Kabar Mu Tiongkok
Temukan Kami di Sosial Media :
  • Beranda
  • Berita
  • Wawasan
  • Risalah Netizen
    • Refleksi Netizen
    • Reportase Netizen
    • Opini Netizen
    • Romadhan di Tiongkok
    • GongXi-Tiongkok
  • Aktivitas
    • School Of Journalism
    • Agenda
    • Lomba Foto >
      • form-lomba-foto
      • Poling Lomba Foto
    • Polling Puisi Favorite >
      • Puisi Favorite 2018
    • Polling
    • Lomba Ramadhan >
      • Pemenang Lomba
      • Polling Video-Favorite
  • Tamadun
    • Karya Fiksi
    • Galeri Foto
    • Karya Video
    • Karya Puisi
    • Kantin Kartini
  • Kontak Kami
  • Organisasi
  • Muhibah Ukuwah
    • NANJING >
      • Poling Lomba Foto Nanjing
      • Foto Ukuwah Nanjing
    • HANGZHOU >
      • Pooling Lomba Foto Hangzhou
      • Foto Ukhuwah Hangzhou
    • SHANGHAI >
      • Foto Ukhuwah Shanghai
  • Tiongkonomi
  • Kemitraan
    • UHAMKA - Pengantar TI
    • UHAMKA - Etika Profesi
    • UHAMKA - Digital Sistem
    • UHAMKA - Praktikum Digital

Kabar Gembira dari Tiongkok (Bagian 3)

19/10/2018

0 Comments

 
Picture
Peraduan siang berlalu, kembali pada ruang dan waktu menuju ikthiar menambah garam dalam lautan peragu. Membentang-luaskan makna sejati dalam ilahi, meninggikan cakrawala pemimpi, syahdu perindu dari pejuang untuk menjemput kalam diri, menjadi arti untuk dilampaui, mencoba memungut pazel-pazel kehidupan yang masih berserakan. Gembira duduk di depan bersama kawan dari negeri Jiran tak sepenuhnya.
Yang berilmu berdiri di hadapan menguak simetri, menghubungkan narasi. Banjir yang tak membasahi menyentuh jiwa-jiwa terhadir, menambah deretan angka, kata dan makna. Titik yang sedia kala, kini terhubung menjadi berirama. Namun, di tengah ada bencana, Gembira terhenti oleh sandungan diri, terusik menyentuh membutuh ulur asa diberi.
Rasa tersipu menyelimuti tapi kelemahan adalah kepastian yang hanya bisa tersembunyi bukan terhenti. Itu sebabnya dua inisiasi bertarung tak kenal mati dalam mencari jalan tersuci dari pelacuran harga diri. Tersudutlah harus melakukan kolaborasi terpatri.
Genggamlah ponsel yang sedari tadi dibuka dan tutup oleh Gembira berulang kali. Tetiba jari jemari terasa ada yang menggelayuti sehingga berat rasa menyambung aksara. Menulislah lalu terhapus oleh ibu jari yang dikontrol oleh alam emosi.
Beberapa dentingan jarum jam mulai memberontak dan tak sabar menunggu keputusan, menyambungkan nota-nota yang tercerai.
“Bisakah kamu bantu aku?” ujarnya dalam sebuah pesan kepada temannya, Ma’ruf, meski sebenarnya mereka duduk bersebelahan. Terkirimnya pesan itu mengakhiri perang delima yang terjadi dalam intuisi, hanya menyisakan sebuah harapan akan panggilan terkabulnya sebuah seruan berpengorbanan.
Waktu telah berlalu membungkus rasa malu dan kobaran jiwa perindu. Sesekali ia menoleh ke arahnya melemparkan sebuah canda. Ma’ruf membalas dengan senyum tak tertanda, hanya rautan wajah datar tanda arah menuju sebuah jawab kata. Duh si Gembira gelisah bukan kepalang.
Tett...teetttt teetttttt, suara bel khas tanda usai kelas. Berhamburan cendekia berperangai sipit nan kulit putih langsat menuju tempat tersempurna melepas lelah dalam jiwa, ada pula terduduk di depan cendela di atas kursi kayu bercat coklat kemerahan sembari menenteng air panas dalam botol panci sebagai penyeimbang dingin semesta.
Keluarlah bersama Ma’ruf, bercakap dalam jalan pendek menuju apartement, meski hanya basa-basi seolah ingin menghilangkan jejak bukti yang pernah tersudahi dalam beberapa menit yang lalu.
“Saya duluan ya, mau ambil barang dulu” kata Ma’ruf tergesa
“Oh iya, ini saya juga mau langsung balik ke dorm istirahat.. Ok. Bye” jawabnya
Sembari berjalan tersendiri, Gembira bergumam dalam hati, ini bukan jalan akhir yang harus menyerah tanpa terciderai. Mati satu tumbuh seribu, meski saat itu tertarik menyantap bakpao lembut berisi kacang merah manis itu. Lalu biarlah aku membohongi hasrat diri ini, seperti kehidupan ini yang selalu mencari pembenaran, bukan kebenaran hingga jalan tak pasti. Hanya jiwa-jiwa terberkahi yang mampu membaca bersih isi.
Jalan penuh duri hingga perigi yang siap menjatuhkan memang sudah kerap terjadi. Itu seperti karib yang setia menemani entah ke mana usang pergi meski terkadang tanpa diminati. Mengingat jalan tak pasti hanyalah sebuah ilusi dari kehidupan hakiki, Gembira meneruskan dan membasuh intuisi hati guna berjalan kembali dalam ruang fana’ ini (Koh Yo Pa saudagar tinta dari Tiongkok / akan disambung dengan tema yang lain pada tulisan berikutnya).
0 Comments



Leave a Reply.

    Picture

    GongXi Tiongkok

    Memuat artikel yang mengungkap Hikmah kehidupan di Tiongkok.

    Archives

    October 2018

    Categories

    All

    RSS Feed

BERANDA
BERITA     
WAWASAN
  

REPORTASE NETIZEN
​OPINI NETIZEN
AGENDA
GALERI
POLING ARTIKEL FAVORITE
Flag Counter
Picture
​

PCIM TIONGKOK
kabarmutiongkok.org
Di Dukung Oleh BPTI UHAMKA