Kabar Mu Tiongkok
Temukan Kami di Sosial Media :
  • Beranda
  • Berita
  • Wawasan
  • Risalah Netizen
    • Refleksi Netizen
    • Reportase Netizen
    • Opini Netizen
    • Romadhan di Tiongkok
    • GongXi-Tiongkok
  • Aktivitas
    • School Of Journalism
    • Agenda
    • Lomba Foto >
      • form-lomba-foto
      • Poling Lomba Foto
    • Polling Puisi Favorite >
      • Puisi Favorite 2018
    • Polling
    • Lomba Ramadhan >
      • Pemenang Lomba
      • Polling Video-Favorite
  • Tamadun
    • Karya Fiksi
    • Galeri Foto
    • Karya Video
    • Karya Puisi
    • Kantin Kartini
  • Kontak Kami
  • Organisasi
  • Muhibah Ukuwah
    • NANJING >
      • Poling Lomba Foto Nanjing
      • Foto Ukuwah Nanjing
    • HANGZHOU >
      • Pooling Lomba Foto Hangzhou
      • Foto Ukhuwah Hangzhou
    • SHANGHAI >
      • Foto Ukhuwah Shanghai
  • Tiongkonomi
  • Kemitraan
    • UHAMKA - Pengantar TI
    • UHAMKA - Etika Profesi
    • UHAMKA - Digital Sistem
    • UHAMKA - Praktikum Digital

Pengajian dan saya

31/12/2017

0 Comments

 
Oleh: Nanang Zulkarnaen

06 Desember 2017 mahasiswa bernama Gumay memberikan pesan pada saya via wechat. “ Pak  kami dari NJPI, akan mengadakan acara mulid nabi. “Boleh minta alamat lengkap kampus dan email bapak?”, begitulah kurang lebih dia menulis pesan, dengan tanpa lupa menyebut maaf sekiranya telah menggangu aktifitas saya. Sembari mengingat kegiatan yang lalu yang diselenggarakan mahasiswa kampus NJPI, saya mulai menyadari bahwa identitas yang ditanyakan penting artinya sebagai syarat bagi para tamu untuk bisa masuk areal kampus ini. Ayi di sushe-nya juga memang cukup ketat.
Picture

Penulis (tengah) bersama Ketua KIN (kiri) dan Panitia Maulid (kanan)
07 Desember 2017 di malam hari, Gumay kembali mengirim pesan. Kali ini lebih formal. Menyampaikan undangan dari Keluarga Indonesia NJPI (KIN) untuk hadir dalam acara Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW. Waktu penyelenggaraan dan temanya juga tercantum jelas.  Tak bosan, Gumay kembali mengirim pesan: “Dimohon kehadirannya pak”. Kehadiran saya terus di konfirmasi  padahal tidak terkait erat dengan kelangsungan acara. Dengan atau tanpa saya kegiatan itu akan berjalan. Tanpa kurang sedikitpun. Mungkin kalau saya didaulat sebagai salah satu pengisi acaranya, bisa dikatakan masuk akal. Tapi ini Tidak sama sekali.
09 Desember 2017, karena Gumay getol mengingatkan untuk datang, saya bergegas mengejar MRT pagi itu kendati hari makin dingin. Memenuhi undangan, menuju acara pengajian. Saya cukup kaget ketika sampai di sebuah ruang kelas. Ruangan dihias di bagian depannya. kursi meja diduduki penuh sesak banyak peserta. Beberapa orang panitia siap diposisinya. Seorang duduk di kursi di belakang perangkat sound system. Sepasang mahasiswa yang ganteng dan cantik memegang mic: siap mengatur acara.
Ketua penyelenggara menyalami dan menggiring saya untuk duduk di jajaran kursi paling depan yang masih kosong. Di atas meja:  anggur, jeruk dan makanan lainnya serta air dalam kemasan botol disajikan dengan rapi. Saya, seperti halnya tamu undangan lain, diposisikan demikian terhormat.  Sebagai aparat pemerintah, hal seperti ini hanya pernah saya temui ketika ditugaskan mewakili atasan saat menghadiri acara di tingkat Desa atau kecamatan. Saya benar-benar tersanjung mungkin juga tamu lainnya, lebih-lebih karena kami juga dibekali buah tangan: roti yang halus, jeruk dan minuman.
Ilustrasi di atas sengaja saya hadirkan diawal, dengan maksud untuk menegaskan dua hal. Pertama, bahwa ada sekelompok mahasiswa Indonesia yang kini sedang bersekolah di sebuah politeknik (setara Diploma 3) di Nanjing China yang cukup solid dalam berorganisasi. KIN namanya. Di Universitas lainnya di Nanjing--- yang jumlah mahasiswa Indonesianya kadang lebih dari tiga lusin dan bahkan di antaranya sedang menempuh program master atau doctoral--- untuk mewakilli nama Indonesia saat ada acara kampus saja, harus tunjuk sana tunjuk sini.
Lebih dari itu, Metri, sang ketua, cukup punya kecenderungan yang baik karena mampu membuat acara pengajian. Metri sukses menghadirkan moment untuk membicarakan hal-hal baik yang manfaatnya bukan saja untuk duniawi tapi juga ukhrowi.  Melalui pengajian yang demikian apik ini, dia juga telah berhasil mengarahkan teman-teman yang membantunya di organisasi. Menghadirkan pembicara yang mumpuni dengan tema materi kekinian dan cocok sekali untuk bekal mahasiswa dalam menjalani masa-masa mudanya. Di akhir acara beberapa orang mahasiswa mempertontonkan lantunan lagu merdu. Sebuah acara pengajian yang ditata dan dihadirkan dengan suasana baru yang jarang terjadi sebelumnya.
Suasana Pengajian Maulid KIN
Padahal pada posisinya sekarang, Metri bebas memilih macam rupa kegiatan bahkan yang bertolak belakang dengan kegiatan serupa sekalipun. Tapi tidak, ternyata ia berhasil menghadirkan atmosfer yang baik untuk menjaga rasa keimanan dan keislaman warganya.  Ini penting, karena nyatanya iman saja kadang menebal kadang menipis. Rasa keislaman pun kadang sering gonjang-ganjing, apalagi saat ada di rantau Tiongkok. Seperti berbeda wujudnya saat ada di negeri yang bernama Indonesia yang mayoritas penduduknya beragama Islam.
Kedua, panitia pengajian telah berhasil menjalankan tugasnya, setidaknya kepada saya yang berhasil “merayu” dan mau menghadiri acara ini. Soal ini saya teringat akan salah satu sesi Ceramah Ustad Abdul Somad yang bisa anda lihat tayangannya di youtube saat menanggapi pertanyaan jamaah pengajian akan posisi jamaah tabligh. Beliau memberikan ilustrasi bahwa seorang yang karena terus didatangi tanpa lelah, oleh jamaah tabligh ini, akhirnya menyerah dan mau mengikuti ajakan masuk masjid. Jadi ternyata soal mengajak pun nggak gampang. Perlu trik. Dakwah untuk mengikuti pengajian ini juga nampaknya perlu cara tepat, disertai dengan kesabaran, untuk mencapai hasil yang baik.
Di minggu berikutnya, persisnya tanggal 19 Desember 2017, beberapa mahasiswa NJPI yang menjadi panitia maulid nabi itu, bersama dengan mahasiswa dari universitas lain yang tergabung dalam organisasi Husnul Khotimah (HK), kembali mengadakan acara pengajian. Kali ini adalah acara rutin bulanan. Bertempat di mesjid Jingjue Kota Nanjing. Mesjid ini memang sering dipakai acara pengajian. Terlebih, berdasar pengalaman, acara keagamaan di Tiongkok harus dilakukan di tempat peribadatan. Penduduk lokal yang menganut agama islam mengadakan pengajian setiap minggu. Acara seperti ini meningkat intensitasnya terutama saat bulan romadhon (link ini mungkin bisa mewakili deskripsinya, boleh anda kunjungi http://nanangzulkarnaen.gurusiana.id/article/pesan-ahong-masjid-jingjue-tiongkok-pada-ramadhan-1438-h-3281508).
Sayangnya untuk acara tanggal 19 desember ini, saya berhalangan hadir. Tetapi saya masih bisa mengikuti hingar bingar persiapannya, membaca evaluasi pelaksanaannya dan juga mendengar  intisari yang disajikan pembicaranya dari beberapa orang aktifis.
​
Dua Tantangan  
Menarik membincangkan soal pengajian di rantau seperti Kota Nanjing, terlebih  untuk skala jamaah yang cukup besar. Di kalangan aktifis pun, hal ini bahkan sempat menjadi buah bibir dan perdebatan yang cukup sengit. Semangat para aktifis untuk menyelengarakan pengajian dihadapkan dengan aturan yang ada, yakni harus dilakukan di tempat ibadat. Tidak semudah di Indonesia yang bisa diselenggarakan kapanpun dan dimanapun. Oleh karenanya untuk mensiasati aturan ini, misalnya, beberapa penganut kepercayaan lain mengemas judul acaranya, sehingga bisa dilakukan di ruang public lainnya seperti hotel atau ruang pertemuan. Ini saya sebut sebagai tantangan pertama.
Siasat terhadap tantangan pertama tersebut, sejatinya telah dilakukan para aktifis. Menggunakan asrama mahasiswa, memakai apartemen yang dihuni orang Indonesia, memanfaatkan kantin muslim, berkumpul di tempat wisata atau taman kota, hingga mencoba mengupayakan adanya fasilitasi dari organisasi pelajar dan konsulat, adalah cara–cara yang sudah di tempuh. Melalui cara tersebut sebagian berhasil, sebagian masih terkendala. Namun hingga saat ini, istiwewanya, semangat aktifis Mahasiswa masih tumbuh untuk tetap memperjuangkannya. Seperti keinginan dapat menghadirkan penceramah dari Indonesia. Subhanalloh, perjuangan tak kenal lelah. Semoga mandapat kelancaran dan menjadi ladang amal bagi para pejuangnya.
Siasat lain yang mungkin perlu dipertimbangkan untuk menjawab tantangan pertama ini adalah dengan memperbanyak membuat acara pengajian online. Memanfaatkan faslitas aplikasi “zoom” atau lainnya. Ini sebenarnya sudah dilakukan oleh perintis HK bernama Hadi yang dulu pernah menggunakan skype. Jadi ini bukan barang baru yang implementasinya akan membuat repot, walaupun juga memiliki banyak kekurangan. Perlu dibangkitkan kembali, terlebih sekarang  acara serupa ini semakin marak dan kecenderungannya seperti akan menemukan bentuk yang stabil. Seperti kegiatan webinar yang akhir-akhir sering dilakukan divisi pendidikan PPI Tiongkok yang pelaksanaanya dari waktu ke waktu menuju ke arah yang lebih baik. Saat tulisan ini dibuat muncul iklan terbaru berupa ajakan mengikuti: “Workshop online menulis artikel dan buku”. Sepertinya sayang jika kesempatan ini sampai terlewatkan. Beberapa webinar sebelumnya sempat membahas materi yang tidak kalah penting, seperi soal kepemudaan, enterpreneurship, LGBT dan Palestina.
Tantangan kedua untuk diskursus pengajian ini yang juga tidak kalah beratnya adalah menjalankan ikhtiar pribadi sehingga dapat diberi kemampuan membuka hati oleh Sang Maha Pembolak Balik hati. Urusan hati yang terbuka ini seperti sepele tapi nyata adanya dan nyaris selalu mengganjal.  Mendengar kata pengajian saja rasanya panas. Kaki enggan melangkah. Makanya diawal tulisan, saya memberi ilustrasi bagaimana para aktifis ini berhasil meyakinkan saya untuk bisa mengikutinya. Menengarai hal ini, perlu kiranya saya membuka lagi catatan, mengingat-ingat lagi faedah-faedah yang telah dimuat dalam kitab suci dan hadist nabi.
Pengajian sebagai ibadah dan karenanya harus dilakukan ikhlas semata-mata karena Alloh tanpa embel embel lain, pencapaiannya sangatlah susah. Misalnya untuk menjadi bagian dari majelis pengajiannya saja dengan rasa sukarela karena Alloh, layaknya menanggung beban berat. Ada kesempatan manakala tidak mampu. Ya, melalui keterangan Quran maupun hadist, saya masih diberi kesempatan untuk melaksanakan macam ragam ibadah atas dasar iming-iming faedah. Faedah melakukan sesuatu yang di riwayatkan para perawi hadist, bisa banyak ditemui keterangannya. Mungkin itu sudah dipertimbangkan kecocokannya dengan sifat kemanusiaan yang kadang abai.
Keutamaan dari suatu perkumpulan majelis ilmu seperti: akan dinaungi rahmat Alloh, diberi solusi dari ragam persoalan, diberikan ketenangan dan lain sebagainya, sepertinya harus terus menerus di ingat dan di ingat. Sehingga hati terbuka, timbul semangat dan mau melangkah. Sering-sering mengingat akan dosa-dosa dan kematian juga langkah yang harus terus saya lakukan.
Lalu, setelah diberikan nikmat untuk bisa hadir, kemampuan membuka hati tetap diuji. Ujian untuk mau menerima pesan baik yang datang dari dari mulut siapapun. Lalu mampu menjalankanannya secara konsisten, walau sedikit-sedikit. Ini juga tak mudah meski sudah melintasi banyak ruang dan waktu untuk acara yang sama dengan narasumber yang beragam. Sebagai contoh, dari pengajian halaqoh mingguan HK, Pak Iim sebagai mentor memberi saran: “kalau masih ngaku islam coba luangkan waktu untuk berinteraksi dengan Al-quran dua jam saja, dari 24 jam yang dimiliki.  Satu jam membaca nya. Satu jam untuk coba memahami dan menghapalkannya”. Kembali Ujian itu datang seperti juga untuk dapat melakukan kebaikan yang lainnya. Walalhualam, hanya waktu yang bisa membuktkan konsistensinya. Mungkin saya harus banyak berdoa: “Ya alloh bukakan hati ini dan kuatkan agar tetap ada di jalan-Mu”.[] Nanjing, 28 Desember 2017.
0 Comments



Leave a Reply.

    Picture

    Refleksi Netizen

    Memuat beberapa catatan ringan dari Netizen, yang diharapkan bisa bermanfaat untuk diambil hikmah dan pelajaran.

    Archives

    October 2019
    December 2018
    November 2018
    October 2018
    December 2017
    September 2017
    July 2017

    Categories

    All
    Kemuhammadiyahan
    Muhammadiyah China
    Muhammadiyah Tiongkok
    Muktamar Peemuda Muhammadiyah

    RSS Feed

BERANDA
BERITA     
WAWASAN
  

REPORTASE NETIZEN
​OPINI NETIZEN
AGENDA
GALERI
POLING ARTIKEL FAVORITE
Flag Counter
Picture
​

PCIM TIONGKOK
kabarmutiongkok.org
Di Dukung Oleh BPTI UHAMKA