Kabar Mu Tiongkok
Temukan Kami di Sosial Media :
  • Beranda
  • Berita
  • Wawasan
  • Risalah Netizen
    • Refleksi Netizen
    • Reportase Netizen
    • Opini Netizen
    • Romadhan di Tiongkok
    • GongXi-Tiongkok
  • Aktivitas
    • School Of Journalism
    • Agenda
    • Lomba Foto >
      • form-lomba-foto
      • Poling Lomba Foto
    • Polling Puisi Favorite >
      • Puisi Favorite 2018
    • Polling
    • Lomba Ramadhan >
      • Pemenang Lomba
      • Polling Video-Favorite
  • Tamadun
    • Karya Fiksi
    • Galeri Foto
    • Karya Video
    • Karya Puisi
    • Kantin Kartini
  • Kontak Kami
  • Organisasi
  • Muhibah Ukuwah
    • NANJING >
      • Poling Lomba Foto Nanjing
      • Foto Ukuwah Nanjing
    • HANGZHOU >
      • Pooling Lomba Foto Hangzhou
      • Foto Ukhuwah Hangzhou
    • SHANGHAI >
      • Foto Ukhuwah Shanghai
  • Tiongkonomi
  • Kemitraan
    • UHAMKA - Pengantar TI
    • UHAMKA - Etika Profesi
    • UHAMKA - Digital Sistem
    • UHAMKA - Praktikum Digital

The Rope of God

18/7/2017

1 Comment

 
Picture
Oleh : Tengku Zulyadi, PhD Program di Huazhong University of Science and Technology, Wuhan, Hubei, Tiongkok.

​Judul tulisan ini sama persis dengan buku yang menarik, dikarang oleh James Siegel (orang Aceh menyebut Jim Sigli atau Teungku Puteh). Professor Anthropology dan Asian Studies di Cornell University memiliki daya tarik tersendiri dengan masyarakat Aceh. Dalam bukunya, diceritakan kerasnya karakter orang Aceh terutama menyangkut masalah agama. Tidak ada tawar menawar untuk urusan ini, bila perlu berani angkat senjata.
​
Karakter orang sangat berbeda-beda, dipengerahui oleh banyak faktor. Secara umum, bisa kita sebut faktor individu dan sosial. Secara individu, setiap manusia memiliki konsep diri, yaitu kemampuan sesorang membaca siapa dirinya. Apa yang sudah dicapai dan apa yang mau dicapai, pendapat ini sangat berhubungan dengan kebutuhan-kebutuhan manusia yang paling dasar. Sementara, dari sisi sosial adalah penempatan diri bersama kelompok, baik dalam tingkat mezzo dan makro. Kemampuan bersosialiasasi, interaksi dan skil komunikasi sangat berperan dalam tahap ini. Sehingga bisa mempengaruhi karakter seseorang.

Tulisan ini mencoba untuk menghimpun beberapa karakter orang Aceh, tentu saja ini sangat subjektif karena ditulis oleh “orang dalam”/insider. Tidak bermaksud menjelekkan atau meninggikan, mengalir saja dipengaruhi oleh faktor individu dan sosial penulis.


 1. Ashabiyah.

Sifat ini bukan diartikan membela mati-matian terhadap kaumnya walaupun dalam keadaan bersalah sekalipun. Ashabiyah disini harus dilihat dari pemikirannya Ibn. Khaldun yang menyebutkan; respon, analisis dan solusi haruslah lahir dari kelompoknya sendiri. Dengan demikian,solusi itu lahir dari proses partisipatif sehingga upaya-upaya dalam menjawab persoalan kelompok lebih membumi. Konsep ini diterjemahkan oleh orang Aceh untuk lebih membangun “kelompoknya” sendiri dengan cara membuat komunitas/organisasi diperantauan. Namun, bukan berarti tidak bisa menerima kelompok lain. Kata lain, Aceh memiliki dua nasionalisme, yaitu ke-Indonesian dan ke-Acehan. Masih menurut Ibn Khaldun, jika Ashabiyah suatu bangsa sudah melemah, maka bangsa itu berada dalam ambang kehancuran.

2. Pungo.

Ini adalah kata dalam bahasa Aceh, jika diartikan secara literlet kebahasa Indonesia adalah gila. Gila itu sendiri menurut KBBI sakit ingatan, tidak biasa, kurang ajar, perasaan sangat suka, tidak masuk akal. Kedua penjalasan terakhir sangat tepat untuk mengartikan pungo dalam budaya orang Aceh. Dalam bahasa Inggris disebut holic its not crazy. Kegilaan orang Aceh ini juga disebut-oleh oleh penjajah Belanda dengan menulis Atjeh Moorden. Menurut ahli sejarah Rusdi Sufi, ini adalah bentuk pembunuhan nekad khas Aceh yang dilakukan secara sendiri-sendiri dimana sasarannya adalah seluruh kaphe Belanda baik itu anak-anak, wanita hingga orang dewasa, prajurit ataupun bukan. Kegilaan orang Aceh ini sangat ditakuti Belanda pada saat itu, jika ditugaskan ke Aceh, mereka tidak berani membawa perempuan dan anak (keluarga).

3.Setia kawan

Ada satu cerita unik disampaikan oleh Prof. Imam Suprayogo, Rektor UIN Malang. Pada saat itu, UIN Malang sedang seleksi mahasiswa baru. Tiga diantaranya adalah calon mahasiswa berasal dari Aceh. Walaupun masih calon mahasiswa, ketiganya berkeinginan untuk bertemu dengan pejabat, bapak rektor. Prof. Imam, yang dikenal kesantunan dan kesederhanaannya menerima mereka sebagai tamu. Dalam pertemuan tersebut, anak Aceh menyampaikan keinginannya untuk mencari ilmu hingga ke Kota Malang. Mereka berangkat dari daerah terjauh dibarat Indonesia dengan modal nekad. Bukan berasal dari keluarga kaya, tekadlah yang mengantar mereka hingga ke Malang. Yang membuat Prof. Imam tersenyum adalah pernyataan mereka. Jika salah satu diantara mereka tidak lulus maka ketiga-ketiganya akan kembali pulang ke Aceh walau satu atau kedua dari mereka diterima. Entah karena ada campur tangan pak rektor atau memiliki kompetensi, ketiganya diterima sebagai mahasiswa di UIN Malang.

Dalam sejarah, kesetiaan juga dibuktikan oleh rakyat Aceh dengan memberikan modal perjuangan pembelian pesawat Seulawah jenis Dakota untuk keperluan kepresidenan, Soekarno. Seulawah inilah menjadi cikal bakal Garuda Airlines, maskapai penerbangan milik pemerintah Indonesia.

4. Kanan atau Kiri

Perkataan ini adalah simbol dua sisi, bisa juga menyebut depan atau belakang, hitam atau putih, iya atau tidak, dll. Orang Aceh tidak bisa menerima abu-abu, ragu-ragu, lain didepan berbeda dibelakang. Jika mau menjadi musuh, jadilah secara terhormat. Jika menjadi teman, teguhlah dengan kesetiaan. Buatlah keputusan, walau memilih menjadi musuh sekalipun tetap akan dihormati. Jangan bermain didua sisi, menggunting dalam lipatan, menikam dalam selimut. Pilihan harus berwujud secara terang benderang, tegas dan bertanggungjawab dengan konsekuensinya.

Jika sudah mengatakan tidak, sangat sulit untuk merubah menjadi iya. Karena sikap inilah, Aceh merasakan konflik berkepanjangan. Lahirnya Gerakan Aceh Merdeka (GAM), salah satunya karena dipicu oleh ketidakadilan pemerintah orde baru terhadap pemanfaatan sumber daya alam di Aceh. Hasil alam melimpah tidak berimbang dengan pembangunan yang merata. Ketimpangan ekonomi, infrastruktur dan penddikan membangkitkan semangat orang Aceh untuk memberontak pada pemerintah Indonesia.

5. Aneh

Berbeda, lain dari yang lain, inilah yang selalu ingin dicari. Bukan sekedar mencari sensasi, orang Aceh senang mencoba dan menawarkan sesuatu yang baru. Beberapa konsepnya, justru menginspirasi dan menjadi model secara nasional. Misalnya, lahirnya MUI, Badan Perencanaan Pembangunan. Dalam politik, ada istilah kalangan independen, partai lokal. Jaminan kesehatan terlebih dahulu dijalankan di Aceh bahkan pemerintah Jakarta belajar bagaimana Aceh bisa memberlakukan jaminan kesehatan.

Keanehan lainnya, saat dunia sibuk mencari definisi tentang jender. Aceh sudah menyelesaikannya ratusan tahun yang lalu dengan mengangkat Laksamana Malahayati sebagai Laksamana perempuan pertama didunia. Begitu juga dengan kepemimpinan perempuan, beberapa abad yang lalu Aceh memiliki ratu-ratu yang memimpin kerajaan. Sultanah Safiatuddin memimpin Aceh pada tahun 1641-1675, Sultanah Nasrisyah dikerajaan Samudera Pasai pada abad 15. Belum lagi nama besar Cut Nyak Dhien dan Cut Meutia sebagai pahlawan dimedan perang. Tidak salah, jika Barlian AW, seorang penyair menyebut Aceh dengan Nanggroe Aneh Darussalam.
​
Ini hanya sekelumit karakter orang Aceh, tentu saja masih banyak sifat-sifat yang lain. Karakter ini adalah batas kemampuan orang Aceh dalam memahami “Tali Allah”. Selaku insider, saya hanya memaparkan, tidak bermaksud menggurui atau bercerita berlebihan. Pembaca, boleh jadi memiliki pendapat yang berbeda. Tergantung dari faktor individual dan sosial yang berbeda-beda. Wallahu A’lam.
Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa di antara kamu. Sesungghunya Allah Maha Mengenal dan Maha Mengetahui. (al-Quran: 49:13)
 
Huahong, 07-07-2017
1 Comment
Budi cino from jogja
13/9/2017 00:22:57

Aku bangga padamu ACEH

Reply



Leave a Reply.

    Picture

    Refleksi Netizen

    Memuat beberapa catatan ringan dari Netizen, yang diharapkan bisa bermanfaat untuk diambil hikmah dan pelajaran.

    Archives

    October 2019
    December 2018
    November 2018
    October 2018
    December 2017
    September 2017
    July 2017

    Categories

    All
    Kemuhammadiyahan
    Muhammadiyah China
    Muhammadiyah Tiongkok
    Muktamar Peemuda Muhammadiyah

    RSS Feed

BERANDA
BERITA     
WAWASAN
  

REPORTASE NETIZEN
​OPINI NETIZEN
AGENDA
GALERI
POLING ARTIKEL FAVORITE
Flag Counter
Picture
​

PCIM TIONGKOK
kabarmutiongkok.org
Di Dukung Oleh BPTI UHAMKA