Kabar Mu Tiongkok
Temukan Kami di Sosial Media :
  • Beranda
  • Berita
  • Wawasan
  • Risalah Netizen
    • Refleksi Netizen
    • Reportase Netizen
    • Opini Netizen
    • Romadhan di Tiongkok
    • GongXi-Tiongkok
  • Aktivitas
    • School Of Journalism
    • Agenda
    • Lomba Foto >
      • form-lomba-foto
      • Poling Lomba Foto
    • Polling Puisi Favorite >
      • Puisi Favorite 2018
    • Polling
    • Lomba Ramadhan >
      • Pemenang Lomba
      • Polling Video-Favorite
  • Tamadun
    • Karya Fiksi
    • Galeri Foto
    • Karya Video
    • Karya Puisi
    • Kantin Kartini
  • Kontak Kami
  • Organisasi
  • Muhibah Ukuwah
    • NANJING >
      • Poling Lomba Foto Nanjing
      • Foto Ukuwah Nanjing
    • HANGZHOU >
      • Pooling Lomba Foto Hangzhou
      • Foto Ukhuwah Hangzhou
    • SHANGHAI >
      • Foto Ukhuwah Shanghai
  • Tiongkonomi
  • Kemitraan
    • UHAMKA - Pengantar TI
    • UHAMKA - Etika Profesi
    • UHAMKA - Digital Sistem
    • UHAMKA - Praktikum Digital

Nabila : Contoh Simulasi dalam TI

26/11/2020

0 Comments

 
Contoh Keacakan dalam Simulasi

Contoh aplikasi:
– Waktu pelayanan
– Waktu antar kedatangan 

Bilangan acak : terdistribusi secara uniform dalam interval.
Digit acak : terditribusi secara uniform pada himpunan.
Bilangan acak yang sebenarnya sangat sulit dibuat :
– Bilangan acak bayangan (pseudo-random numbers)
– Membangkitan bilangan acak dari tabel digit acak.

Contoh Simulasi Sistem Antrian Layanan Tunggal  

Contoh: Simulasi kedatangan, pelayanan 20 customer Statistik dan analisis contoh sistem antrian tunggal 


Contoh Simulasi Yang Lain
Sistem Inventory
 – Simulasin sistem inventory (M; N).

Masalah Reabilitas 
– Evaluasi alternatif 

Masalah Militer 
– Bilangan normal acak

Lead-Time Demand 
– Histogram

Ringkasan
Konsep Dasar Simulasi: 
– Menetapkan karakterisik data masukan. 
– Mengkonstruksi tabel simulasi. 
– Membangkitak variabel acak berdasaskan model 
   masukan dan menghitung nilai respon. 
– Menganalisi hasil-hasil. 

Masalah utama dengan pendekatan tabel simulasi: 
– Tidak dapat digunakan atau mengatasi ketergantungan 
   yang kompleks antar entitas.


Ditulis Oleh : Nabila Putri(Simulasi dan Pemodelan 7B)
​

Sumber: onlinelearning.uhamka.ac.id
0 Comments

Implementasi Pengaruh Cahaya Terhadap Serangga Untuk Membasmi Hama

24/11/2020

0 Comments

 
Oleh : Agustina Tri Rahmawati (Mahasiswa PGSD FKIP UHAMKA)


1. PENDAHULUAN  
1.1  Serangga dan Reaksinya Terhadap Cahaya  
                  Serangga adalah mahluk hidup dengan spesies terbanyak didunia. Total spesies  serangga sebesar 4-8 juta sangat dominan dibanding total spesies seluruh mahluk hidup  sebanyak 12.5 juta. Jumlah mahluk hidup yang teridentifikasi sebesar 1.5 juta, jumlah serangga yang teridentifikasi sebesar 950 ribu. Ini berarti jumlah serangga yang teridentifikasi lebih dari 1/2 jumlah mahluk hidup yang teridentifikasi. Sebagai makhluk yang memiliki kemampuan  adaptasi yang tinggi, serangga mudah terpengaruh oleh kondisi fisik lingkungan. Oleh karenanya serangga hama dapat dikendalikan secara fisik, yakni melalui  pengaturan faktor-faktor fisik diantaranya suhu, kelembaban, suara dan cahaya.

Serangga dapat dibedakan dalam berbagai jenis menurut kemampuan adaptasi terhadap  faktor fisik. Jenis serangga fototropik positif adalah salah satu jenis serangga yang tertarik  terhadap cahaya. Besarnya intensitas cahaya yang diperlukan sangat berpengaruh terhadap  sumber energi listrik yang dibutuhkan. Suatu rancangan catu daya listrik, akan sangat berpengaruh terhadap  efesiensi  energi. Jenis-jenis serangga yang mudah terpengaruh  terhadap intensitas cahaya memberikan data untuk merekomendasi bahwa cahaya dapat  diterapkan sebagai pembasmi serangga hama, dan kemudian serangga yang tertangkap juga   dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak yang berkualitas.  

2. DASAR TEORI
2.1 Mengukur Intensitas Cahaya
                Salah satu cara untuk mengamati energi cahaya dapat dilakukan dengan mengukur  pengaruh besaran dan distribusi partikel dalam Flow cytometers. Flow cytometers pada  dasarnya adalah mikroskop yang dilengkapi dengan komponen yang berfungsi untuk  melalukan individu cell secara sekuensial melalui berkas cahaya (laser) yang akan dianalisis.  
Komponennya antara lain:
1.   Sumber cahaya,  dan komponen pemfokus cahaya.
2.   Fluidics, untuk mengarahkan cells melalui cahaya.
3.   Detektor Elektronika, untuk mendeteksi cahaya dan mengubahnya ke bentuk sinyal digital.  
4.   Suatu komputer untuk penyimpanan signals yang akan dianalisis.

2.2 Sumber Cahaya
Sumber cahaya pada suatu flowcytometer adalah laser. Alasan penggunaan laser, karena  kemampuannya untuk difokuskan menjadi berkas cahaya elliptis. Ini terkait dengan  komponen-komponen fluidics terkait. Laser memancarkan cahaya koheren, dan merupakan  berkas  sangat  paralel. Hal ini memungkinkan dasar pengukuran yang berbasis pada gangguan  berkas (beam disturbance) dapat dilakukan (forward scatter, side scatter) .  Batasan prinsip bagi lasers ditentukan oleh panjang gelombang yang dapat menimbulkan eksitasi. Secara virtual semua cytometers mengikuti standar laser argon, yang  memancarkan  cahaya pada 488 nm. 

2.3 Fluidics
Fluidics adalah bagian yang paling sensitif pada setiap flow cytometer. Jika terjadi  kesalahan, semuanya akan salah, dan fatal.

2.4 Detektor Sinyal
Seperti dibahas sebelumnya, deteksi sinyal dilaksanakan dengan menggunakan kombinasi   photomultiplier ( cathode-ray ) dan rangkaian elektronika. Sinyal yang dibangkitkan oleh  setiap individu cell pada dasarnya merupakan oscilloscope trace. Dengan melakukan integrasi  sinyal ini, akan dihasilkan suatu nilai numerik bagi fluorescensi maupun nilai side scatter.

3 RANCANGAN ALAT PENANGKAP  SERANGGA HAMA
                      Setelah nilai intensitas cahaya yang efektif diperoleh melalui uji laboratorium, dapat  diimplementasikan dalam rancangan alat penangkap serangga hama di lahan pertanian. Secara umum gambaran cara kerja piranti perangkap serangga hama ini adalah sebagai  berikut : dengan menyalakan lampu utama (lampu 4 pada gambar ) dalam beberapa waktu  untuk mengumpulkan semua serangga.

setelah lampu utama (lampu 4) padam, lampu perangkap  serangga kecil (lampu 3) dinyalakan, sehingga serangga menuju perangkap serangga kecil yang di atasnya telah dipasang filter sehingga hanya serangga ukuran kecil  saja yang dapat masuk dan terperangkap. Setelah lampu perangkap serangga kecil (lampu  3)  padam,

Kemudian lampu perangkap serangga sedang (lampu 2) dinyalakan sehingga sisa  serangga yang tidak masuk perangkap pertama menuju perangkap ke dua (perangkap   serangga sedang). Filter dipasang agar serangga besar tidak terperangkap pada perangkap ke dua. Setelah lampu perangkap sedang (lampu 2)  padam,

Kemudian lampu perangkap  serangga besar (lampu 1)  menyala sehingga serangga besar menuju perangkap serangga ke tiga. Filter dipasang agar serangga tertentu dalam ukuran sangat besar—yang biasanya menjadi prodator menguntungan—tidak ikut terperangkap. Demikian seterusnya proses diulang sehingga diperoleh serangga dalam tiga kategori ukuran:  kecil, sedang, dan besar.  

4. TEMUAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Data Uji Laboratorium
                     Setelah  peralatan  diimplementasikan  maka  nyala lampu siklus penangkapan serangga dapat  diuji di laboratorium dalam dua kondisi jumlah  siklus tiap jam.
Kondisi pertama dimana diperoleh 6 siklus penangkapan serangga tiap jam dengan   pembagian waktu; 4 menit untuk nyala lampu 4 (mengumpulkan semua serangga); 2 menit untuk nyala lampu 3 (mengarahkan serangga kecil ke bejana perangkap); 2 menit untuk nyala lampu 2 (mengarahkan serangga sedang ke bejana perangkap); 2 menit nyala lampu 1  (pengarah  serangga besar ke bejana perangkap). Sehingga  jumlah waktu yang dibutuhkan dalam satu siklus penangkapan selama 10 menit.

Kondisi kedua dimana diperoleh 3 siklus penangkapan serangga tiap jam dengan pembagian waktu; 8 menit untuk nyala lampu 4 (mengumpulkan semua serangga); 4 menit untuk nyala lampu 3 (mengarahkan serangga kecil ke bejana perangkap); 4 menit untuk nyala lampu  2  (mengarahkan serangga sedang ke bejana perangkap); 4 menit nyala lampu 1 (pengarah  serangga besar ke bejana perangkap). Sehingga jumlah waktu yang dibutuhkan dalam satu siklus penangkapan selama 20 menit. Untuk menguji ketahanan catudaya yang diperlukan telah diimplementasikan dua tipe catudaya  yang berbeda. Pertama diimplementasikan catudaya kering jenis GS 7 M  12V,7 Ah yang memiliki berat 0.35 kg dan sumber tegangan 12 V DC. Kedua diimplementasikan catudaya basah jenis GS 12 DC 75ª dengan berat 4.5 Kg sumber tegangan 12 V DC.

5 SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
                       Hasil implementasi dan analisis data uji coba yang telah dilakukan menggambarkan  bahwa rancangan alat penangkap serangga (hama) yang diimplementasikan telah memiliki  mekanisme kerja yang sesuai rancangan dan dapat ditarik simpulan sebagai berikut :
  1. Mikrokontroler AT 89C51 yang dirancang telah bekerja sebagaimana yang diharapkan,  dan mampu menjalankan software/program untuk mengendalikan Relay  JZC-22F-12V DC, dengan mengunakan sumber tegangan sebesar 12V.
  2. Relay JZC-22F-12V DC telah berhasil mengendalikan nyala lampu secara berturut-turut   dalam siklus penangkapan serangga (hama) yang direncanakan.
  3. Skenario 6 kali siklus penangkapan serangga setiap jam, telah berhasil dijalankan dengan  mengatur nyala lampu 4 selama 4 menit; mengatur nyala lampu 3 selama 2 menit; mengatur nyala lampu 2 selama 2 menit; dan mengatur nyala lampu 1 selama 2 menit.
  4. Skenario 3 kali siklus penangkapan serangga setiap jam, telah berhasil dijalankan dengan  mengatur nyala lampu 4 selama 8 menit; mengatur nyala lampu 3 selama 4 menit; mengatur nyala lampu 2 selama 4 menit; dan  mengatur nyala  lampu 1 selama 4 menit.
  5. Catudaya Elemen Kering GS 7 M 12V 7 Ah, dapat diterapkan selama 10 jam/hari dengan  ketahanan energi sealama 1 hari.
  6. Catudaya Elemen Basah GS 12Vb 75A, dapat diterapkan sealam 10 jam/hari dengan  ketahanan energi selama 5 hari.

 5.2 Saran
                   Implementasi perancangan alat penangkap serangga (hama) dengan intensitas cahaya yang telah dilakukan terbukti memiliki mekanisme kerja yan sesuai  rancangan. Adapun untuk optimalisasi penerapan dapat diberikan saran terhadap beberapa hal sebagai berikut:
  1. Penentuan lama waktu yang dibutuhkan untuk menyalakan lampu dalam tiap  siklus penangkapan serangga dapat diubah-ubah melalui modifikasi software pengendali, dan hal ini perlu diujicobakan secara langsung dilahan pertanian, sehingga dapat diperoleh data berapa lama waktu menyala lampu, sehingga secara efektif dapat menangkap serangga secara optimal.
  2. Bila dibutuhkan ketahanan catu daya (sumber energi) yang tahan lama (sealam 5 hari), dapa digunakan Catudaya Elemen Basah GS 12Vb 75A, namun terlebih  dahulu dipilih lokasi penempatan peralatan yang tepat, karena penggunaan  catu  daya ini mengakibatkan peralatan menjadi relatif lebih berat (4.5  Kg), sehingga tidak mudah untuk dipindah- pindah.
  3. Untuk penggunaa alat secara berpindah-pindah dapat digunakan catudaya  Elemen Kering GS 7 M 12V 7 Ah, yang relatif lebih ringan (0.45 kg). Namun penggunaan  catudaya  ini  memerlukan pengisian setiap harinya, karena daya tahan energinya cuma1 hari untuk 10 jam/hari pemakaian.
  4. Besar ukuran bejana dapat diubah sesuai kebutuhan, sehingga diperoleh ukuran bejana yang efektif dalam menangkap serangga. Hal ini akan diujicobakan secara langsung dilahan pertanian pada penelitian tahap berikutnya.
  5. ​Sumber catudaya dapat dikembangkan dengan memanfaatkan energi alternatif (solar cell) yang secara melimpah terdapat di lahan-lahan pertanian.

Referensi :
  1. Alim, E. S., & Ramza, H. (2012). Perancangan Piranti Perangkap Serangga (Hama) dengan Intensitas Cahaya. Rekayasa Teknologi, 3(1). https://journal.uhamka.ac.id/index.php/rektek/article/view/113.  
  2. Materi Kuliah 7 TIK PGSD UHAMKA , http://onlinelearning.uhamka.ac.id/.
0 Comments

Tiga Kelompok​ Kecerdasan Tiruan

23/11/2020

0 Comments

 
Kecerdasan tiruan adalah bagian penting ilmu pengetahuan bidang komputer yang diperlukan untuk mengembangkan kecerdasan program – program komputer. Kecerdasan Tiruan telah menjadi salah satu cabang riset yang sangat aktif dan produktif bagi para ilmuwan dibidang komputer dan psikologi lebih dari 50 tahun. Pada umumnya Kecercasan Tiruan dapat dikelompokan dalam 3 bagian.

Kecerdasan Tiruan dapat dikelompokan menjadi tiga kelompok sebagai berikut:
1. Sistem berbasis pengetahuan (knowledge-based systems, KBS): model dinyatakan secara eksplisit dan dibangun menggunakan kata dan symbol.
2. Inteligensia berbasis komputasi (Computational intelligence, CI): model secara implisit yang dinyatakan dengan teknik-teknik numerik.
3. Hybrid (campuran).

Mengetahui terkait Sistem Berbasis Pengetahuan (KBS)
Sistem Berbasis Pengetahuan (KBS)
KBS meliputi teknik-teknik seperti rule-based, case-based reasoning, dan induction systems. Karena pengetahuan dimodelkan secara eksplisit dengan menggunakan kata dan simbol, ia dapat dibaca dan dimengerti oleh manusia. Meskipun teknik berbasis simbol telah mengalami sukses untuk domainnya yang relatip sempit, namun ia tetap mengandung keterbatasan dalam hal kemampuan yakni sebatas mengatasi situasai-situasi yang telah dimodelkan secara eksplisit. Model simbolik pada umumnya kurang baik untuk mengatasi masalah yang belum familiar.

Intelegensia Berbasis Komputasi (CI)
CI berusaha mengatasi kelemahan kelompok KBS dengan cara membuat suatu model berbasis pada pengamatan dan pengalaman. Dalam hal ini, pengetahuan tidak secara eksplisit dinyatakan melainkan direpresentasikan melalui angka-angka (numeris) yang dapat disesuaikan seiring dengan bertambahnya ketelitian dari sistem. Termasuk dalam kategori ini adalah neural networks, genetic algorithms dan algoritma optimasi yang lain, serta teknik untuk mengatasi ketidak pastian seperti fuzzy logic. Induction systems mengandung perhitungan numeris, sehingga dapat pula dikelompokan pada CI. CI juga sering disebut sebagai soft computing, yaitu bidang AI yang difokuskan untuk mengatasi ketidak pastian (uncertainty), ketidak tepatan (imprecise), ambigu (ambigous), dan kabur (fuzzy) atau secara singkat untuk permasalahan yang abu-abu (grey area). Bukankah dunia ini penuh grey area?

Apa itu Kecerdasan Tiruan Hybrid?
Kelompok hybrid adalah campuran antara sesama unsur KBS atau sesama unsur CI  atau kombinasi antara unsur KBS dengan unsur CI. Tujuan penggabungan ini adalah untuk membuat suatu sistem paduan yang lebih hebat dari pada unsur-unsur sistem itu bila berdiri sendiri, jadi perpaduan ini diharapkan akan mengatasi kelemahan masing-masing kelompoknya. Berbagai kombinasi telah banyak dilakukan, misalnya: gabungan antara expert systems dan neural networks, fuzzy logic dengan neural networks, dan case-based reasoning systems dengan expert systems.

Artikel ini dibuat sebagai tugas kuliah Pengantar Kecerdasan Tiruan sebagaimana yang tertuang dalam onlinelearning.uhamka.ac.id

​Ditulis Oleh : Farah Hidayatul Afifah
0 Comments

    Pengantar TI

    Program Kerjasama untuk Perkuliahan Pengantar Teknologi Informasi Fakultas Teknik UHAMKA Kelas 1 F
    Selasa,  10:20 - 12:00
    R. FT 402

    Archives

    December 2021
    November 2021
    October 2021
    January 2021
    December 2020
    November 2020
    October 2020
    January 2020
    October 2019
    September 2019

    Categories

    All
    Kuliah #01
    Kuliah #02
    Kuliah #03
    Kuliah #04
    Kuliah #05
    Kuliah #06
    Kuliah #07
    Kuliah #08
    Kuliah #09
    Kuliah #10
    Kuliah #11
    Kuliah #12
    Kuliah #13

    RSS Feed

BERANDA
BERITA     
WAWASAN
  

REPORTASE NETIZEN
​OPINI NETIZEN
AGENDA
GALERI
POLING ARTIKEL FAVORITE
Flag Counter
Picture
​

PCIM TIONGKOK
kabarmutiongkok.org
Di Dukung Oleh BPTI UHAMKA