Ngaji Bareng di Huashi
(Cahaya Pencerahan di Tengah Gemerlap Kota Wuhan)
Seminggu sekali, secara rutin mahasiswa yang beragama Islam dari Indonesia mengadakan acara ngaji bareng. Kegiatan ini awalnya rutin digelar setiap Kamis malam Jum’at. Karena beberapa mahasiswa pada saat yang besamaan ada yang kuliah, waktunya dipindah menjadi Jum’at malam.
Muhammad Arief Zuliyan, nama panggilanya Iyan, mahasiwa Doktoral jurusan Hubungan Internasional asal Jepara, banyak teman-teman mengenalnya dengan sebutan Cak Muh, adalah salah satu penggagas acara ini. Ia berkisah tentang awal mula kegiatan ngaji rutin ini yang muncul dari obrolan ringan di kamarnya bersama Jufri dan Humaidi, keduanya mahasiswa program master yang sedang belajar bahasa Mandarin di CCNU. “Ini adalah inisiasi mas Jufri dan mas Humaidi. Awalnya ngobrol di kamar saya. Saya setuju banget dengan inisiasi itu, maka saya mendukung penuh. Langsung gasss poooolll. “ tuturnya Cak Muh penuh semangat. “Saya langsung bilang; yaaa mari kita awali dengan siapapun yang mau dan siap. Diawali cuman empat orang doang pertama kali ngaji, alhamdulillah terus berkembang.” Lanjutnya.
Serangkaian acara dilalui dimulai dengan tadarus Al Quran. Satu orang mendapat bagian 2 halaman. Dilanjutkan dengan membaca surat-surat pilihan, seperti Yaasiin, Al Waqiah atau yang lain sesuai usulan yang hadir kemudian ditutup dengan doa. Setelah itu ada yang bertugas menyampaikan pesan-pesan hikmah yang disampaikan oleh jamaah secara bergilir. Diakhiri dengan menyantap sajian ala kadarnya yang disiapkan oleh yang kamarnya ketempatan. Kadang ada diskusi berbagai hal yang ada di sekitar mereka.
Iyan sebagai pegiat acara ini menyampaikan pentingnya sense of belonging. Ia berharap agar peserta pengajian bisa ikut dengan senang hati tanpa paksaan. Ia ingin dengan ngaji rutin mahasiswa muslim Indonesia di CCNU khususnya bisa menjadikan mereka tetap menjaga tradisi Islami dan ini bisa menjadi ajang silaturahmi.
Sementara itu Muhammad Aris Ichwanto, yang akrab disapa Aris, ketua PPIT Ranting Huashi. Suatu waktu di sela acara ngaji bareng ia mengingatkan pentingnya semangat toleransi. Ia berpesan untuk saling menghargai dan menghormati baik dengan sesama muslim dan juga yang non-muslim.
Di antara mereka ikut juga Nimas, mahasiswa putri berkacamata, asal Surabaya. Alumni pondok yang sekarang sedang mengikuti program preparatory Bahasa Mandarin, menyampaikan kesannya. “Acara ini positif sekali, seneng banget bisa bergabung di ngaji bareng ini, ya selain menambah ilmu, sharing dengan para senior, juga bisa dapat berkahnya kumpul majlis, ya kalo saya pribadi di sini kan rada sedih sudah jarang bisa sholat jamaah dan hadir di majlis pengajian, tapi dengan adanya pengajian ini bisa merasakan kembali suasana seperti itu. Bonus refreshing bisa ketawa-ketawa bareng.. setelah seminggu otak mikir hanzi.” Ucapnya dengan antusias.
Acara ngaji bareng ini memang mendapatkan respon positif dari yang hadir. Arum Priadi, dosen UAD yang sedang mengambil program doktoral jurusan Curriculum and Teaching Methodology di CCNU menyampaikan. “Beginilah wajah pemuda Indonesia yang cinta Indonesia dengan senantiasa menjunjung tinggi nilai-nilai Islam sebagai semangat untuk membangun kemajuan bangsa Indonesia. Pokoknya keren. Intelektual muslim Indonesia banget.” Tuturnya bangga.