Kabar Mu Tiongkok
Temukan Kami di Sosial Media :
  • Beranda
  • Berita
  • Wawasan
  • Risalah Netizen
    • Refleksi Netizen
    • Reportase Netizen
    • Opini Netizen
    • Romadhan di Tiongkok
    • GongXi-Tiongkok
  • Aktivitas
    • School Of Journalism
    • Agenda
    • Lomba Foto >
      • form-lomba-foto
      • Poling Lomba Foto
    • Polling Puisi Favorite >
      • Puisi Favorite 2018
    • Polling
    • Lomba Ramadhan >
      • Pemenang Lomba
      • Polling Video-Favorite
  • Tamadun
    • Karya Fiksi
    • Galeri Foto
    • Karya Video
    • Karya Puisi
    • Kantin Kartini
  • Kontak Kami
  • Organisasi
  • Muhibah Ukuwah
    • NANJING >
      • Poling Lomba Foto Nanjing
      • Foto Ukuwah Nanjing
    • HANGZHOU >
      • Pooling Lomba Foto Hangzhou
      • Foto Ukhuwah Hangzhou
    • SHANGHAI >
      • Foto Ukhuwah Shanghai
  • Tiongkonomi
  • Kemitraan
    • UHAMKA - Pengantar TI
    • UHAMKA - Etika Profesi
    • UHAMKA - Digital Sistem
    • UHAMKA - Praktikum Digital

Ilusi

18/10/2019

0 Comments

 
Picture

Ilusi

Oleh : Anang Masduki*
Hidup selalu berjalan, melewati hari demi hari yang ditandai dengan silih bergantinya malam dengan siang, selang selingnya musim panas dengan penghujan. Adakalanya hujan lebat disertai dengan badai dan kemudian mengakibatkan banjir, ketika musim kemarau tiba terkadang menyebabkan kekeringan. Begitu pula dengan kehidupan ini. Dan sifat manusia ketika musim panas mengeluh kepanasan sedangkan ketika musim penghujan datang mengeluh karena kebanjiran, mereka tidak mencoba bertanya pada diri mereka sendiri. Padahal dalam kitab yang penuh dengan hikmah disampaikan bahwa kerusakan yang terjadi di darat dan di laut karena ulah manusia itu sendiri. Ketamakan dan kerakusan manusia itulah penyebabnya. Sebagaimana pula telah disampaikan oleh Mahatma Ghandhi bahwa sesungguhnya dunia dan semua isinya dapat mencukupi seluruh kebutuhan penghuninya, akan tetapi tidak akan pernah dapat mencukupi kebutuhan walau hanya satu orang kalau orang itu rakus. Memang ada-ada saja cerita anak manusia. Kata orang-orang tua.

Malam itu, Aqsa membaringkan tubuhnya di dalam kamar setelah lelah jalan-jalan menghabiskan malam menikmati keramaian Malioboro. Tersungging senyum dari bibirnya, merenda hati yang penuh dengan kepuasan. Walau rasa lelah mendera, itu semua tertutupi oleh rasa bangga, bangga akan apa yang telah dia dapatkan, apa yang telah ia rasakan dan apa yang mungkin telah menjadi sebuah ketetapan atasnya. Dia bak seorang panglima militer yang baru memenangkan kudeta atas pemerintahan yang sah, dia seperti seorang jawara yang memenangkan sayembara dengan hadiah menjadi menantu puteri raja plus putra mahkota dengan mewarisi tahta. Tak dihiraukannya keadaan hiruk-pikuk di luar kamarnya. Anton, Jamal, Benjol dan Maymoto asik main poker untuk menghabiskan malam sambil mendengarkan lagu Kuch kuch hota hay dan tentunya satu gelas besar kopi untuk mereka atas nama kebersamaan sebagai temannya. Aqsa masih menyendiri di dalam kamarnya. Sepertinya, setiap makhluk yang merasa dirinya tampan selalu menjaga jarak.

Dicobanya, mulai menghitung berapa perempuan yang telah dia taklukkan, berapa perempuan yang telah menjadi korban atas nama ambisi, gengsi dan prestisnya. Dalam kesombongannya dia berucap “pantas bila perempuan menjadi the second person dan itulah taqdir”. Dia akan terus mencari korban, namun perlu diketahui semua yang ada di langit dan di bumi pasti akan berakhir, artinya sesombong, sebangga dan sepongah apapun pasti ada titik kulminasinya. Dan setiap amal perbuatan pasti akan mendapat balasan yang setimpal. Semua diciptakan dengan perhitungan, semua diciptakan dengan penuh keadilan dan semua diciptakan dengan keseimbangan. Ada putih dan ada hitam, ada suka dan ada duka, ada bahagia dan ada derita, ada laki-laki dan ada perempuan. Tidak ada suka bila tidak ada duka, tidak ada bahagia bila tidak ada penderitaan, tidak ada warna putih bila tidak ada warna hitam dan tidak ada jenis kelamin laki-laki bila tidak ada jenis kelamin perempuan. Semua diciptakan ada pembandingnya.

Senyuman yang memang dibuat agar senantiasa menghiasi keelokan wajahnya ditambah dengan postur tubuh yang memang ideal untuk orang Indonesia. Kulit sawo matang menambah bersemangat para perempuan memberikan stigma manis pada dirinya. Rambutnya hitam lebat, wajah ovale seperti lelaki blasteran Eropa dan Jawa, alisnya tebal, tatapannya tajam menandaskan ketegasan, kaki dan tangan bahkan dadanya lebat berbulu, hidungnya mancung. Sungguh bagaikan purnama disiang hari. Bahkan ada yang lebih parah dalam menilai ketampanan Aqsa. Walau Aqsa seorang diri tetapi banyak perempuan melihat ada dua sosok yang tampan. Yaitu Aqsa dan bayangannya. Dan mungkin pencitraan itu belum bisa mewakili seluruh isi hati para kaum Hawa dalam mencitrakan sosok seorang manusia bernama Aqsa, terlepas itu semua hanya terlintas dalam akal atau terpatri dalam hati.

Sebuah gambaran dari satu sisi di mana hanya dalam hal fisik. Pada sisi lain dia ternyata juga seorang aktivis baik intra maupun ekstra kampus. Lidahnya sangat lincah dalam membahasakan sesuatu sehingga dia merupakan orator ulung, maka tak jarang bila ada demonstrasi dia pasti selalu mendapat jatah untuk berorasi. Begitu juga ketika berada dihadapan perempuan sudah bisa dipastikan perempuan itu akan hanyut oleh deras dan berbobotnya rayuan yang terkulum di atas senyumannya. Rayuan yang menembus batas-batas keteguhan prinsip nilai bagi siapa saja yang  tidak mendasarkan hati dengan kokohnya keimanan. Tak jarang dalam hatinya sendiri tertawa, “dasar perempuan, lebih suka kalau laki-laki berbohong dari pada berperilaku jujur”.

Sering dikala sendirian dicobanya mencari-cari jawaban kenapa perempuan selalu suka dirayu, dipuji walaupun mereka tahu kalau itu semua adalah bohong. Lalu terlintas dalam pikirannya, “dikarenakan perempuan lebih pandai dalam mendengar dan merasa sebagaimana laki-laki lebih pandai bertutur dan berpikir”.

Mungkin banyak yang sepakat bahwa genealogi rayuan adalah gombal, dan semua bentuk gombal adalah hal yang dilebih-lebihkan. Hal yang dilebih-lebihkan sangat kontras dengan hal yang punya kelebihan. Jadi substansi rayuan adalah bohong. “Engkaulah perempuan tercantik di dunia, aku tidak bisa hidup tanpamu, engkaulah taman bunga yang menghiasi dinding kalbuku”, mungkin adalah kalimat biasa yang akan membuat seorang perempuan bosan bila terlalu sering mendengarnya. Akan tetapi menjadi lain bila yang mengatakan adalah Aqsa,  kalimat itu menjadi susunan kata-kata yang menyalurkan sugesti dan kekuatan alam melalui jalur nonfisika dan bebas dari hukum-hukum tentang energi mekanika yang luar biasa. Dapat dipastikan kebanyakan perempuan akan merinding bulukuduknya karena tersanjung, akan memerah pipinya karena malu-malu tapi mau, akan mengembang hatinya sehingga baju yang longgarpun terasa sempit dan akan pulang untuk bercermin sambil mengatakan, “laki-laki memang tidak pernah bohong”.

Akan tetapi ada juga perempuan yang benar-benar tangguh. Dia berpendirian, sebesar apapun badai rayuan memporak-porandakan telinganya, dia tetap akan mengatakan, tidak akan pernah menganggap serius apalagi menjadikan beban pikiran terhadap rayuan Arjuna yang turun dari langit manapun, sebelum Arjuna itu mengkhitbahnya. Setelah terjadi khitbah baru dia mempertimbangkan apakah menerima atau menolaknya. Dialah perempuan yang cerdas, punya integritas, berkepribadian, berkarakter dan perempuan yang punya prinsip. Dialah perempuan yang  qurrataa’yun.
 
                                                                                                                         ***
Saat ini ada empat perempuan yang menjadi kekasih laki-laki flamboyan itu. Dulu, banyak sekali. Kekasih Aqsa tiga berada di Jogjakarta dan yang satu ada di kampung halamannya. Dari tiga yang ada di Jogjakarta, mereka adalah Erna yang sedang menempuh kuliah pada fakultas kedokteran di kampus biru, kemudian yang satunya adalah Friska, dia kuliah di fakultas hukum kampus hijau dan terakhir bernama Nadya, dia adalah teman satu kelas Aqsa. Adapun yang di kampung halaman bernama Lusi. Dari kesemua pacar Aqsa memang mempunyai karakter yang berbeda-beda, namun ada satu kesamaan di antara mereka yaitu sama-sama cantik.

Sudah menjadi rutinitas dan merupakan sebuah kesepakatan kalau setiap hari senin dan kamis waktu Aqsa untuk Nadya, sedangkan selasa dan jum’at untuk Erna, adapun hari rabu dan sabtu untuk Friska. Itu jadwal yang ideal untuk membagi waktu buat ketiga pacar penghiburnya. Kesepakatan itu ada memang untuk dilangar. Mungkin itu tepat untuk mengambarkan mereka. Karena, pada kenyataan tidak jarang di antara ketiganya meminta waktu yang bersamaan untuk keluar buat sekedar main atau ngabuburit ketika menjelang buka puasa. Tapi bukan Aqsa namanya kalau tidak bisa menyatukan ketiga-tiganya. Untuk Lusi disediakan waktu khusus bila pulang kampung saja. Aqsa dan Lusi menjalin komunikasi dengan sms dan sesekali lewat telpon itupun bila ada gratisan.

Sungguh kasihan bila ada orang yang dapat mengetahui apa yang terkandung di dalam hati Aqsa dan keempat kekasihnya. Suatu hal yang sangat ironis dan kontras.  Friska, Nadya, Erna dan Lusi di mana mereka sungguh sangat besar dalam menaruh harapan, tetapi di lain pihak, jauh berada di dalam lubuk hati Aqsa terdapat kepalsuan dan kebahagiaan semu yang sewaktu-waktu dapat menjadi lava panas yang tanpa melihat siapa, di mana dan kapan untuk menerjang semuanya. Lava yang siap melapukkan tulang dan meleburkan hati yang menilai sesuatu hanya berdasar apa yang terlihat. Sungguh pandai Aqsa berpura-pura. Baginya perempuan itu sama saja, sama-sama menjadi permainan laki-laki dan yang manapun boleh dipermainkan, sehingga tidak pernah ada perasaan kasih dan sayang, apalagi cinta.

Menurut Buya Hamka sungguh kontras filosofis cinta antara laki-laki dan perempuan, tetapi ini bukan cinta yang penuh kepura-puraan tentunya, melainkan cinta yang suci dan sejati. Bila seorang lelaki telah mencintai seorang perempuan maka apabila ada orang lain yang meliriknya, yang menkagumi kecantikkanya, memuji kabaikannya maka orang laki-laki itu akan sangat marah karena besarnya rasa cemburu. Tetapi kalau ada orang yang mengatakan bahwa perempuan yang dicintai itu jelek, dan banyak mempunyai kekurangan, maka laki-laki akan merasa senang karena bagi laki-laki perempuan itu adalah miliknya dan tak seorangpun boleh melirik, menyentuh apalagi memilikinya. Sedangkan bagi perempuan, bila ada perempuan lain yang mengatakan kalau pasangannya bodoh, buruk parasnya dan miskin maka dia akan marah dan kecewa, tetapi bila banyak perempuan lain yang memuji pasangannya maka dia akan bangga dengan sebangga-bangganya. Karena cinta bagi perempuan ibarat memiliki emas dan berlian atau pun intan permata yang cenderung diperlihatkan, bila semakin banyak orang yang memuji dan mengaguminya maka dia akan semakin bangga. Disinilah posisi cinta Aqsa. Aqsa memposisikan cintannya seperti memiliki intan permata untuk dia perlihatkan, pamerkan, banggakan dan dia sombongkan karena memang semua perempuan yang menjadi kekasihnya mempunyai kelebihan, baik kelebihan materi maupun fisik. Dalam ruang prestisnya, perempuan harus dapat memuaskan, mendatangkan pujian dan mampu menjadi lumbung ekonomi saat kelaparan.

Perlakuan dan sikap Aqsa terhadap perempuan seperti itu bukan tanpa sejarah yang melatar belakanginya. Sejak kecil Aqsa memang mempunyai wajah imut. Sehingga selalu terlihat mengemaskan, menyenangkan dan lucu. Tentu banyak para remaja putri atau ibu-ibu tetangga suka mengajaknya bermain, mengendong atau memberi oleh-oleh dan mainan agar bisa mencium atau mencubitnya. Mulai menginjak bangku sekolah menengah pertama di mana anak-anak seusianya mulai mengenal apa yang mereka sebut sebagai pacaran, Aqsa merasa sangat asing dengan kalimat tersebut, apalagi merasakannya. Hal ini terjadi karena sikap lemah gemulai, nada bicara yang lembut, pakaian selalu rapi, lebih banyak bergaul dengan teman perempuan sehingga semua temannya menyebutnya hermaprodyt, laki-laki tidak normal, banci, waria, remaja tak gaul, ”katrok”. Dengan stereotip dan ejekan yang bertubi-tubi inilah Aqsa menapaki titik puncak psikologis. Aqsa marah, benci dan bertekad untuk berubah. Hal itu terjadi sampai memasuki bangku di sekolah menengah atas. Saat itu, dia melihat, jika ingin disebut laki-laki sejati, maka harus mempunyai badan yang kekar, wajah yang garang, tegap saat berjalan dan harus punya sikap pemberani. Untuk mewujudkan hal itu semua sampai-sampai Aqsa merelakan waktu dan menguras uang sakunya guna fitnes di pusat kebugaran. Aqsa merubah penampilan menjadi laki-laki yang urakan, sering bolos, nakal, telinga dan lidah ditindik serta suka berkelahi. Memang penampilan barunya ini merubah stereotip yang melekat pada Aqsa selama ini. Namun stereotip itu terlalu berlebihan, karena sekarang perempuan justru takut dengan perilaku, sikap dan karakter Aqsa yang cenderung frontal, berlebihan tanpa kontrol. Ejekan semua kawannya ketika malam minggu ”kok tidak apel, bujang lapuk”, membuat panas kuping Aqsa dan hatinya serasa terpanggang ditengah terik matahari gurun sahara. Panas dan begitu menyakitkan kiranya. Hal ini berlanjut hingga Aqsa memasuki bangku kuliah.

Saat menemukan dunia baru di bangku kuliah, Aqsa merasa juga harus merubah semua sikap dan perilakunya untuk menemukan hal yang selama ini dia dambakan. Masuklah dia dalam sebuah organisasi pergerakan mahasiswa baik intra maupun ekstra di kampusnya. Di sana dia mulai belajar manajemen kepemimpinan, manajemen aksi, analisis sosial, teori sosial dan politik, belajar berorasi dan juga belajar diplomasi. Karena dia mencoba mempelajari berbagai disiplin ilmu tentu yang dia dapatkan tidak maksimal atau dengan kata lain hanya setengah-setengah. Namun itu cukup untuk menjadi modal awal. Perlahan-lahan sikap dan perilakunya selama ini mulai berubah. Tuturkatanya menjadi teratur, terarah dan sistematis. Dia sedikit-demi sedikit tahu bagaimana harus menempatkan diri di depan orang untuk lobi-lobi demi mendapatkan jabatan di kelas ataupun kampus. Dia mulai membuka pergaulan seluas-luasnya tidak hanya dengan internal kampus melainkan juga di luar kampus. Berubahnya perilaku itu pulalah yang ternyata memunculkan harapan yang selama ini menjadi mimpinya. Prestis dia dapatkan, yang berujung pada terpilihnya Aqsa sebagai Ketua Senat Mahasiswa dan dikagumi banyak perempuan yang akhirnya mampu mengobati kekekecewaan dan amarahnya selama ini. Kesuksesan bagi Aqsa sekarang indikatornya cukup sederhana, yaitu sukses dalam politik dan dalam percintaan.
 
                                                                                                               ***
Pernah pada suatu sore, Aqsa dan teman-teman kos sebagaimana biasa selalu menghabiskan waktu dengan bermain futsal di halaman. Berhubung hujan tak jua kunjung reda, mereka menghabiskan waktu dengan minum kopi sambil main gitar di serambi kos lantai atas. Jamal adalah yang paling jago main gitar, namun suaranya justru yang paling jelek. Saat asyiknya Jamal memamerkan kemampuannya, Anton berujar, “Aqsa, kita-kita di sini kan jomblo semua kecuali kamu, kalau merasa menjadi teman yang baik tolong ya dibagi pacarnya. Masa yang lain belum dapat kamu sudah mengantongi empat. Dasar kamu memang rakus”.

“Dengar Ton, aku sih mau saja membaginya, tapi sekarang yang menjadi masalah adalah mau nggak mereka sama kalian?. Dan kenapa kok jumlahnya empat?, karena batas poligami itu adalah empat”. Jawab Aqsa sambil tertawa penuh kebanggaan.

Mendengar percakapan yang menarik, Jamal menghentikan memetik senar gitar. Dia ikut nimbrung obrolan dengan berkata, “Aqsa, apakah kamu tidak merasa kasihan memanfaatkan mereka?”.

Aqsa terkejut, “apa maksudmu dengan memanfaatkan mereka?”.

“Mereka selalu menyediakan semua kebutuhanmu, mulai kuliah, logistik makanmu, merawatmu ketika sakit, mereka tak segan-segan mengeluarkan uang untuk biaya kuliahmu jika kamu telat kiriman dan bahkan mungkin juga kepuasan akan hasratmu. Kamu tidak hanya merusak hatinya tapi juga fisiknya. Aku yakin suatu saat kamu pasti memutusnya. Karena melihat pengalamanmu selama ini yang selalu berganti-ganti pacar. Dan kamu bilang berkali-kali kalau kamu sama sekali tidak menaruh hati padanya”. Papar Maymoto.

Merasa terpojok Aqsa mencoba menyanggah, “kita bahas dulu masalah memanfaatkan, kawan mata rantai kehidupan tiada terlepas dari momentum. Dalam konteks mencari pasangan, usia sangat dominan mempengaruhi idialisme. Dimana usia 20-27 itu dalam memilih yang dilihat adalah ’siapa saya’, usia 28-35 ’siapa dia’, usia 36 ke atas adalah ’siapa saja’. Kita ini masuk pada level pertama dan itu wajar bila kita bebas memilih sesuka kita. Iniloh siapa saya!!”. Suara Aqsa meninggi sambil berdiri dan menepuk dada. ”Bila masuk level kedua, kita harus agak menurunkan idialisme itu, siapa sih orang yang kita bidik, bagaimana kualitasnya, a, b, c semua kita fokuskan untuk mengukur dan menilai dia. Baru berpikir apakah kita mampu mengapai atau tidak. Kalau sudah masuk pada level ketiga, maka bila mencari pasangan itu sudahlah yang penting berbeda jenis kelamin sajalah, asal perempuan. Tapi ya jangan lantas kerbau, sapi, kambing atau bahkan ayam asal betina menjadi sasaran kawan....”. Diiringi oleh tawa Aqsa.

”Tapi tetap sajakan semua berujung pada perusakan, entah fisik atau kejiwaan”. Anton menghentikan tawa Aqsa.

”Oh...sory, kelupaan. Kemudian ketahui kawan, bahwa perempuan tercipta dari bagian laki-laki, dia hadir untuk melengkapi kehidupan laki-laki dan perempuan ada untuk membahagiakan laki-laki. Jadi kalau tugas perempuan untuk melayani para laki-laki itu kodrat. Aku tidak bisa membayangkan betapa mudahnya bila empat perempuan mengurus satu suami. Ada yang masak, ada yang mengurus anak, ada yang mencuci dan ada satu yang mijitin suami. Sangat meringankan perempuan bukan?. Adapun mereka mengeluarkan apa yang mereka miliki untukku, itu biar dia belajar untuk berkorban, merawat, memperhatikan dan mengabdi agar menjadi istri yang baik. Bukankah perempuan seperti itu tugasnya?, menyenangkan suami. Kalau dia nanti akan sakit hati bila aku putus, biarlah itu menjadi pengalaman bagi mereka. Manusia itu menurutku perlu belajar sakit hati juga, biar tahan banting. Namun perlu kamu ketahui Maymoto, aku memang telah melihat apa yang seharusnya tidak aku lihat, namun menjaga agar air suci itu tidak jatuh pada tempat yang tidak halal adalah jihad bagiku. Kamu tidak adil jika memposisikan aku pada posisi yang selalu salah, karena kenikmatan itu juga mereka rasakan, bahkan mereka inginkan. Kanapa sih kalian ini, mereka saja tidak mempermasalahkan kok kamu yang sewot, iri ya?”.

“Tidak, kita tidak iri. Kita sayang sama kamu, maka kita mengingatkanmu”. Jawab Benjol dengan wajah datar.

“Enggak.....aku nggak mau kamu sayangi, emang kita homo apa?. Eh.....perempuan itu harus tunduk dan patuh pada suami.

Perempuan harus pandai memasak, bersolek dan pandai mengurus anak dan suami. Maka ketika kalian melihat pacarku memasak, merawatku ketika sakit itu jangan terkejut. Semua aku lakukan agar mereka belajar untuk membahagiakan suaminya nanti. Bukankah baik dan begitu mulia niatku?. He..he..he..”.

“Baik apanya, itu menjadikan budak tahu?”. Jawab Jamal dengan raut muka penuh tendensi.

Melihat raut muka Jamal yang kelam karena berpadunya rasa kecewa dan cemburu, membuat Pranoto tak kuasa menahan tawa yang mengelitik di dada. Jamal adalah teman kos mereka yang sudah berkali-kali mengatakan cintanya pada beberapa perempuan, baik yang dia kenal karena teman satu kampus atau teman yang memang sengaja diperkenalkan oleh Anton, Maymoto, maupun Aqsa sendiri. Berhubung sikap kaku, wajah yang garang bak seorang panglima perang, yang terjadi semua perempuan memilih menjaga jarak terlebih dahulu. Singkat kata, Jamal sudah dipaksa menyerah sebelum pertandingan yang sebenarnya dimulai. Dengan sikap sempurna, mau tidak mau dia harus mundur dengan teratur.

Sikap Jamal seperti itu merupakan kesalahan dirinya dalam menafsirkan semua nasehat Aqsa ketika memberi pelajaran bagaimana cara menaklukkan hati perempuan. Tips itu Aqsa peroleh dari internet ketika awal-awal memasuki bangku kuliah. Dan dengan tips inilah Aqsa memperdaya hati perempuan, semaunya dan secara sporadis. Sederhana tips yang disampaikan Aqsa dalam menaklukan perempuan. Pertama, Jujur dan gentle. Yaitu begitu bertemu dengan seorang perempuan yang sesuai dengan apa yang diidam-idamkan, maka tunjukan bahwa engkau adalah pria jujur, sopan, sekaligus charming. Perlu ditunjukkan juga kalau sangat antusias untuk mendengarkan bila perempuan bercerita. Kedua, Jangan terlalu banyak menilai. Semua orang tahu, tidak ada manusia yang sempurna atau nobody’s perfect. Dan siapa yang nggak jengkel kalau dinilai-nilai terus, apalagi bila dibanding-bandingkan dengan perempuan lain, bisa-bisa si perempuan yang menjadi target malah menjauh. Ketiga, Jangan mengikat. Laki-laki boleh saja menyukainya, sekaligus berharap perempuan akan membalas tentunya. Tapi bukan lantas harus mengekang atau mengikatnya. Beri perempuan ruang gerak. Maksudnya, jangan keseringan menyorongkan diri di sekitar dia. Biarkan dia menebak-nebak, sedang dimana, sedang melakukan apa dan sama siapa. Asal tahu saja, ketidakhadiran seorang laki-laki itu, justru bisa menumbuhkan kerinduan dalam diri perempuan. Keempat, Willing. Saat perempuan bercerita sesuatu, seorang laki-laki harus menunjukan kesan bahwa dia tertarik dan antusias mendengarkan ceritanya. Harus ditunjukkan pula bersedia mendengarkan keluhan dan curahan hatinya. Entah cerita biasa-biasa saja atau masalah keluarga, pekerjaan, hobi, sampai mimpi-mimpinya. Jangan lupa untuk menanggapi cerita-ceritanya dengan pendapat yang brilian, tanpa terkesan menggurui. Kelima, Banyak senyum. Sudah jadi rahasia umum kalau senyuman itu merupakan salah satu senjata ampuh untuk menebar pesona. Pun, kata para ahli, tersenyum itu merupakan refleksi diri seseorang yang punya pemikiran positif. Nah, kalau laki-laki memang gemar tersenyum, maka tularkan kebiasaan tersebut ke perempuan yang ditaksir. Caranya?, bikin dia tersenyum lewat joke-joke yang dilontarkan. Tapi harus diingat, don’t be selfish. Jangan cuma yang ditaksir, yang menaksirpun harus bisa tersenyum, dan akan lebih baik jika bisa membuat teman-temannya bahkan juga keluarganya untuk tersenyum. Coba saja lihat hasilnya. Apalagi survei membuktikan kalau 9 dari 10 wanita lebih menyukai cowok yang punya selera humor tinggi. Keenam, Jadilah yang terbaik. Menjadi yang terbaik, bukan lantas harus melakukan hal-hal yang sebenarnya tidak mampu dilakukan. Jangan memaksakan diri, to be the best doesn’t mean have to do metters that can’t be done saja. Seorang laki-laki pasti tahu apa yang digemari para perempuan. Dengan tampil bersih, harum, nafas segar, dan nggak terlalu berantakan, perempuan pasti banyak yang melirik. Ketuju, Jangan mengejar duluan. Laki-laki harus mencoba untuk menahan keinginan melancarkan aksi terlebih dahulu. Harus agak sabar, boleh saja menelepon, tapi jangan terlalu sering, selusin kali dalam sehari misalnya. Diusahakan juga untuk tidak sering-sering mengirim SMS atau e-mail yang isinya penuh dengan bullshit. Seperlunya saja, tapi diusahakan agar isi pembicaraan cukup bermakna dan membuat dia terpesona. Delapan, Jual mahal sedikit. Yang ini merupakan lanjutan atau bentuk lain dari nasihat yang melarang laki-laki untuk mengejar perempuan duluan. Meskipun mungkin si perempuan tahu betul bahwa si laki-laki sebenarnya ngebet dan “tergila-gila” dengannya, coba kukuh untuk tidak melayani apa maunya. Pura-pura cuek kalau sedang di dekatnya. Sembilan, biarkan perempuan menebak-nebak. Perlu diketahui bahwa, mahluk yang namanya perempuan itu gemar akan sesuatu yang bersifat misterius. Itulah kenapa banyak perempuan yang menjadi pengarang cerita-cerita berbumbu petualangan dan misteri, seperti Agatha Christie atau Enid Blyton. Bikin dia seperti itu. Caranya adalah jangan sekali-kali langsung membuka diri. Beri perempuan sedikit demi sedikit saja tentang siapa sebenarnya si laki-laki. Soalnya, kalau langsung membuka diri bisa-bisa dia akan bosan dan bilang “sudah nggak ada tantangan lagi”. Makanya biarkan rasa ingin tahunya terus tumbuh dan berkembang. Dengan begitu, dia pun akan selalu berharap untuk mengenal lagi, lagi dan lagi. Terakhir, Jangan sok akrab. Tidak sedikit laki-laki yang bertanya-tanya, kenapa para perempuan lebih memilih menjadi sahabat ketimbang menjadi kekasih. Salah satu jawabannya adalah, perempuan mungkin merasa hubungan dengan laki-laki sudah kelewat dekat, sehingga lebih enak untuk dijadikan teman. Nah, bila laki-laki benar-benar suka sama perempuan, sebaiknya jangan dulu sok akrab. Dan sebagai kata-kata pamungkas Aqsa menutup teorinya, ”bila seorang laki-laki ketika berhadapan dengan perempuan harus berani menatap matannya, menyuarakan maksud hati dengan lantang, tunjukan sikap yang tegas dan wajah harus terlihat seperti Gajah Mada. Jika perempuan sudah diraih hatinya, laki-laki mau melakukan apapun, dia pasti pasrah”.

Sikap Jamal sangat berbeda dengan Benjol, akan tetapi kesimpulannya sama. Sama-sama berakhir dengan penolakan. Benjol sangat agresif dalam mengambil pendekatan, cenderung berlebihan dan yang paling parah dia tidak bisa mengontrol ucapannya. Kalimat yang saru[1], rasa sombong dan sikap ’GR’ yang berlebihan, ganjen didukung penampilan yang urakan melekat pada sosok Benjol. Jelas, yang terjadi perempuan merasa jijik dan canggung berteman dengannya.

Kelihatannya Aqsa harus membutuhkan waktu yang cukup lama guna mengajarkan peletnya[2] pada Jamal dan Benjol. Berbeda dengan Anton dan Maymoto. Walau mereka berdua tergolong masih saudara dan berasal dari kampung yang sama pula, yaitu kecamatan Majenang kabupaten Cilacap. Akan tetapi berbeda urusannya dalam soal percintaan. Mereka mencintai orang yang sama dan senantiasa bersaing dengan ketat dan sportif. Persaingan ini cukup seimbang. Yang terjadi sang perempuan senantiasa dirundung kebingungan untuk menetapkan sebuah pilihan.

Beda pula cerita mereka semua bila yang menjadi perbandingan adalah Pranoto. Dia lebih suka memposisikan diri bak seorang brahmana atau mahaguru, bahkan resi yang berpandangan haram dalam urusan pacaran. Namun entah kenapa setiap ucapannya untuk memberi pencerahan pada semua muridnya di komplek rumah kos itu belum menyentuh ke dalam lubuk hati.

_____________________________________________________________________
[1] Saru berasal dari bahasa Jawa, yang berarti jorok

[2] Pelet berasal dari bahasa Jawa, yang berarti guna-guna.
_____________________________________________________________________
*Anang Masduki : Dosen Ilmu Komunikasi Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta
                                 Mahasiswa Doktor di Shanghai University

0 Comments



Leave a Reply.

    Picture

    KARYA FIKSI

    Berisi hasil karya dan tulisan tentang karya fiksi, baik berupa Cerpen maupun Novel

    Categories

    All

    RSS Feed

    Archives

    December 2019
    November 2019
    October 2019

BERANDA
BERITA     
WAWASAN
  

REPORTASE NETIZEN
​OPINI NETIZEN
AGENDA
GALERI
POLING ARTIKEL FAVORITE
Flag Counter
Picture
​

PCIM TIONGKOK
kabarmutiongkok.org
Di Dukung Oleh BPTI UHAMKA