Kabar Mu Tiongkok
Temukan Kami di Sosial Media :
  • Beranda
  • Berita
  • Wawasan
  • Risalah Netizen
    • Refleksi Netizen
    • Reportase Netizen
    • Opini Netizen
    • Romadhan di Tiongkok
    • GongXi-Tiongkok
  • Aktivitas
    • School Of Journalism
    • Agenda
    • Lomba Foto >
      • form-lomba-foto
      • Poling Lomba Foto
    • Polling Puisi Favorite >
      • Puisi Favorite 2018
    • Polling
    • Lomba Ramadhan >
      • Pemenang Lomba
      • Polling Video-Favorite
  • Tamadun
    • Karya Fiksi
    • Galeri Foto
    • Karya Video
    • Karya Puisi
    • Kantin Kartini
  • Kontak Kami
  • Organisasi
  • Muhibah Ukuwah
    • NANJING >
      • Poling Lomba Foto Nanjing
      • Foto Ukuwah Nanjing
    • HANGZHOU >
      • Pooling Lomba Foto Hangzhou
      • Foto Ukhuwah Hangzhou
    • SHANGHAI >
      • Foto Ukhuwah Shanghai
  • Tiongkonomi
  • Kemitraan
    • UHAMKA - Pengantar TI
    • UHAMKA - Etika Profesi
    • UHAMKA - Digital Sistem
    • UHAMKA - Praktikum Digital

Prasangka Sosial dan Perbedaan Kepentingan

7/11/2018

0 Comments

 
Picture
​Oleh : Zalik Nuryana Dosen Pendidikan Agama Islam UAD, Mahasiswa Program PhD Nanjing Normal University
     
Prasangka sosial adalah sikap dan perasaan orang terhadap golongan tertentu, ras, kebudayaan, partai, ormas, dan golongan orang yang berprasangka itu. Prasangka sosial terdiri dari attitude sosial negatif terhadap golongan lain dan mempengaruhi tingkah lakunya terhadap golongan lain. Prasangka sosial lahir dari perasaan negatif yang lambat laun menyatakan dirinya dalam tindakan yang diskriminatif terhadap golongan yang dipasangkan itu, tanpa terdapat alasan objektif. Tindakan diskriminatif itu dapat diartikan menghambat, mengancam, membully, mencari segala bentuk kesalahan, menjatuhkan, dan selalu mencari pembenaran atas golongannya.

Kepentingan adalah dasar timbulnya tingkah laku individu dan golongan. Seseorang bertingkah laku karena ada dorongan untuk memenuhi kepentingan, kepentingan ini sifatnya esensial. Jika individu/kelompok berhasil memenuhi kepentingannya, maka ia akan merasa puas dan akan semakin haus dan terlahir kepentingan lain, dan sebaliknya, jika ia gagal dalam memenuhi kepentingan, ini akan menimbulkan masalah. Segala daya upaya akan dilakukan untuk meraih dan memenuhi dahaga kehausan kepentingan.

Prasangka sosial adalah pupuk yang akan menjadikan kepentingan subur di mana pun tempatnya, termasuk di Negeri tercinta ini. Kenyataan ini disebabkan cara pandang yang berbeda dan sekali lagi, ia terlahir  karena kepentingan. Prasangka sosial yang terus disuburkan tentu akan membuahkan konflik sosial. Konflik sosial akan membawa dampak yang besar dan panjang dalam perjalanan bangsa kelak.


Mengutip apa yang di sampaikan ayahanda Haedar Nashir, bangsa ini ada gejala retak dan tidak menutup kemungkinan ada musibah besar. Ada 3 hal yang membuat bangsa ini menjadi retak. Pertama adalah sikap sembrono, sikap gegabah sembrono ini lalu menjadi culture lalu dibenarkan oleh publik. Kedua adalah sistem yang luruh dan lemah, hukum tidak bisa tegak di atas mana yang benar dan salah, semua serba abu-abu, dan muncul sebuah ketidakpastian. Yang ketiga, nilai-nilai kebangsaan yang tidak dipahami dan dihayati, hanya sekedar dihafal."

Mungkin hanya ketakutan yang berlebih, atau sekadar kekhawatiran atas ketidakmampuan saya dalam melihat realitas. Sebagai kader dan Warga Muhammadiyah kita punya kewajiban untuk mengawal Indonesia dengan cara kita masing-masing. Jangan sampai bangsa ini mengalami masa kritis karena prasangka dan kepentingan, arah proses bisa kita lihat dan analis secara sederhana, tidak lain dan tidak bukan untuk mengingatkan kita semuanya betapa sangat berharganya keutuhan bangsa. Karena semua dimulai dari “kepentingan” yang kemudian  bisa  menjadi “prasangka”.  Prasangka yang dibarengi dengan pengendalian yang lemah bisa menimbulkan “diskriminasi”. Diskriminasi bisa menimbulkan “ketegangan social” (fase ini yang kita hadapi). Jangan sampai dalam kondisi ketegangan sosial  juga diikuti pengendalian yang lemah. Jika dalam kondisi ketegangan sosial dan disertai dengan pengendalian yang lemah maka sangat mungkin akan terjadi “kekerasan social” (dan semoga jangan sampai bangsa ini mengalaminya).

Girah pembaharuan yang dibawa KHA Dahlan harus kita lanjutkan, menyikapi perbedaan dengan bijaksana dan arif. Semoga kemerdekaan yang dahulu diperjuangkan tidak menjadi sia-sia, dan kita semua tersadar bahwa banyak cara berbakti kepada pertiwi tanpa harus mengorbankan sesama dan mencari kambing hitam. Tetap menjadi pelopor, pelangsung, dan penyempurna amanah.
​



0 Comments



Leave a Reply.

    Picture

    Opini Netizen

    Memuat artikel yang berisi ide, gagasan, pendapat para pengunjung terhadap suatu peristiwa/momentum.
    Pengunjung bisa mengirim artikel Opininya dan terhadap artikel opini tersebut secara berkala akan dilakukan poling untuk menjadi artikel favorite yang pemenangnya berhak memperoleh apresiasi dan bingkisan menarik (untuk melihat/mengikuti poling silahkan klik di sini). Adapun cara mengirim artikel opini tersebut dengan mengunggah file artikel opininya melalui form berikut :

      Form Artikel Opini

      Tulis nama anda, boleh menulis nama dengan alias
      Tulis status anda sebagai mahasiswa atau karyawan disertai Kampus / Instansi anda
      Max file size: 20MB
    Submit

    Archives

    November 2020
    December 2019
    November 2019
    November 2018
    October 2018
    September 2017
    May 2017
    April 2017

    Categories

    All
    Agama
    Hukum
    Internasional
    PPI Tiongkok

    RSS Feed

BERANDA
BERITA     
WAWASAN
  

REPORTASE NETIZEN
​OPINI NETIZEN
AGENDA
GALERI
POLING ARTIKEL FAVORITE
Flag Counter
Picture
​

PCIM TIONGKOK
kabarmutiongkok.org
Di Dukung Oleh BPTI UHAMKA