Ramadhan kali ini adalah pengalaman pertama saya Ramadhan tidak di kampung halaman. Tentu ada suka dukanya. Puasa di Shanghai dimulai pukul 03.30 dan waktu buka sekitar pukul 19.00. Namun banyak orang sangat menikmatinya. Karena ternyata di Shanghai banyak umat Islam yang juga menjalankan puasa, berbuka dan tarawih bersama. Mereka sangat ramah. Melihat wajah asing, dengan ramah pada bertanya. Diri mana asalmu, apa pekerjaanmu dan di sini bekerja atau study. Dengan grotal gratul sebisanya aku jawab. Kebanyakan jamaah berasal dari suku Han dan juga suku Uighur provinsi Xinjiang. Selain itu juga banyak wajah-wajah jamaah berasal dari Eropa, Afrika, timur tengah maupun Asia Selatan.
Jika waktu berbuka tiba, masyarakat akan berkumpul di ruang makan yang telah disediakan meja kursi dan lengkap dengan menu berbuka. Biasanya kurma, roti, teh panas, buah dan bubur. Selesai membatalkan puasa kemudian sholat magrib. Setelah sholat magrib dilanjut dengan makan. Menunya biasanya gulai ayam, atau gulai sapi ditambah dengan oseng-oseng jamur maupun terong. Namun tentu dengan bumbu dan rasa yang berbeda dengan masakan Jawa.
Selesai makan para jamaah pada bersilaturahmi sambil ngobrol dengan jamaah lain. 15 menit menjelang azan isya, jamaah masuk ke masjid untuk mendengarkan Kultum. Materi di sampaikan tentunya dengan bahasa Mandarin dan temanya kebanyakan persoalan Hukum Islam, Aqidah dan Ibadah.