Hari ini cukup bahagia, melihat anak-anak muda Indonesia yang sekolah di Nanjing berkumpul di acara WIF (Welcoming Indonesian Freshman) semacam penyambutan selamat datang mahasiswa baru di Nanjing, Tiongkok. Acara pembukaan dilaksanakan di Bailu Hotel yang terletak di daerah Fuzimiao. Fuzimiao sendiri konon sejarahnya adalah kuil yang didedikasikan untuk sarjana legendaris China yang dibangun pada tahun 1034. Tempat yang luar biasa, kita bisa melihat pemandangan yang menakjubkan tentang kehidupan dan budaya di tepi sungai Qinhuai cabang dari sungai Yangtze. Fuzimiao merupakan salah satu kawasan destinasi terkenal yang ada di Kota Nanjing,Tiongkok. Ada yang berpendapat bahwa tidak sempurna perjalanan seseorang ke Nanjing, jika tidak mengunjungi Fuzimiao. Tempat ini akan lebih indah jika malam (Mungkin lain waktu kami share secara lengkap).
Kegiatan ini diikuti oleh seluruh mahasiswa baru di Nanjing, mulai dari kelas Bahasa Mandari, D3, S1, S2, dan Mungkin beberapa gelintir mahasiswa Ph.D yang masih agak muda. Kegiatan ini dibuka oleh panitia yang dihadiri tamu undangan dari pengurus PPIT Nanjing dan Tinongkok, Komunitas Mahasiswa Indonesia, dan KJRI Indonesia di Shanghai yang juga turut hadir dalam acara ini.
Tiba saat yang saya tunggu, pemaparan dari KJRI yang disampaikan oleh mas Bravi. Ia menjelaskan bahwa di China terdapat 23 Provinsi yang di dalamnya terdapat Mahasiswa Indonesia. Yang tersebar dalam berbagai macam Universitas dan Jurusan. Mahasiswa Indonesia secara Kuantitas menempati urutan ke 7 terbanyak. Dalam sambutan pembuka mas Bravi menanyakan kepada beberapa mahasiswa S1 dan D3 yang duduk di depan tentang, Apa yang Anda bayangkan dari China sebelum Anda datang? Ada yang menjawab tertutup, seram, apa-apa dibatasi, susah cari masjid, susah cari makanan halal, dan lain-lain, banyak dari mereka yang sempat takut sebelum datang kesini(Mungkin termasuk saya). Selanjutnya mas Brav menanyakan motivasi anak-anak kok bisa sampai di China, dan jawaban pun bermacam-macam. Ada salah satu anak dari Jakarta yang menjawab, saya mengikuti “Tuntutlah ilmu walaupun sampai ke Negri China” spontan tepuk tangan pun bergemuruh. Selanjutnya beliau menanyakan apa kesan selama di China, dan jawaban pun bermacam-macam, ketakutan yang dikhawatirkan sebelum datang ke China pun mulai hilang. Akses ke Masjid sangat mudah, lokasi masjid dekat dengan pemberhentian bus, dan sangat dekat dengan Kereta, makanan halal dengan mudah dapat diperoleh dll.
Kegiatan KJRI di akhiri dengan informasi Pemilu, pendataan data pemilih dan laporan kedatangan warga Indonesia ke China. hemm,, mulai senyum-senyum, ayo kesini, @Thoriq Aziz dan Rozaq.. Akhirnya saya pulang duluan bersama mas Kukuh dan bu Kukuh, pak Iim, dan pak Agus (Nah ini beliau senior dari Pemprov Jabar yang disekolahkan disini-kapan-kapan juga akan saya ceritakan). Sementara Bu Rudy dan Bu Nissa mengikuti kegiatan sampai selesai, nah Pak Dani pergi sama Bu Dani ke Laomentong (tempat yang tidak kalah kerennya). Tak lupa sebelum pulang kami mampir Restaurant Halal di depan Fuzimiao dan Shalat di Masjid Ceng Ho, dan kembali ke NNU. Cukup senang melihat generasi Emas Indonesia yang umurnya masih belasan Tahun sudah mandiri sekolah di Negeri orang dengan semangat menuntut ilmu yang membara .. mereka adalah masa depan Bangsa. Maka Cahaya Matahari Bersinar di Nanjing