Kabar Mu Tiongkok
Temukan Kami di Sosial Media :
  • Beranda
  • Berita
  • Wawasan
  • Risalah Netizen
    • Refleksi Netizen
    • Reportase Netizen
    • Opini Netizen
    • Romadhan di Tiongkok
    • GongXi-Tiongkok
  • Aktivitas
    • School Of Journalism
    • Agenda
    • Lomba Foto >
      • form-lomba-foto
      • Poling Lomba Foto
    • Polling Puisi Favorite >
      • Puisi Favorite 2018
    • Polling
    • Lomba Ramadhan >
      • Pemenang Lomba
      • Polling Video-Favorite
  • Tamadun
    • Karya Fiksi
    • Galeri Foto
    • Karya Video
    • Karya Puisi
    • Kantin Kartini
  • Kontak Kami
  • Organisasi
  • Muhibah Ukuwah
    • NANJING >
      • Poling Lomba Foto Nanjing
      • Foto Ukuwah Nanjing
    • HANGZHOU >
      • Pooling Lomba Foto Hangzhou
      • Foto Ukhuwah Hangzhou
    • SHANGHAI >
      • Foto Ukhuwah Shanghai
  • Tiongkonomi
  • Kemitraan
    • UHAMKA - Pengantar TI
    • UHAMKA - Etika Profesi
    • UHAMKA - Digital Sistem
    • UHAMKA - Praktikum Digital

Ramadhan Penuh Warna Di Negeri Panda

2/6/2017

1 Comment

 
Picture
By: Rahmalia Usman*
 
Ramadhan adalah bulan ke 9 dalam kalender Hijriah. Ribuan mahasiswa Muslim di Wuhan berpuasa pada bulan suci ini, sedikit sulit karena bertepatan dengan musim panas (ramadhan yang diawali dengan musim panas dan diakhiri dengan ujian semester).
 
Tujuan berpuasa adalah membawa manusia lebih dekat kepada Allah Swt, salah satunya dengan perduli terhadap orang-orang yang kekurangan (bernasib kurang baik), baik itu yang miskin, kelaparan, dan tidak memiliki rumah (anak jalanan). Menjauhkan diri dari kebisaaan tidak baik seperti berbicara vulgar/kasar, merokok, dan mengkonsumsi alkohol.
 
Puasa di bulan ramadhan juga menunjukkan kontrol diri dan sebagai “spiritual detoks”, yaitu jalan manusia untuk mendapatkan ridha Allah SWT.
 
Rindu rumah, rindu tarawih berjama’ah, suasana buka puasa bersama, dengan menu khas berbuka ala Aceh; Kanji Rumbi.

​Untuk mengurangi rindu kampung halaman, ‘Meugang’* bersamapun digelar dengan memasak ala mahasiswa rantau seperti daging, sayur, air timun, bakwan, agar-agar dan beberapa makanan lainnya. Berkumpul, tilawah dan makan siang bersama setidaknya dapat sedikit mengurangi/mengobati rindu kampung halaman.


Hal utama yang menjadi perbincangan ketika berkumpul adalah, bagaimana berbuka puasa, bagaimana sahur, dan bagaimana dengan tarawih?
  
Menjelang bulan Ramadhan, puasa di negeri orang awalnya dipenuhi perasaan risau akan cuaca, makanan, berbuka, dan sahur, tarawih dan hal-hal lainnya.
 
 Prediksi cuaca yang konon katanya akan sangat panas tepat pada bulan Juni dan Juli, hal ini sangat meresahkan bagi kami yang melaksanakan puasa di negeri orang untuk pertama kali dan harus berpuasa selama 16 jam untuk musim panas tahun ini.
 
 Ibadah Puasa mulai kami jalani hari demi hari. ternyata cuaca tidak terlalu panas, hanya berkisar antara 21-28 derajat celcius, langit diselimuti mendung, sering hujan, padahal Juni termasuk puncak awal musim panas di sini.
 
 Bagaimana dengan berbuka puasa dan sahurnya? jadwal buka kantin yang tidak sesuai dengan waktu berbuka puasa bagi Muslim  karena jam 7 malam, semua kantin di area kampus sudah tutup. Demikian juga dengan sahur di negeri yang mayoritas berpenganut Taoism, otomatis kita tidak akan menemukan suasana berbuka puasa, sahur dan asmara subuh di sini. kami berpikir memasak makanan sendiri adalah satu-satunya cara untuk survive.
  
Namun seiring waktu, berbagai tawaran dengan menu berbuka berlabel ‘halal food’ mulai membanjiri media sosial (wechat) yang menjadi akun sosial andalan di Negara panda ini, mulai Pakistani food, Bangladesh food, Arabic food, Lanzhou food dengan menu utama Briyani, Rhoti, Japati, salad dan Yoghurt. Sebagian besar mereka yang membuka usaha dibidang kuliner dadakan ini berstatus mahasiswa. Kebanyakan melayani antar langsung ke alamat pembeli (delivery food) dalam dua waktu, yaitu untuk buka puasa (ifthar) dan sahur.
 
Bukan hanya kuliner halal dadakan, undangan berbuka puasapun mulai berdatangan, dari teman Kairo, Yaman, Malaysia, Tanzania, Uzbekistan dan Pakistan dll. Bahkan perkumpulan anak-anak Indonesia juga mengadakan buka puasa bersama. Semua itu sedikit mengobati rasa rindu kampung halaman.
  
Bertetangga dengan Muslim lainnya juga membuat kita feel home, mereka dengan murah hati membagi-bagikan kurma, makanan yang mereka masak, atau apapun yang mereka punya yang bisa mereka bagi untuk berbuka (takjil), seperti Kari dari Puan Malaysia, Japati dari Miss Tanzania, Kurma dari Syaikh Arab, Briyani dan Salad dari Pakistan, Paratha dan Seekh Kabab dari Bangladesh, Basyamil dan Pane dari Mesir. Dengan menu berbuka yang beraneka ragam membuat kita bisa merasakan suasana Ramadhan dalam “dunia rasa” yang berwarna.
 
Alhamdulillah, perasaan gundah, seribu perasaan tidak nyaman di negeri yang didominasi oleh penganut Taoism ini, berbagai prasangka yang tidak baik tentang suasana puasa di negeri tirai bamboo ini serta merta menghilang. Semua hal-hal negatif yang terbersit dipikiran ternyata tidak semuanya benar. Ternyata hari-hari yang kami lalui bisaa saja, walaupun tidak bisa Tarawih ke Masjid, karena untuk menuju Masjid harus menggunakan bus umum yang lumayan jauh dan menyita waktu.
 
Suasana puasa pun mulai terlihat, mulai dari kantin, suasana flat, suasana kampus, sampai suasana International Student Office juga ikut sepi, karena hampir sebagian mahasiswa internasional adalah Muslim, dari Asia Selatan, Asia Tenggara, Asia Tengah, Timur Tengah sampai Afrika. Bahkan tidak sedikit mahasiswa yang berasal dari Utara Cina merupakan Muslim yang taat.
 
Orang-orang di sini ketika mengetahui bahwa ini bulan khusus dan spesial untuk Muslim, mereka juga menghargai, meskipun awalnya mereka bertanya apa itu puasa ramadhan. Bahkan ketika meminta ijin untuk pulang ke Indonesia lebih awal karena akan merayakan the greatest day for Muslim, sang Supervisor tanpa berpikir lama langsung menjawab, “Ok, enjoy it”.
 
Inilah negeri Tirai Bambu di abad modern, mereka sudah mulai membuka mata untuk melihat dunia lain, bahwa kita berbeda, kita berwarna, kita saling melengkapi, tidak ada stratifikasi sosial yang berarti hanya karena berbeda akidah.
 
 
Selamat menikmati “dunia rasa yang berwarna” bagi kawan-kawan yang akan menghabiskan Ramadhan di Wuhan, China. Semoga keberkahan Ramadhan selalu bersama kita, Amiin.
 
*Meugang adalah budaya turun temurun orang Aceh, yaitu memasak daging selama dua hari menjelang ramadhan dan dua hari di akhir ramadhan.
 
*Mahasiswa Postgraduate, Huazhong University of Science and Technology (HUST) Wuhan, China.
1 Comment
Redaksi link
4/6/2017 18:43:04

Untuk berkorespondensi kepada penulis silahkan berkirim email ke lia_04@ymail.com

Reply



Leave a Reply.

    Picture

    Romadhan di Tiongkok

    Kumpulan Essay ringan tentang pengalaman yang dialami oleh netizen menjalani puasa ramadhan di negri Tiongkok, dan beberapa netizen yang tertarik dengan negeri Tiongkok.

    Archives

    September 2017
    June 2017

    Categories

    All

    RSS Feed

BERANDA
BERITA     
WAWASAN
  

REPORTASE NETIZEN
​OPINI NETIZEN
AGENDA
GALERI
POLING ARTIKEL FAVORITE
Flag Counter
Picture
​

PCIM TIONGKOK
kabarmutiongkok.org
Di Dukung Oleh BPTI UHAMKA