Kabar Mu Tiongkok
Temukan Kami di Sosial Media :
  • Beranda
  • Berita
  • Wawasan
  • Risalah Netizen
    • Refleksi Netizen
    • Reportase Netizen
    • Opini Netizen
    • Romadhan di Tiongkok
    • GongXi-Tiongkok
  • Aktivitas
    • School Of Journalism
    • Agenda
    • Lomba Foto >
      • form-lomba-foto
      • Poling Lomba Foto
    • Polling Puisi Favorite >
      • Puisi Favorite 2018
    • Polling
    • Lomba Ramadhan >
      • Pemenang Lomba
      • Polling Video-Favorite
  • Tamadun
    • Karya Fiksi
    • Galeri Foto
    • Karya Video
    • Karya Puisi
    • Kantin Kartini
  • Kontak Kami
  • Organisasi
  • Muhibah Ukuwah
    • NANJING >
      • Poling Lomba Foto Nanjing
      • Foto Ukuwah Nanjing
    • HANGZHOU >
      • Pooling Lomba Foto Hangzhou
      • Foto Ukhuwah Hangzhou
    • SHANGHAI >
      • Foto Ukhuwah Shanghai
  • Tiongkonomi
  • Kemitraan
    • UHAMKA - Pengantar TI
    • UHAMKA - Etika Profesi
    • UHAMKA - Digital Sistem
    • UHAMKA - Praktikum Digital

Mencerdaskan Bangsa melalui Puasa

27/4/2017

4 Comments

 
Picture
Oleh: Setyo Pamuji (Kabid Kajian dan Da'wah PCIM Tiongkok dan Mahasiswa CCNU Wuhan)

Puasa pada dasarnya merupakan salah satu bentuk ritual ibadah bagi umat Islam yang beriman, yang meyakini kehidupan di akhirat tanpa melupakan dunia. Orang yang puasa bisa memaknai dunia sebagai mediasi untuk mendekatkan diri pada Sang Pencipta, Sang Khalik. Suatu hikmah yang dapat dipetik dari momentum puasa, yakni manfaat dan pengajaran yang diperoleh melalui serangkaian aktivitas pada bulan Ramadhan. Ritual khas pada bulan tersebut, yakni umat Islam disunahkan untuk melakukan shalat tarawih. Ibadah dalam bentuk jamaah ini memberikan pesan bahwa sinergi itu lebih besar kekuatannya.

Dalam buku bertajuk Emotional Spiritual Quetient (ESQ) karya Ary Ginanjar Agustian, diceritakan sebuah bukti ilmiah, bahwa pikiran kelompok bisa jauh lebih cerdas daripada pikiran orang perorangan. Bukti itu dikutip dari Howard Gardner, seorang pakar terkemuka dari Harvard University yang menyatakan, tidak ada keraguan bahwa pikiran kelompok bisa jauh lebih cerdas.

Howard sampai pada kesimpulan itu setelah melakukan penelitian terhadap para mahasiswa. Dalam sebuah eksperimen tentang mahasiswa belajar dan bekerja dalam kelompok untuk suatu mata kuliah, data menunjukan bahwa hasil dari ratusan kelompok, sembilan puluh tujuh persen dari uji yang dilakukan, menunjukan bahwa skor kelompok ternyata lebih tinggi dari skor terbaik untuk perorangan.

Sinergi semacam ini akan melipatgandakan kekuatan, katakanlah, jika dengan satu partai politik (parpol) dominan bangsa bisa bertahan dan merangkak untuk maju, maka bagaimana dengan sebuah sinergi dari semua parpol di Indonesia dijadikan satu kekuatan yang saling mendukung, dengan satu tujuan pula! Hal tersebut akan menjadi akselerasi untuk kemajuan bangsa. Seperti ketika zaman penjajah, Indonesia mampu membentuk satu kekuatan besar dengan tujuan bersama, yakni kemerdekaan.

Namun, perlu diingat, kegagalan Indonesia dalam memerdekakan diri adalah salah satu imbas dari sifat kedaerahan, di mana saat ini dimunculkan lagi dengan sifat kedaerahan yang kontemporer, yakni ego parpol.

Terlebih lagi, selain untuk kesehatan, puasa bermanfaat untuk meningkatkan kecerdasan emosi. Daniel Goleman, seorang ahli dan peneliti tentang kecerdasan emosi, mendapatkan suatu bukti ilmiah tentang manfaat puasa.

Ia menyuruh anak-anak usia empat tahun di Taman Kanak-kanak (TK) Stanford untuk masuk ke suatu ruangan satu per satu. Sepotong marshmallow diletakkan di atas meja di depan mereka. "Kalian boleh makan marshmallow ini jika mau. Tetapi, jika kalian tidak memakannya sekembali saya ke sini, kalian berhak mendapatkan sepotong lagi."

Dalam jangka empat belas tahun, setelah anak-anak itu lulus sekolah menengah atas, terdapat perbedaan yang mencolok pada anak-anak yang langsung memakan marshmallow, dengan yang tidak. Mereka yang langsung melahap makanan itu cenderung mudah terkena stress, gampang menyerah, dan suka berkelahi dibanding dengan mereka yang mampu menahan diri untuk memakannya.

Tanpa diduga, kecerdasan intelektual mereka yang mempunyai emosi baik, jauh lebih tinggi ketimbang mereka yang tak mampu untuk menahan diri. Justifikasi tersebut, didapatkan ketika mereka ujian seleksi masuk perguruan tinggi.

Bukan hanya kecerdasan emosi yang didapat dari puasa, melainkan puasa juga dapat bermanfaat sebagai mediasi untuk mencerdaskan otak (kognitif). Dua pasangan tersebut harus berjalan bersama. Karena, keduanya memiliki peran masing-masing. Kecerdasan otak mengangkat fungi pikiran, sedangkan kecerdasan emosi mengangkat perasaan. Kecerdasan pikiran tanpa dibarengi oleh kecerdasan emosi justru akan menjadikannya mudah untuk putus asa dalam menghadapi masalah.

Sehingga, tak disangkal pernyataan Daniel Goleman, dalam bukunya Emotional Intelligence (1994) yang menyatakan bahwa kontribusi IQ bagi keberhasilan seseorang hanya sekitar 20% dan sisanya 80% ditentukan oleh faktor-faktor yang disebut Kecerdasan emosional.

Bukan tidak mungkin, jika dijalankan dengan sungguh-sungguh, puasa dapat dijadikan terapi terhadap penyakit bangsa. Manfaat puasa tersebut di atas, jika mampu masuk pada ranah politik, akan menjadikan para oknum pejabat negara mampu untuk bertindak manusiawi, suatu tindakan yang tidak merugikan orang lain. Terlebih, puasa bisa dijadikan terapi sekaligus obat bagi penderita penyakit akut negara, yakni 'penyakit korupsi'.

Lebih lanjut lagi, berkenaan dengan puasa, terdapat suatu bentuk implementasi dari kecerdasan sosial, yakni zakat. Ini suatu bentuk kepedulian sosial, memiliki manfaat besar bagi upaya pengentasan kemiskinan. Apabila, semua para konglomerat mau mengulurkan tangan mereka untuk membantu saudara-saudara kita yang miskin, maka dapat dipastikan akan sangat meringankan beban orang-orang miskin.

Akan tetapi, fakta berbicara lain. Di tengah kita, terdapat kesenjangan sosial yang mencolok. Sistim mengatakan sosialis, tetapi tingkahnya kapitalis. Bagaimana tidak, yang kaya semakin kaya dan si miskin semakin miskin. Sehingga, momen puasa seperti ini menjadi pertobatan massal untuk lebih peduli kepada mereka, atau sesama umat manusia.

Puasa menjadi suatu metode aplikatif terhadap pengasahan potensi diri manusia, terlebih bangsa yang mungkin masih ternina-bobokan oleh budaya hedonis dan konsumerisme. Fungsi metode tersebut sudah mencakup empat jenis pelatihan kecerdasan manusia, yakni Intelligent Quotient (IQ), Emotional Quotient (EQ), Moral Quotient (MQ), dan Spiritual Quotient (SQ). Jadi, bagaimana Anda tertarik untuk puasa? 
Pernah dimuat di haluankepri.com dilihat pada tanggal 27 April 2017

4 Comments
alfadli
14/5/2017 22:08:40

mantap tulisannya sangat bermanfaat, puasa juga dalam dunia medis mempunai banyak manfaat ,bisa membantu me-restars hampir semua sistem organ manusia terutama sistem pencernaan, bahkan otak yg membutuhkan banyak nutrisi dalam melakukan thinking,consentrasi, dan pengendalian stress bisa dengan mudah melakukan adapasi dalam decision making, adapun pada psychological puasa di tuntut untuk mengendalikan hawa nafsu, stress dan lain sebagainnya, bahkan juga hampir semua sistem hormonal dalam tubuh manusia mengikuti hal ini selama kita puasa,

Reply
Redaksi link
15/5/2017 10:24:01

Untuk korespondensi dengan penulis silahkan hubungi email setyo.pamuji1@gmail.com

Reply
Al-Zuhri
16/5/2017 15:19:54

Hebat, lanjutkan !

Reply
Setyo Pamuji link
20/5/2017 10:41:14

wah.. mantap tu mas Fadli, bisa jadi satu judul tulisan lagi...hehe ditunggu ya mas...

Bang Zuhri bisa aja.. itu tulisan saya pas awal nulis dulu,, dimuat di koran 2012 sepertinya... itu ada sedikit kesalahan pencantuman tahun yang dihaluan kepri...hehehe ditunggu ya artikelnya mas Zuhri... terima kasih

Reply



Leave a Reply.

    Picture

    Opini Netizen

    Memuat artikel yang berisi ide, gagasan, pendapat para pengunjung terhadap suatu peristiwa/momentum.
    Pengunjung bisa mengirim artikel Opininya dan terhadap artikel opini tersebut secara berkala akan dilakukan poling untuk menjadi artikel favorite yang pemenangnya berhak memperoleh apresiasi dan bingkisan menarik (untuk melihat/mengikuti poling silahkan klik di sini). Adapun cara mengirim artikel opini tersebut dengan mengunggah file artikel opininya melalui form berikut :

      Form Artikel Opini

      Tulis nama anda, boleh menulis nama dengan alias
      Tulis status anda sebagai mahasiswa atau karyawan disertai Kampus / Instansi anda
      Max file size: 20MB
    Submit

    Archives

    November 2020
    December 2019
    November 2019
    November 2018
    October 2018
    September 2017
    May 2017
    April 2017

    Categories

    All
    Agama
    Hukum
    Internasional
    PPI Tiongkok

    RSS Feed

BERANDA
BERITA     
WAWASAN
  

REPORTASE NETIZEN
​OPINI NETIZEN
AGENDA
GALERI
POLING ARTIKEL FAVORITE
Flag Counter
Picture
​

PCIM TIONGKOK
kabarmutiongkok.org
Di Dukung Oleh BPTI UHAMKA