Kabar Mu Tiongkok
Temukan Kami di Sosial Media :
  • Beranda
  • Berita
  • Wawasan
  • Risalah Netizen
    • Refleksi Netizen
    • Reportase Netizen
    • Opini Netizen
    • Romadhan di Tiongkok
    • GongXi-Tiongkok
  • Aktivitas
    • School Of Journalism
    • Agenda
    • Lomba Foto >
      • form-lomba-foto
      • Poling Lomba Foto
    • Polling Puisi Favorite >
      • Puisi Favorite 2018
    • Polling
    • Lomba Ramadhan >
      • Pemenang Lomba
      • Polling Video-Favorite
  • Tamadun
    • Karya Fiksi
    • Galeri Foto
    • Karya Video
    • Karya Puisi
    • Kantin Kartini
  • Kontak Kami
  • Organisasi
  • Muhibah Ukuwah
    • NANJING >
      • Poling Lomba Foto Nanjing
      • Foto Ukuwah Nanjing
    • HANGZHOU >
      • Pooling Lomba Foto Hangzhou
      • Foto Ukhuwah Hangzhou
    • SHANGHAI >
      • Foto Ukhuwah Shanghai
  • Tiongkonomi
  • Kemitraan
    • UHAMKA - Pengantar TI
    • UHAMKA - Etika Profesi
    • UHAMKA - Digital Sistem
    • UHAMKA - Praktikum Digital

#1-Riska Mutiara Wahyu

10/6/2018

1 Comment

 
Haru Biru Ramadhan di Negeri Tiongkok
Oleh: Riska Mutiara Wahyu (Huazhong University Of Science and Technology)
 
Gema Ramadhan kembali hadir menyapa
Derasnya doa mengalir pada bulan yang bersahaja
Sajadah digelar pada naungan cinta yang sempurna
Dalam hening menghitung butir tasbih penghambaan jiwa
Semesta berharap mendapatkan Lailatul Qadar yang istimewa
 
Ramadhan Karim Ramadhan Mubarak
Di negeri Tiongkok hamba-hamba-Nya berserak
Berjuang tertatih mengharap ridha Tuhan yang Maha Esa
Semarak menyambut bulan suci yang penuh berkah
 
La Mian mie Muslim menjadi pilihan santapan berbuka
Tang sup khas Tiongkok menjadi minuman pelepas dahaga
Namun Kurma dan Manisan tetap mejadi yang utama
Memenuhi seruan indah sabda Nabi yang Mulia
 
Lentera surgawi menerangi pada malam-malam rahmat
Muslim-muslim suku Hui menjadi imam dengan penuh penghayatan
Ketentraman jiwa terbit dari lantunan ayat-ayat
Menambah kecintaan pada Mesjid pembangkit semangat
 
Diperantauan penuntut ilmu menjadi khidmat
Ah, tak mengapa banyaknya perbedaan
Kitab suci mengatakan perbedaan adalah rahmat
Menghargai sesama menjadi i’tikad
Rasa cinta sesama Muslim menjadi maslahat
 
Sungguh! Benar-benar mengharu biru
Ramadhan menjadi pembuktian cinta yang hakiki
Ketaqwaan menjadi puncak dari serangkaian doa dan ikhtiar diri
Agar hati senantiasa suci bersih di Ridhai Ilahi Rabbi 
1 Comment

#2-Lika Kurnia Asri

10/6/2018

0 Comments

 
RAMADHAN 2018 (PAMIT)

Oleh: Lika Kurnia Asri (Warga Wuhan)
 
Kubersyukur dengan segala puji
3 kali bertemu Ramadhan di kota ini
Akankah kubertemu dengannya lagi?
Bulan suci yang selalu dinanti
 
Kini aku tinggal menghitung hari
Tuk tinggalkan negeri ini
Kembali pulang ke pangkuan Pertiwi
Tunaikan tugas lain yang menanti
 
Terasa berat langkah kaki ini
Kenangan akan sahabat sejati
Dimana hati saling mencintai
Karena Allah sajalah penyatu kami
 
3 tahun kita berusaha mewarnai
Kota ini dengan dakwah ala kami
Walau mungkin tak sedebu terompah Imam Syafi'ie
Berbagi materi tuk kuatkan iman kembali
 
dan Ramadhanpun sudah mau pergi
Juga diri ini yang mungkin tak kembali kesini
Berharap tertoreh catatan kebaikan di mizan nanti
Penyelamat diri dari jilatan api
 
Di bulan mulia ini kupamit pergi
Mohon maaf bila ada khilaf diri
Moga tetap kita jalin silaturahmi
Dan mendapat kemenangan di hari yang Fitri
 
0 Comments

#3-Siti Aminah

10/6/2018

0 Comments

 
Sepaket Kurma dari Tetangga
 

Oleh: Siti Aminah Ar Rasyid (Central China Normal University)
 
Tetanggaku mengetuk pintu
Ramadhan qareem! Aku tersenyum
Ramadhan Qareem!
Ini kurma untukmu. Aku kagum
 
Mengapa harus berbuka dengan Kurma?
Ah. .masak Kau lupa,itu adalah sunnahnya
Satu,atau tiga setelah seteguk manisnya air berbuka
Itu kesukaan baginda Muhammad SAW
Bukti kita mengikuti sunnahNya
 
Akankah ada Kurma selanjutnya?
Kita lihat saja, tentu akan ada
Apakah ramadhan dinegaramu dan di sini berbeda?
Seperti waktu, begitu cepat berlalu namun menjadikannya berbeda
 
Sepaket kurma ini tanda apa?
Tanda bahwa kita adalah saudara
Sesama muslim di dunia,disatukan di negeri cina
Ramadhan, bulan menyatukan ummat manusia
Berlomba-lomba dalam medekap pada mahabbahNya.
 
 
0 Comments

#4-Nova Edvike Trinanda

10/6/2018

24 Comments

 
Khayal
Nova Edvike Trinanda (Sichuan University)

Bakery-bakery terjajar rapi
Menggeliat pada objek persegi di sudut ruangan
Telah ku sudahi makanku dipukul empat
Terbayang heningnya suasana dibulan suci
Nyatanya hal itu tidak berarti di negeri ini
 
Perbedaan memaksaku berfikir kejam
Dunia apa ini? Seolah menyita dua jam berhargaku di Negeri tercinta
 
Tak kulihat bidadari-bidadari berjalan di malam hari
Dengan kain putih menutup seluruhnya
Menuju tempat terindah di dunia
 
Namun
Imajinasi mulai membawaku ke indahnya khayal
Pegunungan Qincheng seolah menyambutku
Merenggam jiwaku yang lemah
Menutup kesengsaraan jiwa
Menggandeng jiwa menaiki puncaknya
 
Terlewati
Lenggokkan Indah hitam putih mengembalikan jiwa
Kini sang penghuni Dujiangyan membuatku iri
Mengguggah raga ingin memeluknya
Menatap dalam menembus kerasnya tulang
 
Terdengar
Suara paigu menepak guzheng
Memetik hati yang seolah resah
Ku fikir ini yang sebenarnya indah
Sautan bunyi yang mengundang potehi
Masuk ke dalam luluhnya hati yang terpanah
 
Mata batin mencari kebenaran khayal ini
Menatap dengan wajah menengadah
Bersama dengan klontangan musik menakutkan
Solek ria macam merah berjaya
Topengnya begitu melumpuhkan jiwa raga
 
Hingga fajar terbenam, aku terbimbing ke arah-Nya
Bangunan besar itu mengeluarkan bunyi lantunan indah
Begitu melemaskan jiwa
Inikah syurga yang sebenarnya?
 
Inilah dunia khayal yang diimpikan seluruh insan
Menapaki indahnya ragam ditengah syurga yang terpendam
Percaya, bahwa ini bukan siasat mata
Namun nyata ditengah kehidupan
24 Comments

#5-Badai Ibnu Syafei

10/6/2018

0 Comments

 
Hadirmu pengingatku

Badai Ibnu Syafei (Liuzhou City Vocational College​)

Kali kedua kita bersua
Dalam kondisi serta lingkup budaya berbeda
Denganmu, setiap hembusku terselip keelokan
Sungguh, hadirmu adalah hal yang amat kuidamkan
    Dari sebongkah tanah tercipta, tak kuasa kiranya tuk sempurna luput dari dosa
    Suasana berbeda, goda durjana lebih beringas datang mendera
    Namun adamu … meluruskan segala hal tabu
    Membasuh pekat, agar kusanggup menghadap pada sang maha hebat
Acap kali ketir kembali memagut
Pada ingat dua malaikat, linang air mata tak kuasa ditahan
Rintih kelu, tawa, pun jerit kalbu bersatu dalam satu dekap hangat
Berkat kedatanganmu
    Duhai ramadhan
    Tiada perlu ada paksa, dengan segenap jiwa kewajiban kulaksanakan
    Menahan dahaga, enyahkan nafsu yang fana
    Terimakasih, di rantauku kau masih berkenan hadir
    Pengingat, bahwa iman harus bergegas kembali
    Pada jalur damai bahtera ilahi
 
Liuzhou, 7 juni 2018 
0 Comments

#6-Dani Fadillah

10/6/2018

3 Comments

 
SEBUAH  KESEMPATAN

Dani Fadillah (Nanjing Normal University)

 
Hai manusia wajahmu terlihat muram, ada apakah gerangan
Tak perlu kau jawab, mari ikut aku ke Lanzou La Mian
Pesanlah sepiring Ji Mi Fan
Ada hal yang harus aku sampaikan
 
Hidupmu penuh dengan hal yang disayangkan
Tak perlu kau banyak alasan
Ada malaikat yang menulisanya dalam sebuah catatan
Neraka menjadi ancaman
Seolah kau dinanti oleh Jahanam
sebuah tempat yang sangat mencekam
 
Sering mulut mu berucap “ah, aku ingin udahan”
Namun kau masih berulah seperti setan
Beruntung Tuhan mu adalah sang Ar-Rahman
DIA sediakan untukmu Ramadhan
Di dalamnya terdapat banyak ampunan
Disisipkan-Nya sebuah malam yang penuh dengan kemuliaan
Malam yang lebih baik dari pada seribu bulan
Ini adalah sebuah kesempatan, akankah kau sia-siakan?
 
Di Bulan ini tak ada setan yang bisa kau salahkan
Semuanya terbelenggu dalam tahanan
Kau bisa kembali kokohkan iman
Atau selama ini setan hanya kau kambinghitamkan?
 
Basuhlah hati dan pikiran mu kawan
Singsingkan lengan, Tuhan mu menanti di ujung jalan
DIA menanti mu dengan penuh senyuman
Siap mengabulkan semua yang kau harapkan
 
Nanjing, 5 Juni 2018 M / 20 Ramadhan 1439 H
3 Comments

#7-Fauzan Mutaqin

10/6/2018

0 Comments

 
RAMADHAN YA RAMADHAN

Oleh: Fauzan Muttaqin (Wuhan University of Technology)
 
Semilir angin berhembus syahdu
Kicauan burung berdering tasbih
Membawa kabar datangnya bulan yang ditunggu
Memberi senyum tuk mereka pemburu jannah
 
Bagai mukjizat si penyelamat
Eloknya Ramadhan datangkan semangat
Berikan kaya limpahan rahmat
Bagi sang hati yang kian sekarat
 
Tiga puluh hari berkah memberi pesan
Bagi jiwa raga pecinta taqwa
Bermula dalam meraih kesucian
Beradu lantunan ayat suci dan gema adzan
 
Gelapnya malam disambut riang
Hilal menyongsong rezeki tertuai
Tetesan gulatang membias sela kerongkongan
Bulatan baozi kini menggumpal lambung muslimin  
 
 
Tarawih dan witir tanda Ramadhan berdendang
Memenuhi garis-garis saf bangunan kubah Rabbi
Pahala tak hingga terus mengumandang
Bergema kuat di pintu langit Ilahi
 
Lailatul qadar tiba saatnya Ramadhan berakhir
Sepuluh malam akhir tanda pembebas api
Jemput izin lepas dari titi
Masukkan kami dalam surga Ilahi
 
Dia lah si bulan pewujud mimpi-mimpi
Bagi pendosa yang ingin lepaskan diri
Memohon ampunan Ya Rabb Izzati
Zakat tertunai qalbu fitrah kembali
 
Ramadhan sungguh datangkan kunci
Di setiap pintu rahmat ilahi
Menyapa hati setiap diri
Memberi durasi dalam jemari
Agar jiwa kembali suci
 
Kurun waktu akan berganti
Mengobati rindu yang mendambanya
Menatap langit bersandar pada rabbi
Malaikat berduyun memikul ibadah hamba-Nya 
Harapan raga ingin memeluk ridha surgawi
Bulan suci ini genggamlah, jangan biar pergi tanpa hadirnya
Ramadhan Ya …  Ramadhan …
Dikau kembali pergi tinggalkan fitrah
Hadirmu tak pelak dinanti penjuru jiwa islam sedunia
Berkah langit dan bumi turut menyinari lempengan bumi tiongkok
Kepergian bulan Allah ini bukanlah pinta muslimin di sini
Senandung agung-Mu tak terkira
Setiap pemburu pahala ridha rahmat-Nya
0 Comments

#8-Dyhan Ramaadhan

10/6/2018

8 Comments

 
Tak Pernah Menyesal
 
Dyhan Ramadhan (Tongji Medical University Shanghai)
 
Tidak ada gemaan adzan Maghrib terdengar dirumah kita.
Tidak ada sorakan patrol warga saat sahur dirumah kita.
Yang ada hanya lah menatap jam ketika senja telah menyapa.
Yang ada hanya lah “Sendiri” ketika meyambut buka puasa.
 
Rumah, yang sepenuh nya arti tempat tinggal
Kini berubah dengan suasana yang berbeda,
Berbeda dari Ramadhan yang kami lakukan
Bersama orang-orang terdekat kami.
 
Tetapi, rumah ini lah yang mengajarkan kami arti dari kemegahan,
Bercampur baur dalam satu meja tertampakan sebuah kurma
teh hangat,bermakna toleransi yang menyatu
Karena masjid Tiongkok ini lah memberikan keramahaan di Ramadhan ini.
 
Sungguh kami rindu, hanya bayangan yang melewat
Melewatkan setiap momen Ramadhan dan hari raya dengan Keluarga,
Tetapi 15-20 tahun kedepan, Kami akan menoleh ke belakang
Dan pasti akan rindu dengan Ramadhan di Tiongkok ini
Di Rumah perantauan untuk menutut Ilmu.  
8 Comments

    Kumpulan Naminasi Puisi Favorite

    Romansa Keagungan Ramadhan di Tiongkok 2018

    'KLIK' DI SINI UNTUK KEMBALI KE POOLING

    Archives

    June 2018

    Categories

    All

    RSS Feed

BERANDA
BERITA     
WAWASAN
  

REPORTASE NETIZEN
​OPINI NETIZEN
AGENDA
GALERI
POLING ARTIKEL FAVORITE
Flag Counter
Picture
​

PCIM TIONGKOK
kabarmutiongkok.org
Di Dukung Oleh BPTI UHAMKA