
Sudah saatnya kami harus balik ke China, liburan telah usai. Di bulan Februari 2017 kemarin, kami kembali ke Wuhan lewat Guangzhou, rute ini termasuk rute yang sering kami pilih. Untuk keluarga beranak banyak, berburu tiket murah jadi salah satu agenda ketika kita memutuskan pulang ke Indonesia atau balik ke China. Nah Guangzhou menjadi salah satu destinasi (tiket murah) sebelum melanjutkan ke Wuhan, selain Shenzen. Biasanya dari kedua kota itu kami masih harus melanjutkan perjalanan dengan kereta, kurang lebih 12 jam lagi ke Wuhan.
Bagi teman-teman yang ingin backpacker-an ke Wuhan, rute ini bisa menjadi alternatif transportasi murah. Karena masih harus lanjut pakai kereta, saran saya untuk yang tidak kuat duduk lama, gunakan fasilitas kereta tidur, untuk harga tiket beda ¥ 100 dengan tiket ekonomi biasa. Karena kursi di tiket ekonomi memiliki sudut 90 derajat, permanen, tidak bisa diatur ulang kemiringan sudutnya. Membutuhkan punggung yang kuat dan tubuh yang tidak terlalu gemuk agar ‘mungkin’ sedikit nyaman untuk menduduki kursi tersebut. Karena selain bagian senderan yang sudah fixed, kursinya juga memiliki lebar yang tidak ramah bagi orang-orang yang bokongnya lebih bervolume seperti saya, emak rantau beranak empat.
Kedatangan kami di Guangzhou kemarin itu, kami manfaatkan dengan salah satu agenda, yaitu berziarah ke makam salah satu sahabat yang mensyiarkan islam di China, Saad bin Abi Waqosh. Seorang yang oleh Baginda SAW didoakan 2 hal : yang doanya dikabukan oleh Allah SWT, dan panahnya tak pernah melesat dari sasaran.
Saad bin Abi Waqosh, sang pemanah ulung pada generasi sahabat itu, kini terbaring disebuah haritagenya Guangzhou. Salah satu tempat ziarah lengkap dengan masjidnya yang asri. Letak taman Abi Waqosh berada tepat disebelah taman anggrek, salah satu tempat wisata di Guangzhou, tak jauh dari stasiun subway.
Sepintas pintu gerbang tamannya terlalu biasa untuk sebuah situs, bukan termasuk yang cepat dikenali orang dalam satu kali pandang, ‘hanya’ gerbang besi besar dengan loket seperti pos satpam tanpa penjaga didepannya, ditambah standing banner berwarna kuningg dengan tulisan China dengan terjemahan bahasa Inggris.

Tidak jauh dari ‘pos satpam’ terdapat keran air yang banyak dengan 1 toilet disebelah kiri, asumsi saya keran tersebut berfungsi sebagai tempat wudhu. Dan saya masih belum menemukan kuburannya.
Taman itu bersih, teduh, asri, sangat terawat, jalanan agak menyempit, itu karena terdapat ‘taman’ tepatnya area yang dipagari oleh tanaman, dan jalan setapak. Setelah kita sampai dijalan setapak, saya mengintip ‘isi’ taman yang dipagari tanaman tersebut. Diluar dugaan saya, saya melihat banyak kuburan khas china, besar-besar dan disemen, permanen. Saya kira disanalah letak makam Saad. Sayangnya saya tidak bisa membaca huruf China, jadi saya tidak tahu kuburan siapakah disana sebenarnya?

Saya lanjutkan perjalanan, ternyata ada masjid besar ditengah-tengah taman, masjid yang sangat terawat, dihalaman masjid terdapat tempat duduk dengan naungan pohon-pohon, sangat teduh. Asri sekali. Suami menyempatkan sholat dhuha disana, saya sendiri tidak berkesempatan merasakan sholat disana, karena tamu bulanan yang sedang berkunjung.
Setelah suami selesai sholat dhuha, kami mengelilingi areal sisa situs tersebut, sisanya tidak terlalu besar, kesan saya seperti jogging track, jalan setapak yang dibuat memutar. Ternyata ada gerbang juga disana, mungkin alternatif pintu masuk dari arah yang berbeda. Oke selesai sudah kunjungan situs ini pikir saya. Ternyata si kecil ingin pup, akhirnya saya masuki juga gerbang merah besar tempat orang lalu lalang tadi, benar saja disana ada toilet. Toiletnya bersih untuk ukuran toilet China, dan memang pada umumnya menurut saya toilet masjid adalah toilet terbaik di China :D.
Semakin mendekati gerbang saya baru sadar Inilah areal perkuburan inti, karena kuburannya istimewa sekali, setiap kuburan diberi tudung warna warni, hijau, pink, biru, merah.. Inilah kuburan Saad pikir saya, tapi yang mana? Sebelah kanan dan kiri penuh dengan kuburan ‘berwarna’.

Sayapun menyempatkan diri untuk mendoakan sahabat Rosulullah yang mulia, sambil mengambil pembelajaran hari ini, betapa peran da’wah begitu sangat berpengaruh bagi tegaknya agama Allah dibumi, dan peran para pengembannya yang penuh perjuangan tanpa lelah, mengharap ridhoNya sajalah, maka Islam bisa dinikmati oleh kita saat ini. Mereka rela meninggalkan apapun, orang-orang yang dicintainya, tanah kelahirannya, belum lagi berkorban harta, jiwa, dan rasa. Beradaptasi dan merintis dari awal demi tegaknya kalimatullah, menyebarkan agama sempurna agar terasa oleh semua manusia dibelahan bumi lainnya, menyampaikan hak mereka untuk juga merasakan nikmat manisnya iman dalam berislam.
Lintasan doa itulah yang mengiringi selain doa ampunan untuk sahabat Saad bin Abi Waqosh & prajuritnya. Berkah Ziarah hari itu, mendapatkan pelajaran & semangat dalam mengemban da’wah dengan potensi yang dimiliki, sebagai bentuk syukur kepadaNya. Ingin bisa berkontribusi lebih dalam jalan da’wah ini, moga Allah beri jalan & bimbing diri ini hingga layak menjadi pejuang agamaNya, In syaa Allah, aamiin..
Berkah adalah segala sesuatu yang menambah ketaatan kita kepadaNya. Saya berharap Ziarah bulan lalu berdampak dan berbuah keberkahan buat kami semua, dimana bumi dipijak, disitu kalimat Allah dijunjung.

Semoga teman-teman lainnya berkesempatan berziarah ke makam sahabat ini, dan semoga Ziarah yang kita lakukan membawa ‘berkah’ bagi yang melakukannya. Ziarah kubur pengingat kematian yang efektif bagi kita semua, sudah cukupkah bekal perjalanan ‘pulang’ kita ini? #tafakur
Artikel ini menjadi nominator artikel favorit Kabar Mu Tiongkok September-Oktober 2017, untuk memberi dukungan silakan ikuti polingnya dengan KLIK disini.