Bermula dari refleksi kondisi terkini di Indonesia menjelang pemilu 2019, membuat kami trenyuh. Muncullah ide memanfaatkan momentum Isra’ Mi’raj untuk membangun dan menguatkan persatuan. Lebih-lebih banyak berita menyebar tentang hiruk pikuk perselisihan, suasana perpecahan, hingga kabar tentang perkelahian yang meregang nyawa yang disulut beda pilihan presiden.
Sungguh sebuah sejarah besar tentang lawatan Nabi Muhammad SAW yang begitu fenomenal dan indah, Isra’ Mi'raj, kisah yang termaktub dalam Al Quran itu telah menggerakkan kami untuk berbincang lebih lama. Kami angkat tinggi-tinggi semangat persatuan dengan fondasi tauhid untuk disampaikan kepada jagat raya.
Di kamar asrama yang kami sulap jadi panggung perhelatan. Peringatan Isra’ Mi'raj kami gelar.
Diawali dengan lantunan ayat suci surat Al Israa’ dan tilawahnya. Kami renungi maknanya dengan seksama. Kisah mukjizat perjalanan menembus ruang dan waktu itu sepatutnya menyadarkan manusia tentang keterbatasan akal manusia dan kemaha besaran Allah.
Kita diingatkan untuk pegang kuat-kuat pesan Rasul. Dirikan shalat ! Bersujud dipenjuru bumi manapun.
Kami lantas kumandangkan Indonesia Raya. Bergantian kami bersyair, mulai dari Syair gulung dari Kalimantan, gurindam 12 dari Riau, dan syair Aceh. Pesan-pesan moral kami reguk dari bait-bait yang terdengar.
Dan lagu lama yang enak dan penuh makna "Nabi Muhammad Mataharinya Dunia" pun kami dendangkan bersama sama dengan penuh penjiwaan. Begini sebagian syair lagu itu
…Di langit ada matahari bersinar menerangi bumi.
Di langit ada matahari bersinar menerangi bumi
Cahayanya yang tajam, menembus kegelapan…
Menerangi seluruh alam
Nabi Muhammad nabi akhirul zaman
Rahmat bagi umat di seluruh alam
Nabi Muhammad mataharinya dunia
Yang bersinar abadi sepanjang zaman
Nabi Muhammad bagai purnama di tengah malam gelap gulita
Nabi Muhammad bagai pelita cahayanya di atas cahaya
Wahai kaum muslimin muslimat sampaikan shalawat salam…
Pada akhir acara kami berdiri menyanyikan Sang Surya, lagu wajibnya Muhammadiyah dan ya Lal Wathon yang merupakan Mars NU. Kami semua dengan gegap gempita menyanyikannya, sembari menatap lirik lagu yang terpampang dalam telepon genggam, beberapa mengabadikan momentum yang menggembirakan itu. Kami larut dalam suasana kekeluargaan dan penuh doa.
Doa terbaik untuk kalian, untuk bangsa kita tercinta dan untuk dunia yang berkeadaban. Untuk masa depan bangsa yang lebih baik. Negeri idaman yang baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur. Negeri adil, makmur yang berada dalam ridho Allah SWT.
Pesan lirih dari mahasiswa Indonesia di Tiongkok sebagai wujud ikhtiar untuk mengajak dalam kebaikan, mengingatkan sesama anak bangsa untuk bersikap dewasa dalam menyikapi perbedaan, asal niatnya adalah untuk fastabiqul khairat, berlomba dalam kebaikan. Membangun bangsa tidak bisa dengan perpecahan. Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh. [] Rif & Sc (Anggota Pengajian PPIT-W Ranting Huashi)