
MEMBACA AYAT-AYAT ALLAH
(Catatan Pelajaran “Puasa” Di China)
Oleh : Teuku Zulyadi (HUST)
Belajar didalam negeri atau diluar tidak ada bedanya, toh kita sama-sama harus mempelajari ilmu yang kita geluti. Yang paling penting adalah kesungguhan dalam menuntut ilmu, apalagi dengan perkembangan tekhnologi informasi terkini seperti tidak ada sekat antara belahan dunia. Apa yang terjadi disuatu negara dengan cepat akan tersebar keseluruh penjuru dunia. Keberuntungan kuliah diluar negeri hanya pada interaksi dengan budaya yang berbeda, belajar bahasa dan melatih kemampuan kita untuk beradaptasi.
Mahasiswa China sangat sungguh-sungguh dalam belajar, terlihat dari penuhnya perpustakaan setiap hari. Terkadang ada yang membaca dipustaka sambil berdiri karena tidak kebagian tempat duduk. Pustaka kampus dibuka dari pukul 8 pagi hingga 10 malam, dilengkapi dengan berbagai fasilitas pendukung belajar sehingga membuat betah mahasiswa yang berkunjung. Kebanyakan buku ditulis dalam bahasa Cina, sementara untuk mahasiswa internasional yang tidak kuliah dalam bahasa Mandarin tersedia buku berbahasa Inggris.
(Catatan Pelajaran “Puasa” Di China)
Oleh : Teuku Zulyadi (HUST)
Belajar didalam negeri atau diluar tidak ada bedanya, toh kita sama-sama harus mempelajari ilmu yang kita geluti. Yang paling penting adalah kesungguhan dalam menuntut ilmu, apalagi dengan perkembangan tekhnologi informasi terkini seperti tidak ada sekat antara belahan dunia. Apa yang terjadi disuatu negara dengan cepat akan tersebar keseluruh penjuru dunia. Keberuntungan kuliah diluar negeri hanya pada interaksi dengan budaya yang berbeda, belajar bahasa dan melatih kemampuan kita untuk beradaptasi.
Mahasiswa China sangat sungguh-sungguh dalam belajar, terlihat dari penuhnya perpustakaan setiap hari. Terkadang ada yang membaca dipustaka sambil berdiri karena tidak kebagian tempat duduk. Pustaka kampus dibuka dari pukul 8 pagi hingga 10 malam, dilengkapi dengan berbagai fasilitas pendukung belajar sehingga membuat betah mahasiswa yang berkunjung. Kebanyakan buku ditulis dalam bahasa Cina, sementara untuk mahasiswa internasional yang tidak kuliah dalam bahasa Mandarin tersedia buku berbahasa Inggris.
Tidak cukup tempat diperpustakaan, mahasiswa terkadang memanfaatkan taman untuk belajar. Huazhong University of Sains & Technology (HUST) tempat saya menuntut ilmu dikenal dengan kampus hutan. Memasuki kampus ini dikelilingi oleh pohon-pohon besar yang rimbun. Dipinggir jalan juga ditanam pohon-pohon sehingga terasa sejuk walaupun sedang musim panas. Taman-taman dan hutan kampus ini dilengkapi dengan tempat duduk dan meja serta fasilitas olahraga. Dibeberapa sudut kampus juga ada kolam buatan, dipinggirnya dibangun tempat untuk bisa bersantai. Tempat ini dijadikan sebagai tempat berlatih Tari Saman bagi anak-anak Aceh.
Kadang-kadang saya memanfaatkan waktu senggang untuk jalan-jalan ke taman. Disana, dengan mudah kita temukan mahasiswa China sedang membaca buku, berlatih musik dan kelompok mahasiswa sedang berdiskusi. Ada juga yang sedang teriak-teriak seperti orang “gila”, ternyata mahasiswa yang sedang menghafal kosa kata bahasa Inggris. Mahasiswa China cukup santun terhadap pelajar Internasional, mereka mengajak bicara dalam bahasa Inggris. Disisi lain mahasiswa asing sebagai latihan bagi mereka untuk berkomunikasi dalam bahasa Inggris.
Ontime is late, inilah semboyan mereka dalam menghargai waktu. Mahasiswa masuk kelas sepuluh menit sebelum kelas dimulai, begitu juga dengan laoshi (pengajar) selalu datang sebelum lonceng mulai kelas berbunyi. Pengalaman saya datang tepat waktu terpaksa harus duduk dibangku paling belakang. Belajar dikelas sangat serius, biasanya pintu ditutup saat kelas sudah mulai. Satu kelas jumlah mahasiswa bisa sampai 50 orang atau lebih, namun tidak ada keributan dikelas. Semua mahasiswa mendengar penjelasan laoshi, mencatat dan menanyakan yang belum dimengerti.
Laoshi sangat mudah diajak komunikasi, kadang-kadang saya chating hanya untuk menanyakan beberapa pelajaran yang kurang saya pahami. Selain dikelas, untuk bertemu tatap muka juga sangat mudah, mahasiswa dipersilakan datang ke kantor pada jam kerja. Mereka sangat senang melayani mahasiswa, tidak ada perbedaan apakah mahasiswa China atau asing. Jarang saya mendengar keluhan dosen tidak ditempat atau sibuk diluar. Sepertinya dosen di China hanya bertugas untuk mengajar dan mendidik mahasiswanya, tidak dibolehkan untuk “nyambi” ditempat lain. Kalaupun harus keluar kampus itu karena ditugaskan oleh kantor.
Belajar di Cina, siap-siap harus mengerjakan banyak PR (Pekerjaan Rumah). Tidak cukup dikelas, saya juga harus mengerjakan tugas-tugas kuliah saat kembali kekamar. Pengalaman saat belajar bahasa mandarin satu tahun. Setiap hari harus masuk kelas dan tiap hari pula ada PR yang harus dikerjakan. Saya harus kuat menghafal dan menulis karakter huruf China, kedua metode ini dipraktekkan oleh kampus di China dalam mengajarkan bahasa mandarin untuk pelajar asing. Metode ini sangat efektif, terbukti satu tahun belajar mahasiswa asing sudah mampu berkomunikasi baik tulisan maupun lisan dalam bahasa Mandarin.
Lain lagi suasana kalau lagi ujian, dimana-mana mahasiswa sibuk dengan buku. Seperti tidak peduli dengan sekitar, sambil jalan, dilorong-lorong kelas bahkan dikantin mereka membawa buku untuk dibaca. Menyontek sangat pantang untuk dilakukan, bukan karena takut diketahui oleh dosen apalagi disetiap kelas sudah dipasang CCTV. Namun mereka sangat malu kalau harus menyontek teman dalam menjawab ujian. Tidak hanya mahasiswa, laoshi juga merasa malu kalau menemukan mahasiswanya nyontek. Jauh-jauh hari sebelum ujian, selalu diingatkan jangan membuat sedih para pengajar dengan menyontek.
Disamping tekun dan sungguh-sungguh dalam belajar, mahasiswa China juga mempunyai semangat yang tinggi dalam mempersiapkan masa depan. Saya bertanya, apa cita-cita mereka, hampir rata-rata mereka jawab untuk jadi pengusaha. Dengan menjadi pengusaha mereka bisa membangun negaranya. Generasi muda China sangat setia untuk negara, setiap mahasiswa baru mereka harus ikut pendidikan bela negara dengan berpakaian seperti militer.
Bukan hanya cerdas, anak-anak China juga tertib dan teratur. Budaya antri menjadi pemandangan sehari-hari. Saat membeli makanan dikantin dan supermarket, antri menunggu bus atau membeli tiket. Semua dilakukan tanpa ada yang mengontrol atau perintah, tidak ada tali atau pembatas seperti di Bank-bank di Indonesia. Mereka juga mendahulukan orang-orang yang sudah tua. Di bus umum kalau ada orang tua berdiri, sudah pasti ada anak muda yang mempersilakan duduk.
Dalam bulan ramadhan, disamping menjalankan ibadah puasa juga ada kewajiban lain yang dituntut kepada kaum muslimin. Yaitu, belajar tentang ayat-ayat Allah baik ayat yang tertulis dalam Al-quran maupun ayat-ayat alam sekitar. Etos, interaksi, disiplin, santun dan tertib masyarakat China harus menjadi “lesson learned” bagi kaum muslim diseluruh dunia. Kehidupan di China adalah salah satu ayat Allah yang diturunkan dimuka bumi Tiongkok. Wallahu A’lam.
Kadang-kadang saya memanfaatkan waktu senggang untuk jalan-jalan ke taman. Disana, dengan mudah kita temukan mahasiswa China sedang membaca buku, berlatih musik dan kelompok mahasiswa sedang berdiskusi. Ada juga yang sedang teriak-teriak seperti orang “gila”, ternyata mahasiswa yang sedang menghafal kosa kata bahasa Inggris. Mahasiswa China cukup santun terhadap pelajar Internasional, mereka mengajak bicara dalam bahasa Inggris. Disisi lain mahasiswa asing sebagai latihan bagi mereka untuk berkomunikasi dalam bahasa Inggris.
Ontime is late, inilah semboyan mereka dalam menghargai waktu. Mahasiswa masuk kelas sepuluh menit sebelum kelas dimulai, begitu juga dengan laoshi (pengajar) selalu datang sebelum lonceng mulai kelas berbunyi. Pengalaman saya datang tepat waktu terpaksa harus duduk dibangku paling belakang. Belajar dikelas sangat serius, biasanya pintu ditutup saat kelas sudah mulai. Satu kelas jumlah mahasiswa bisa sampai 50 orang atau lebih, namun tidak ada keributan dikelas. Semua mahasiswa mendengar penjelasan laoshi, mencatat dan menanyakan yang belum dimengerti.
Laoshi sangat mudah diajak komunikasi, kadang-kadang saya chating hanya untuk menanyakan beberapa pelajaran yang kurang saya pahami. Selain dikelas, untuk bertemu tatap muka juga sangat mudah, mahasiswa dipersilakan datang ke kantor pada jam kerja. Mereka sangat senang melayani mahasiswa, tidak ada perbedaan apakah mahasiswa China atau asing. Jarang saya mendengar keluhan dosen tidak ditempat atau sibuk diluar. Sepertinya dosen di China hanya bertugas untuk mengajar dan mendidik mahasiswanya, tidak dibolehkan untuk “nyambi” ditempat lain. Kalaupun harus keluar kampus itu karena ditugaskan oleh kantor.
Belajar di Cina, siap-siap harus mengerjakan banyak PR (Pekerjaan Rumah). Tidak cukup dikelas, saya juga harus mengerjakan tugas-tugas kuliah saat kembali kekamar. Pengalaman saat belajar bahasa mandarin satu tahun. Setiap hari harus masuk kelas dan tiap hari pula ada PR yang harus dikerjakan. Saya harus kuat menghafal dan menulis karakter huruf China, kedua metode ini dipraktekkan oleh kampus di China dalam mengajarkan bahasa mandarin untuk pelajar asing. Metode ini sangat efektif, terbukti satu tahun belajar mahasiswa asing sudah mampu berkomunikasi baik tulisan maupun lisan dalam bahasa Mandarin.
Lain lagi suasana kalau lagi ujian, dimana-mana mahasiswa sibuk dengan buku. Seperti tidak peduli dengan sekitar, sambil jalan, dilorong-lorong kelas bahkan dikantin mereka membawa buku untuk dibaca. Menyontek sangat pantang untuk dilakukan, bukan karena takut diketahui oleh dosen apalagi disetiap kelas sudah dipasang CCTV. Namun mereka sangat malu kalau harus menyontek teman dalam menjawab ujian. Tidak hanya mahasiswa, laoshi juga merasa malu kalau menemukan mahasiswanya nyontek. Jauh-jauh hari sebelum ujian, selalu diingatkan jangan membuat sedih para pengajar dengan menyontek.
Disamping tekun dan sungguh-sungguh dalam belajar, mahasiswa China juga mempunyai semangat yang tinggi dalam mempersiapkan masa depan. Saya bertanya, apa cita-cita mereka, hampir rata-rata mereka jawab untuk jadi pengusaha. Dengan menjadi pengusaha mereka bisa membangun negaranya. Generasi muda China sangat setia untuk negara, setiap mahasiswa baru mereka harus ikut pendidikan bela negara dengan berpakaian seperti militer.
Bukan hanya cerdas, anak-anak China juga tertib dan teratur. Budaya antri menjadi pemandangan sehari-hari. Saat membeli makanan dikantin dan supermarket, antri menunggu bus atau membeli tiket. Semua dilakukan tanpa ada yang mengontrol atau perintah, tidak ada tali atau pembatas seperti di Bank-bank di Indonesia. Mereka juga mendahulukan orang-orang yang sudah tua. Di bus umum kalau ada orang tua berdiri, sudah pasti ada anak muda yang mempersilakan duduk.
Dalam bulan ramadhan, disamping menjalankan ibadah puasa juga ada kewajiban lain yang dituntut kepada kaum muslimin. Yaitu, belajar tentang ayat-ayat Allah baik ayat yang tertulis dalam Al-quran maupun ayat-ayat alam sekitar. Etos, interaksi, disiplin, santun dan tertib masyarakat China harus menjadi “lesson learned” bagi kaum muslim diseluruh dunia. Kehidupan di China adalah salah satu ayat Allah yang diturunkan dimuka bumi Tiongkok. Wallahu A’lam.