjutan dalam mengelola potensi yang dimilikinya. Dan semoga manfaatnya menjadi sedekah yang berkelanjutan pula hingga masa keabadian di akhirat kelak. Wallohu a”lam.
Ibroh
Dari proses panjang cerita di atas, penulis juga hendak berbagi pesan terutama pada segenap mahasiswa yang terlibat dan melibatkan diri dalam organisasi PCIM Tiongkok. Suatu saat kita akan berhadapan dengan dunia nyata ketika kembali ke masyarakat dalam tingkat apapun dan level manapun. Pada saat itu lah kontribusi kita diuji. Menjadi mudah apabila pada saatnya nanti, pengalaman yang berbicara. Maka memupuk sebanyak pengalaman berorganisasi saat kuliah semestinya menjadi pilihan yang patut ditempuh. Pengalaman berkoordinasi sewaktu ber PCIM kini, di lain kesempatan akan di jumpai kembali meski pada kuantitas dan kualitas yang berbeda. Karenanya kemudian harus pula pandai menempatkan pengalaman sesuai kadar, tempat dan kasusnya. Menghadapi masyarakat desa seperti di Ranting Cipancur misalnya, dimana dominasi masyarakat masih harus memikirkan isi perut dan selalu dihantui para rentenir karena butuh uang cash yang cukup untuk hidup sehari-hari, tentu akan berbeda tantangannya dalam menghadapi persoalan kampung, kota atau komunitas lainnya. Namun semakin banyak pengalaman, semakin banyak referensi yang bisa dijadikan acuan dalam menyikapi aneka persoalannya.
Dalam akronimnya sebagai “Cabang Istimewa Tiongkok” para pengurus muhammadiyah disini punya ciri yang tegas, yakni melekatnya kata Tiongkok dalam nama organisasi. Ujian besarnya adalah mampukah kita memaknai ayat Al-Quran surat Al Hujurat ayat 13: Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. Bagaimana menjadi bisa mengenali dengan baik budaya masyarakat Tiongkok dan nilai baik apa yang bisa diadopsi untuk menaikan derajat ketakwaan kita, boleh jadi ini menjadi salah satu hal yang harus menjadi perhatian serius pergerakan Muhammadiyah di sini. Lebih-lebih citra Tiongkok pada sebagian masyarakat Indonesia masih tercium kurang harum. “Pekerjaan rumah” yang tidak sederhana bagi gerak PCIM kedepan, dan semoga Alloh SWT memberikan kekuatan.
Akhirnya, sebagaimana disebut di mukadimah, sekali lagi penulis mengucapkan terimakasih kepada saudara Endy yang telah merangsang untuk bertutur. Dengan tidak lupa memohon kepada Yang Maha Kuasa semoga saudara Endy dapat menahkodai kapal dakwah dan tajdid PCIM ini pada jalan yang lurus untuk bisa menemui-Nya. Fastabiqul khoiroot, berlomba-lomba dalam berbuat kebaikan.[] Nanjing 12 Juli 2017. Penulis Adalah alumni Fahutan IPB dan Magister Studi Pembangunan ITB. Saat ini sedang menempuh program doctoral Ecological Geography di Nanjing Normal University, Tiongkok.
Artikel ini menjadi nominator artikel favorit Kabar Mu Tiongkok September-Oktober 2017, untuk memberi dukungan silakan ikuti polingnya dengan KLIK disini.