
Nissa Mauliani (Mahasiswi Universitas Almuslim Bireuen)
Ramadhan tak terasa semakin dekat menyapa di penghujung mata. Bulan penuh berkah dan kemuliaan yang pastinya dinantikan semua umat muslim di dunia. Melaksanakan perintah Allah dan seruan Rasulullah dengan berpuasa wajib selama sebulan penuh. Bahkan Rasulullah menganjurkan untuk menyambut kedatangan ramadhan dengan suka cita. Mengapa demikian? Bulan ramadhan merupakan kesempatan bagi kita untuk menghapus berbagai dosa yang dilakukan sebelumnya, memperbaiki diri serta meningkatkan amal ibadah. Selain itu, kesempatan untuk memperoleh pahala yang berlipat-lipat ganda terbuka lebar selama bulan ramadhan. Maka, bergembiralah kita sebagai umat islam dalam menyambut datangnya bulan ramadhan yang penuh keberkahan.
Muslim di setiap pelosok dunia memiliki cerita berbeda dalam menyambut bulan ramadhan. Tumbuh besar dalam lingkungan masyarakat muslim mayoritas dan kultur islam yang kuat, memudahkan saya untuk menikmati suasana bulan ramadhan yang begitu syahdu. Tradisi memotong daging kurban atau yang disebut “makmeugang” oleh masyarakat Aceh menjadi salah satu tanda kegembiraan menyambut Ramadhan setiap tahunnya. Alunan ayat-ayat suci Alquran akan terdengar di setiap sudut mesjid dan mushala hingga tengah malam. Berbagai acara dakwah dan cerita islami mengisi tayangan televisi nusantara. Selain itu, munculnya pasar kaget yang menjajakan berbagai makanan berbuka puasa juga menambah keramaian suasana ramadhan. Ditambah lagi, fenomena dimana semua orang berlomba-lomba memamerkan foto epic dengan tema buka puasa bareng akan memenuhi timeline media sosial selama sebulan penuh. Semua hal tersebut dan berbagai cerita lainnya bisa dengan mudah didapatkan di Indonesia. Lantas bagaimana jadinya suasana ramadhan di negara non-muslim?
Ramadhan tak terasa semakin dekat menyapa di penghujung mata. Bulan penuh berkah dan kemuliaan yang pastinya dinantikan semua umat muslim di dunia. Melaksanakan perintah Allah dan seruan Rasulullah dengan berpuasa wajib selama sebulan penuh. Bahkan Rasulullah menganjurkan untuk menyambut kedatangan ramadhan dengan suka cita. Mengapa demikian? Bulan ramadhan merupakan kesempatan bagi kita untuk menghapus berbagai dosa yang dilakukan sebelumnya, memperbaiki diri serta meningkatkan amal ibadah. Selain itu, kesempatan untuk memperoleh pahala yang berlipat-lipat ganda terbuka lebar selama bulan ramadhan. Maka, bergembiralah kita sebagai umat islam dalam menyambut datangnya bulan ramadhan yang penuh keberkahan.
Muslim di setiap pelosok dunia memiliki cerita berbeda dalam menyambut bulan ramadhan. Tumbuh besar dalam lingkungan masyarakat muslim mayoritas dan kultur islam yang kuat, memudahkan saya untuk menikmati suasana bulan ramadhan yang begitu syahdu. Tradisi memotong daging kurban atau yang disebut “makmeugang” oleh masyarakat Aceh menjadi salah satu tanda kegembiraan menyambut Ramadhan setiap tahunnya. Alunan ayat-ayat suci Alquran akan terdengar di setiap sudut mesjid dan mushala hingga tengah malam. Berbagai acara dakwah dan cerita islami mengisi tayangan televisi nusantara. Selain itu, munculnya pasar kaget yang menjajakan berbagai makanan berbuka puasa juga menambah keramaian suasana ramadhan. Ditambah lagi, fenomena dimana semua orang berlomba-lomba memamerkan foto epic dengan tema buka puasa bareng akan memenuhi timeline media sosial selama sebulan penuh. Semua hal tersebut dan berbagai cerita lainnya bisa dengan mudah didapatkan di Indonesia. Lantas bagaimana jadinya suasana ramadhan di negara non-muslim?