Kepentingan adalah dasar timbulnya tingkah laku individu dan golongan. Seseorang bertingkah laku karena ada dorongan untuk memenuhi kepentingan, kepentingan ini sifatnya esensial. Jika individu/kelompok berhasil memenuhi kepentingannya, maka ia akan merasa puas dan akan semakin haus dan terlahir kepentingan lain, dan sebaliknya, jika ia gagal dalam memenuhi kepentingan, ini akan menimbulkan masalah. Segala daya upaya akan dilakukan untuk meraih dan memenuhi dahaga kehausan kepentingan.
Prasangka sosial adalah pupuk yang akan menjadikan kepentingan subur di mana pun tempatnya, termasuk di Negeri tercinta ini. Kenyataan ini disebabkan cara pandang yang berbeda dan sekali lagi, ia terlahir karena kepentingan. Prasangka sosial yang terus disuburkan tentu akan membuahkan konflik sosial. Konflik sosial akan membawa dampak yang besar dan panjang dalam perjalanan bangsa kelak.
Mengutip apa yang di sampaikan ayahanda Haedar Nashir, bangsa ini ada gejala retak dan tidak menutup kemungkinan ada musibah besar. Ada 3 hal yang membuat bangsa ini menjadi retak. Pertama adalah sikap sembrono, sikap gegabah sembrono ini lalu menjadi culture lalu dibenarkan oleh publik. Kedua adalah sistem yang luruh dan lemah, hukum tidak bisa tegak di atas mana yang benar dan salah, semua serba abu-abu, dan muncul sebuah ketidakpastian. Yang ketiga, nilai-nilai kebangsaan yang tidak dipahami dan dihayati, hanya sekedar dihafal."
Mungkin hanya ketakutan yang berlebih, atau sekadar kekhawatiran atas ketidakmampuan saya dalam melihat realitas. Sebagai kader dan Warga Muhammadiyah kita punya kewajiban untuk mengawal Indonesia dengan cara kita masing-masing. Jangan sampai bangsa ini mengalami masa kritis karena prasangka dan kepentingan, arah proses bisa kita lihat dan analis secara sederhana, tidak lain dan tidak bukan untuk mengingatkan kita semuanya betapa sangat berharganya keutuhan bangsa. Karena semua dimulai dari “kepentingan” yang kemudian bisa menjadi “prasangka”. Prasangka yang dibarengi dengan pengendalian yang lemah bisa menimbulkan “diskriminasi”. Diskriminasi bisa menimbulkan “ketegangan social” (fase ini yang kita hadapi). Jangan sampai dalam kondisi ketegangan sosial juga diikuti pengendalian yang lemah. Jika dalam kondisi ketegangan sosial dan disertai dengan pengendalian yang lemah maka sangat mungkin akan terjadi “kekerasan social” (dan semoga jangan sampai bangsa ini mengalaminya).
Girah pembaharuan yang dibawa KHA Dahlan harus kita lanjutkan, menyikapi perbedaan dengan bijaksana dan arif. Semoga kemerdekaan yang dahulu diperjuangkan tidak menjadi sia-sia, dan kita semua tersadar bahwa banyak cara berbakti kepada pertiwi tanpa harus mengorbankan sesama dan mencari kambing hitam. Tetap menjadi pelopor, pelangsung, dan penyempurna amanah.