Kabar Mu Tiongkok
Temukan Kami di Sosial Media :
  • Beranda
  • Berita
  • Wawasan
  • Risalah Netizen
    • Refleksi Netizen
    • Reportase Netizen
    • Opini Netizen
    • Romadhan di Tiongkok
    • GongXi-Tiongkok
  • Aktivitas
    • School Of Journalism
    • Agenda
    • Lomba Foto >
      • form-lomba-foto
      • Poling Lomba Foto
    • Polling Puisi Favorite >
      • Puisi Favorite 2018
    • Polling
    • Lomba Ramadhan >
      • Pemenang Lomba
      • Polling Video-Favorite
  • Tamadun
    • Karya Fiksi
    • Galeri Foto
    • Karya Video
    • Karya Puisi
    • Kantin Kartini
  • Kontak Kami
  • Organisasi
  • Muhibah Ukuwah
    • NANJING >
      • Poling Lomba Foto Nanjing
      • Foto Ukuwah Nanjing
    • HANGZHOU >
      • Pooling Lomba Foto Hangzhou
      • Foto Ukhuwah Hangzhou
    • SHANGHAI >
      • Foto Ukhuwah Shanghai
  • Tiongkonomi
  • Kemitraan
    • UHAMKA - Pengantar TI
    • UHAMKA - Etika Profesi
    • UHAMKA - Digital Sistem
    • UHAMKA - Praktikum Digital

Kaki Made In China

27/5/2017

5 Comments

 
Picture

​Oleh : Lika Kurnia Asri (Warga Negara Indonesia yang tinggal di kota Wuhan).

​Siapa yang tak kenal China? Negeri berpenduduk besar, daratan yang luas, terlabeli ahli menduplikasi, dan rakyatnya yang menyebar di seluruh dunia.

Kesan pertama saya tentang negara ini adalah 'penuuuh'..! Apa karena setibanya di bandara Guangzhou terkoneksi dengan subway pada waktu itu di jam manusia sibuk ya ? Rasanya saat itu bagai pasar tanah abang di bulan Ramadhan yang sesak, berdumpelan. Pun setelah keluar dari subway, saya belum pernah melihat orang-orang sibuk sebanyak itu selain kalau kita mau mudik Lebaran di Indonesia. Lalu lalang orang bawa koper dan beragam tentengan yang ‘seabreg’, baik diangkat atau pakai troley seret. Luar biasa sibuk lalu lalang mereka.

Setibanya di kota Wuhan, lagi-lagi pemandangan yang sama di subway terulang seperti di Guangzhou. Belum lagi rute stasiun yang berkelok-kelok, naik turun, seperti tak berujung.. Apakah memang hal ini disengaja? Untuk mengantisipasi membludaknya manusia disatu tempat? jadi rute dibuat 'menantang'. Yang takjubnya lagi, manula disini berfisik kuat, bagai manula didesa yang giat bekerja. Ditempat saya tinggal di Indonesia dulu, Bandung-BSD, rasanya hanya satu atau dua orang saja manula yang berfisik sama seperti di China. Sisanya seperti yang kita anggap 'normal' di Indonesia. Manula itu identik dengan dipapah, terbaring lemah, hanya dirumah, dan berbagai keadaan lainnya bila kita temui ‘manula kota’ di Indonesia, kalau toh masih ada yang bisa berjalan tapi jalannya sudah sangat lambat.

Satu bulan awal tinggal di Wuhan dengan berbagai aktivitas para pendatang baru, mengurus surat menyurat, mencari tempat tinggal, beli perabotan, ngurus kesehatan, belum lagi pindahan dari kampus ke pemukiman.. ternyata kaki saya 'menyerah'. Kaki saya pernah drop, sampai susah diajak jalan, nyeri.. Bagai seseorang yang tidak pernah berolah raga mengikuti pertandingan marathon. Kalah.
Disini orang-orangnya terbiasa jalan kaki, dan disupport pemerintah yang memiliki rakyat banyak, namun disatu sisi ingin menciptakan ketertiban serta kenyamanan yang harus dirasakan rakyatnya (yang banyak itu), maka tata letak kota dibuat berjauhan. Satu akses ke akses lain 'penuh perjuangan', kalau dijakarta satu akses ke akses lain itu sebenarnya dekat, macetlah yang membuat lama. Tapi di Wuhan, rasanya jauh bagi saya. Mungkin 'jauh' itu karena selain jarak ada rasa lelah dari berjalan kaki untuk mencapai akses yang kita tuju.

Di sini rakyat yang tidak punya kendaraan 'dipaksa' berjalan untuk mendapatkan fasilitas transportasi. Tidak jarang dari tempat tinggal ke halte bus, menempuh jalan yang lumayan, belum lagi ketika bus datang dan calon penumpangnya banyak, pasti saling rebutan. Hanya saja positifnya disini masih relatif lebih baik dalam penerapan aturan misalnya memberikan prioritas tempat duduk kepada manula, wanita hamil, dan yang punya anak. Respon mereka cenderung lebih cepat dibanding di Indonesia, ketika menemukan tiga jenis orang yang terkategori mendapat prioritas tempat duduk, baik di bus maupun kereta.
​
Kembali ke masalah kaki.. Gampangnya kalau saya analogikan, kaki 'made in' China ini bagaikan kaki orang pedesaan di Indonesia, yang benar-benar desa, yang masih belum banyak orang punya kendaraan bermotor, yang jelas terbiasa berjalan kaki, karena konsep 'dekat' mereka adalah 'jauh' bagi orang kota yang biasanya. Ke warung, ke pasar, antar anak sekolah didepan gerbang komplek rumah, ke masjid, cari tukang sayur didalam komplek, semuanya pasti berkendara.. Dalam hal ini, kaki kita 'kalah' kuat dengan kaki 'made in' China.
​
Itulah wajar mengapa mungkin salah satu penyebab manula mereka memiliki tingkat harapan hidup yang tinggi karena faktor kebiasaan disini, berjalan kaki. Olah raga rutin yang dilakukan mereka setiap hari. Dan di sini saya jarang menemui pemuda maupun orang tua yang gemuk atau overwight, mungkin berjalan jalan kaki juga ampuh dalam menggempur lemak ditubuh, terlebih mereka lakukan setiap hari. Belum lagi kebiasaan lainnya, yang setiap magrib hingga jam 20.00 atau 21.00an, segrombolan wanita/ibu-ibu dalam kelompok-kelompok yang tersebar, baik dijalan, ditaman, diselasar, dipemukiman, bahkan dipasar, mereka menari dengan membawa sound sistem sendiri. Menari menjadi agenda rutin selain berjalan kaki, ampuh menjaga tubuh mereka sehat dan ideal.
​
Inilah salah satu pelajaran yang saya ambil dari negeri ini terkait 'kehebatan' kaki mereka dibading kita yang mungkin perlu kita contoh, terlebih dampaknya bagi kesehatan untuk jangka panjang. Membiasakan menggunakan kaki kemanapun pergi manfaatnya banyak untuk kesehatan. Budaya berjalan kaki ini mungkin juga ampuh dalam memerangi kemacetan diberbagai kota besar yang tak jarang pengguna kendaraan tidak optimal, satu mobil hanya berisikan satu orang, atau para pengguna motor yang paling banyak. Bila budaya berjalan kaki ini dibarengi dengan menciptakan tata kota terutama transportasi umum yang tertib, aman, dan nyaman, maka ada beberapa PR yang bisa dikurangi : kemacetan, polusi udara, penggunaan BBM jadi minimal, Efek rumah kaca terminimalisir, obesitas tertangani, sehat, dan usia harapan hidup yang panjang. Jadi sudah siapkah kita berjalan kaki hari ini? #LI4PS​

5 Comments
Redaksi link
28/5/2017 02:11:02

Untuk korespondensi dengan penulis silahkan hubungi lewat email kanias81@yahoo.com

Reply
Hary link
28/5/2017 02:40:22

Pengalaman yang menarik.... dapat menginspirasi untuk membiasakan diri berjalan kaki....

Reply
Simon
28/5/2017 09:22:17

Great..... walau penduduknya terbanyak di dunia China bisa mengatur masyarakatnya.... negara memang harus tegas.......

Reply
Haryo
30/5/2017 17:25:56

Transportasi umumnya dibenahi dulu... terus tersedia sarana yang nyaman juga untuk pejalan kaki....... sesama negara yg baru merdeka setelah PD II, kita bisa belajar dari negri China......

Reply
Lika
2/6/2017 01:02:07

Ya benar, tata kota yang ramah buat pejalan kaki, plus transportasi umum dimanage dengan baik, saya rasa bisa membuat orang tertarik untuk berjalan kaki & menggunakan transportasi publik. Disini, selain difasilitasi jalanan khusus pejalan kaki dan biasanya include dengan pengguna sepeda umum atau motor listrik, rute bis sudah baku untuk tempat pemberhentiannya, jadi tidak mengambil penumpang disembarang tempat, jadi lebih tertib. dan angkutan umum cukup bis & taxi, selain kereta bawah tanah.. jd peran bis optimal, enggak kebanyakan angkot spt di Indonesia.

Reply



Leave a Reply.

    Picture

    Reportase Netizen

    Memuat  artikel ringan tentang reportase / laporan pandangan mata dari sebuah peristiwa oleh para netizen.
    Semua pengunjung dapat mengirimkan reportase dan reportase tersebut secara berkala akan dilakukan poling artikel favorite yang pemenangnya berhak memperoleh bingkisan menarik (untuk mengikuti/melihat poling silahkan klik disini). Adapun cara mengirim reportase tersebut dengan menyebut nama dan identitas kemudian mengirim file naskah reportase melalui form berikut : 

      Form Reportase

      Max file size: 20MB
    Submit

    Archives

    December 2020
    November 2020
    May 2019
    December 2018
    November 2018
    October 2018
    September 2018
    May 2018
    December 2017
    August 2017
    June 2017
    May 2017
    April 2017

    Categories

    All
    Husnul Khotimah Nanjing
    Internasional
    KBRI Beijing
    Kemahasiswaan
    Kemuhammadiyahan
    Lingkar Pengajian Beijing
    Muhammadiyah Beijing
    Muhammadiyah China
    Muhammadiyah Guangzhou
    Muhammadiyah Nanjing
    Muhammadiyah Nanning
    Muhammadiyah Tiongkok
    Muhammadiyah Wuhan
    Nasional
    PCIM CHINA
    PCIMT Nanjing
    PCIMT Wuhan
    Permit Beijing
    PPI Tiongkok
    PPIT Wuhan

    RSS Feed

    Di dukung oleh BPTI UHAMKA
BERANDA
BERITA     
WAWASAN
  

REPORTASE NETIZEN
​OPINI NETIZEN
AGENDA
GALERI
POLING ARTIKEL FAVORITE
Flag Counter
Picture
​

PCIM TIONGKOK
kabarmutiongkok.org
Di Dukung Oleh BPTI UHAMKA