“Manusia memang tidak dapat menciptakan langit, namun manusia mampu untuk menentukan cakrawala”
Itulah sepenggal kalimat yang terus mengobarkan semangat Gembira dalam perjuangan. Ada kesadaran hakiki akan sebuah pembatasan, namun juga ingat bahwa ruang dimensi gerak diberikan seluas cakrawala. Cakrawala yang lebih dinamis, banyak variabel yang mempengaruhinya, bisa dekat, bisa jauh, bisa sempit dan bisa luas, serta seterusnya tergantung pengalaman dan perspektif yang digunakan. Sehingga begitu Gembira mengetahui bahwa cakrawala ini memberinya sebuah harapan baru.
Gembira setiap hari terus membaca, mengamati dan menerjemahkan, hingga sampai pada hal yang sangat sederhana, analogi sebuah speedometer. Dalam jarum speedometer nilai rentang kecepatan adalah 0 sampai 180 km/jam. 180 km/jam merupakan nilai maksimal, dan tidak bisa bertambah lagi, sedangkan nilai kecepatan di bawah itu adalah ketergantungan Pengendara itu sendiri, bisa bernilai 20, 70, 120 km/jam dan lain-lain.
Berbekal kabar gembira dari kontemplasi Fazlurrahman pada abad-abad sebelumnya, ketakutan, kelemahan, dan kegagalan diajaknya berdamai, yang sebelumnya selalu bermusuhan. Ego-ego itu kini menjadi sahabat karibnya yang selalu menemani dan ia tahu, saat ini, ketakutan menemaninya saat ia akan melanggar etika tatanan yang berlaku, kelemahan selalu menyapanya saat ia berada di puncak, mengabari siapalah dirinya ini, sedangkan kegagalan memeluknya, dengan nasehat-nasehat yang luar biasa.
Dataran Tiongkok yang kini ia injak menjadi saksi bisu betapa pentingnya mendamaikan mikro kosmos dalam diri sehingga dapat berotasi sebagaimana mestinya. Gembira perlahan meluluhkan batuan endapan dalam imaji, kini tersadar betul, pengendalian dunia luar, dimulai dari pengendalian dalam diri sendiri (bersambung; Oleh Koh Yo Pa - Saudagar Tinta Tiongkok)
Gembira setiap hari terus membaca, mengamati dan menerjemahkan, hingga sampai pada hal yang sangat sederhana, analogi sebuah speedometer. Dalam jarum speedometer nilai rentang kecepatan adalah 0 sampai 180 km/jam. 180 km/jam merupakan nilai maksimal, dan tidak bisa bertambah lagi, sedangkan nilai kecepatan di bawah itu adalah ketergantungan Pengendara itu sendiri, bisa bernilai 20, 70, 120 km/jam dan lain-lain.
Berbekal kabar gembira dari kontemplasi Fazlurrahman pada abad-abad sebelumnya, ketakutan, kelemahan, dan kegagalan diajaknya berdamai, yang sebelumnya selalu bermusuhan. Ego-ego itu kini menjadi sahabat karibnya yang selalu menemani dan ia tahu, saat ini, ketakutan menemaninya saat ia akan melanggar etika tatanan yang berlaku, kelemahan selalu menyapanya saat ia berada di puncak, mengabari siapalah dirinya ini, sedangkan kegagalan memeluknya, dengan nasehat-nasehat yang luar biasa.
Dataran Tiongkok yang kini ia injak menjadi saksi bisu betapa pentingnya mendamaikan mikro kosmos dalam diri sehingga dapat berotasi sebagaimana mestinya. Gembira perlahan meluluhkan batuan endapan dalam imaji, kini tersadar betul, pengendalian dunia luar, dimulai dari pengendalian dalam diri sendiri (bersambung; Oleh Koh Yo Pa - Saudagar Tinta Tiongkok)