(Firmansyah/PCIMT /LPB/ BUCT)
Beliau menjelaskan keistimewaan ibadah puasa di bulan suci Ramadhan dalam Hadits Qudsi yang disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW yang berbunyi: قَالَ الله ُعَزَّ وَجَلَّ : كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ لَهُ إِلَّا الصِّيَامَ، فَإِنَّهُ لِيْ وَأَنَا أَجْزِيْ بِهِ yang artinya: Allâh Azza wa Jalla berfirman, Semua amal perbuatan anak Adam untuk dirinya kecuali puasa. Sesungguhnya puasa itu untuk-Ku dan Aku-lah yang akan membalasnya. Jadi kualitas puasa antara kita dengan yang lain itu tidak ada yang tahu ganjaran pahalanya kecuali Allah SWT, yang pasti ganjarannya berbeda dengan bagaimana kita mengisi waktu selama kita berpuasa. Dalam lanjutan haditsnya, Ustadz Taufiq menerangkan bahwa “وَالصِّيَامُ جُنَّةٌ” yang artinya Puasa adalah tameng atau perisai diri. “Ini berarti puasa itu sesungguhnya merupakan alat yang dijadikan oleh Allah SWT kepada kita untuk dapat menahan diri, masing-masing dari kita sudah mendapatkan tameng atau perisai diri tinggal seberapa kuat pertahanan yang kita miliki”, ujarnya.
Ustadz Taufiq mengatakan bentuk tameng atau perisai diri itu dalam hadits ini yaitu yang berbunyi وَإِذَا كَانَ يَوْمُ صَوْمِ أَحَدِكُمْ فَلَا يَرْفُثْ، وَلَا يَصْخَبْ، فَإِنْ سَابَّهُ أَحَدٌ أَوْ قَاتَلَهُ فَلْيَقُلْ: إِنِّي امْرُؤٌ صَائِمٌ. yang artinya: Apabila seseorang diantara kamu berpuasa, janganlah berkata jorok/kotor dan berteriak-teriak/kasar. Apabila ada orang yang mencaci makinya atau mengajak bertengkar, katakanlah, ‘Sesungguhnya aku sedang berpuasa’. “kita ini umat sesama muslim tidak boleh berlanjut dengan hal-hal yang tidak boleh kita larut dalam pertentangan hal-hal yang bersifat bukan prinsip kalau sifatnya yang bersifat furu’iyah kita bias berbeda pendapat jangan terlalu diumbar perbedaan itu kemudian kita saling gontok-gontokkan satu sama lain,” tutur beliau.
(Firmansyah/PCIMT/LPB/BUCT)
Billahi Fi Sabililhaq Fastabiqul Khaerat.