KabarMuTiongkok | Beijing, 16/05/19. Allah SWT memberikan kesempatan kepada kita sebagai manusia dengan dibekali potensi yang sama antara satu dengan yang lainnya. Bekal potensi yang Allah SWT berikan kepada manusia sebagaimana yang disebutkan dalam QS. Asy-Syams: 7-8 yang berbunyi:
“wa nafsiw wa mā sawwāhā, fa al-hamahā fujụrahā wa taqwāhā”
Yang artinya: demi jiwa serta penyempurnaan (ciptaan)Nya, maka Dia mengilhamkan kepadanya (jalan) kejahatan dan ketakwaannya.
Ustadz Taufiq yang juga Da’I Ambassador Dompet Dhuafa-Indonesia memaparkan “surat yang diawali dengan sumpah Allah SWT mengingatkan kita bahwa sesungguhnya setiap jiwa manusia memiliki perpaduan antara roh dan jasad dengan potensi akal dan dilahirkan di dunia ini dengan jiwa yang sempurna serta memiliki kedudukan yang sama antara satu dengan yang lainnya di mata Allah SWT. Kemudian Allah SWT mengilhamkan kepada setiap manusia dengan 2 (dua) potensi, antara lain: potensi yang pertama adalah keburukan dan potensi yang kedua adalah ketaqwaan. Potensi inilah yang menjadi suatu kehebatan bagi umat manusia yang kemuliaannya nanti akan tergantung bagaimana cara kita untuk dapat mengolah potensi yang ada pada diri sendiri baik itu dalam bentuk keburukan maupun dalam bentuk keburukan”.
Dalam lanjutan QS. Asy-Syams: 9-10 Allah SWT berfirman qad aflaḥa man zakkāhā, wa qad khāba man dassāhā yang artinya: sungguh beruntung orang yang menyucikannya (jiwa itu), dan sungguh rugi orang yang mengotorinya. Ustadz Taufiq menjelaskan “Makna dalam lanjutan QS. Asy-Syams tersebut yaitu ada 2 (dua) pilihan yang diberikan oleh Allah SWT kepada kita sebagai manusia untuk memilih jalan yang terbaik untuk dirinya. Jika kita dapat memanfaatkan potensi yang diberikan oleh Allah SWT maka inshaallah kita akan termasuk dalam golongan Aṣḥābil-Yamīn yaitu golongan kanan, akan tetapi bagi manusia yang tidak dapat memanfaatkannya atau melakukan hasrat hawa nafsunya secara tidak terkendali akan mengotori jiwanya sendiri dan ketika ini dibiarkan sama saja manusia itu masih membiarkan dirinya untuk tetap berada dalam golongan kiri atau yang disebut golongan Ashabul Syimal”.
Allah SWT memberikan kesempatan kepada kita untuk selalu dapat membersihkan diri, namun bagaimana cara kita membersihkan diri? dalam lanjutan ceramahnya, Ustadz Taufiq mengisahkan pada saat jaman Nabi Muhammad SAW dalam Hadits Riwayat Muslim, ada sahabat yang bertanya kepada beliau: “bagaimana konsep dari pahala dan dosa?”, Rasulullah SAW berkata: “Mintalah fatwa kepada hati dan jiwamu. Kebaikan (pahala) ialah apa yang menyebabkan jiwa dan hati tenteram kepadanya, sedangkan dosa ialah apa yang merisaukan jiwa dan menyebabkan ganjalan dalam dada walaupun orang-orang telah memberi fatwa kepadamu”. “pada dasarnya manusia tanpa dikasih pelajaran dan penjelasan tanpa diberikan dalil-dalil tertentu mereka sudah mengetahui potensi yang ada pada diri mereka baik itu perbuatan baik maupun perbuatan yang buruk, karena ada sesuatu yang dapat memfilter itu semua yaitu dengan melalui Hati Nurani atau yang disebut dengan Qolbun yang mereka miliki”, jelas Ustadz Taufiq.
“Setiap manusia pada dasarnya diberikan Hati Nurani atau Qolbun untuk selalu senantiasa membersihkan dirinya dan harus dipelihara dengan sangat baik agar kita tidak mengabaikan salah satu potensi yang diberikan oleh Allah SWT. Oleh karena itu, mari kita manfaatkan kesempatan yang baik di bulan suci Ramadhan untuk membersihkan Hati Nurani dengan memperbanyak amalan-amalan ibadah lainnya untuk meningkatkan keimanan serta ketaqwaan agar dapat menghantarkan jiwa dan raga kita menjadi manusia dengan hati dan jiwa yang selalu diberikan ketenangan oleh Allah SWT” tutup Ustadz Taufiq.
“dan jika mereka beriman dan bertakwa, pahala dari Allah pasti lebih baik, sekiranya mereka tahu”. (QS. Al-Baqarah:103)
Semoga bermanfaat.
Billahi Fi Sabililhaq Fastabiqul Khaerat.
Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Pewarta: M. Firmansyah/PCIMT-Regional Beijing/LPB/BUCT