Kabar Mu Tiongkok
Temukan Kami di Sosial Media :
  • Beranda
  • Berita
  • Wawasan
  • Risalah Netizen
    • Refleksi Netizen
    • Reportase Netizen
    • Opini Netizen
    • Romadhan di Tiongkok
    • GongXi-Tiongkok
  • Aktivitas
    • School Of Journalism
    • Agenda
    • Lomba Foto >
      • form-lomba-foto
      • Poling Lomba Foto
    • Polling Puisi Favorite >
      • Puisi Favorite 2018
    • Polling
    • Lomba Ramadhan >
      • Pemenang Lomba
      • Polling Video-Favorite
  • Tamadun
    • Karya Fiksi
    • Galeri Foto
    • Karya Video
    • Karya Puisi
    • Kantin Kartini
  • Kontak Kami
  • Organisasi
  • Muhibah Ukuwah
    • NANJING >
      • Poling Lomba Foto Nanjing
      • Foto Ukuwah Nanjing
    • HANGZHOU >
      • Pooling Lomba Foto Hangzhou
      • Foto Ukhuwah Hangzhou
    • SHANGHAI >
      • Foto Ukhuwah Shanghai
  • Tiongkonomi
  • Kemitraan
    • UHAMKA - Pengantar TI
    • UHAMKA - Etika Profesi
    • UHAMKA - Digital Sistem
    • UHAMKA - Praktikum Digital

Menyemai Harmoni Menjelang Bulan Suci

5/5/2019

8 Comments

 
Picture

Menyemai Harmoni Menjelang Bulan Suci

(PPIT W. Huashi, NU, dan Muhammadiyah Silaturahim bersama Pengurus Masjid Qiyimen)
kabarmutiongkok.org. Hari Jumat, 3 Mei 2019, saat matahari tepat di atas kepala, kami mahasiswa muslim dari Central China Normal University (CCNU) bersiap-siap menuju ke sebuah masjid.  Tidak seperti biasanya, Jum’at ini kami mahasiswa putra dan putri pergi bersama-sama. Siang itu meski musim panas, udara tak terasa menyengat, kami berjalan sebentar ke pemberhentian bus. Tak lama bus yang kami tunggu datang, kurang lebih 40 menit kami butuhkan untuk sampai ke Masjid Qiyimen di daerah Wuchang, Wuhan, Tiongkok. Sesampainya di pelataran masjid, nampak beberapa orang menggelar alas di halaman hingga di beberapa sisi jalan, seolah akan menyiapkan pelaksanaan shalat Idul Fitri dengan jamaah yang membludak. Begitulah suasana shalat Jum’at di masjid ini. Gedung masjid bertingkat itu sudah tak kuasa menampung jamaah yang berduyun-duyun datang. Dipastikan macet beberapa saat didirikan shalat. Jalanan sekitar masjid penuh jamaah. Jamaah shalat Jum’at berasal dari masyarakat muslim asli Tiongkok ditambah orang asing yang kebanyakan adalah mahasiswa.
Picture
Selepas shalat Jum’at, acara dimulai, kami, mahasiswa dari jamaah pengajian rutin dari kampus Huashi (CCNU), atas kerjasama PPIT-W Ranting Huashi, dengan PCIM Tiongkok dan PCINU Tiongkok mengadakan agenda silaturahim dengan pengurus masjid dalam rangka menyongsong Ramadhan 1440 H. Sambutan hangat kami rasakan dari Imam dan pengurus masjid.

Imam mempersilahkan kami memasuki salah satu ruangan masjid sambil duduk bersila di ruangan yang tampak seperti ruang kotak sederhana beralaskan sejadah dengan satu ukiran kalamullah di dindingnya. Tak seperti masjid di daerah lainnya yang nampak bagus. Masjid ini terkesan sederhana Sederhana, tak nampak  kubah dan menara, selayaknya masjid yang ada di Indonesia.

Acara dibuka dengan pembacaan surat Ali-Imran ayat 102-105, tentang
perintah bertakwa, beramal ma’ruf dan nahi munkar, dan berpegang dengan agama Allah serta tidak berpecah belah. Kandungan ayat yang sangat relevan dengan acara waktu itu. Tujuannya untuk mempererat kekeluargaan antar jamaah masjid juga sebagai bentuk ekspresi kegembiraan dalam menyambut bulan suci Ramadhan walaupun saat ini kami jauh dari tanah air dan jauh dari keluarga.


Sucipto, perwakilan mahasiswa Muslim Indonesia, dalam kata sambutannya mengucapkan terima kasih kepada pengurus masjid yang sudah menerima kedatangan mahasiswa Indonesia. Ia juga mengingatkan pesan orang-orang tua kita akan nasehat “Ke manapun kita pergi, sejauh apapun kaki melangkah, yang pertama kali dicari adalah masjid, karena di masjidlah kita dapat berkumpul dengan orang-orang-orang shaleh.”

Imam masjid merasa senang atas kunjungan ini. Semua peserta sangat tersentuh manakala Wang Imam berkata, “Masjid adalah baitullah, masjid ini adalah rumahmu sekalian, kita adalah keluarga di Masjid ini.” Terselip makna sharing sense of belonging (mambagi rasa kepemilikan) atas pernyataan Wang Imam. Seketika hati kami bergetar seolah berada di rumah sendiri.

Lalu beliau sampaikan kata-kata konfusius “
有朋自远方来,不亦乐乎? (you peng zi yuanfang lai, bu ji le hu) Yang artinya: Jika ada teman kita yang jauh datang kesini, bukankah itu adalah hal yang menggembirakan?”

​
Imam bercerita bahwa sudah sering mahasiwa Indonesia melakukan kunjungan, ini merupakan proses kita dalam membangun kerja sama terutama dalam budaya antara Indonesia dan Tiongkok. Mungkin dalam kehidupan kita memang banyak perbedaan, untuk itu acara silahturahmi ini sangat diperlukan, agar kita bisa saling memahami satu sama lain. Imam Masjid juga mengajak dan berharap kita semua bisa menjalankan ibadah puasa di Tiongkok dengan kegembiraan.
​
Picture
Acara dilanjutkan dengan sharing kebudayaan muslim menjalankan puasa di Tiongkok. Pembayaran zakat fitrah kurang lebih sama dengan Indonesia, sekitar 20RMB yang bisa dibayar sejak Ramadhan pertama hingga akhir Ramadhan. Kebiasaan berbuka bersama juga dilakukan di sini, setelah berbuka dengan yang manis dilanjutkan sholat magrib, makan besar, sholat Isya berjamaah kemudian tarawih dan witir. Yang berbeda adalah, tidak ada kultum sebelum berbuka dan ceramah setelah sholat Isya. Seperti yang banyak kita jumpai di Indonesia.

Muhammad Arif Zulian, salah satu mahasiswa Indonesia yang ikut acara tersebut  mengungkapkan
 “Kita dapat menyambut bulan suci dengan hal positif, bersilaturahim dan sharing bersama sesama muslim lokal Tiongkok. Walaupun bukan di negeri sendiri namun kami mampu menjaga tradisi yang Islami ini. Dilain hal, sebagai agent representative Indonesia, kami mencoba memupuk persaudaraan dari akar rumput dengan masyarakat lokal, menjaga perdamaian yang telah kedua negara (Indonesia-Tiongkok) canangkan. Berbuat sesuai yang bisa kami lakukan untuk kebaikan bersama.” Tukasnya penuh antusias.

Hal yang serupa juga diungkapkan oleh Jufri, mahasiswa master yanag sedang mendalami Bahasa Mandarin di CCNU, “Saya sangat senang sekali bisa silaturrahmi dengan imam masjid Wuchang, saya pribadi sudah lama merindukan siraman rohani dari para alim ulama atau ustadz. Perbedaan budaya dan bahasa bukan halangan untuk mempererat hubungan keluarga sesama muslim.” Ungkap Jufri.

Setelah tanya jawab selesai, acara dilanjutkan dengan qiroatil Asmaul Husna dan ditutup dengan foto bersama.
Alhamdulillah. Allah telah mengizinkan kami bergandengan tangan melangkahkan kaki menyapa saudara seagama. Kami sungguh hanya ingin mohon ridha Allah semata. Di masjid itu kami terus memanjatkan doa.


Picture
Ya Allah ridhai kehidupan kami di bumi ini.  Ampunilah dosa dosa kami. Yang kecil maupun yang besar. Sungguh kami sering khilaf dan mudah melakukan maksiat.
Ya Allah, sucikan hati dan kuatkan raga kami untuk menyambut bulan suci, bulan penuh keberkahan, penuh ampunan. Ya Allah Ya Rahman Ya Rahim. Kami mohon kekuatan untuk menunaikan ibadah di bulan Ramadhan dengan penuh keikhlasan lahir batin.
 Dan kepada keluarga kami. Kami mohon Yaa Allah Yaa Malik. Lindungilah mereka, berikanlah kesehatan, kekuatan untuk menikmati Ramadhan yang kami rindukan yaa Allah. Ayah kami, Ibu kami, saudara saudara kami, anak-anak kami yaa Allah ampunilah dosa dosa mereka. Sanyangilah mereka.
Hanya kepada Mu kami memohon rahmat. Hanya kepadaMu kami memohon kebaikan.

Sementara itu Endy Sjaiful Alim selaku ketua umum PCIM Tiongkok saat dihubungi secara terpisah menyampaikan apresiasinya kepada PCIMT Regional Wuhan, yang terus manggalang kerja sama dengan berbagai elemen kader bangsa, yang salah satunya dengan cara berperan serta secara aktif melalui kegiatan yang di pelopori oleh aktivis PPI Tiongkok Cabang Wuhan Ranting Kampus Huashi tersebut. “Saya berharap kegiatan silaturahmi semacam ini dapat terus dikembangkan guna memupuk ukuwah islamiyah, ukuwah watoniyah sesama kader bangsa dan ukuwah insaniyah sesama umat manusia di seluruh dunia. Sehingga ajaran agama dapat hadir sebagai rahmat dan menebar perdamaian di seluruh dunia”, ujarnya penuh harap.

Marhaban Yaa Ramadhan. [] Rifqa ; FotoGrafer : Yuli, Iyan, Syam.

Picture
8 Comments

Mahasiswa Indonesia Gelar Pelatihan SPSS di Kota Wuhan

4/5/2019

0 Comments

 
Picture
Perhimpunan Pelajar Indonesia Tiongkok -Wuhan (PPIT-W.) dan PPIT-W ranting Huazhong University of Science and Technology, Sabtu, 27 April 2019 bertempat di gedung CPA HUST menggelar Pelatihan SPSS.

Acara ini bertujuan untuk
memberikan pelatihan kepada mahasiswa Indonesia dalam melakukan analisis penelitian menggunakan SPSS.

Rangkaian acara dimulai dari pukul 14.00 waktu setempat, dimulai dengan pembukaan, sambutan oleh ketua ranting HUST, Khairul Umam Habsy, selaku tuan rumah. Selanjutnya kata sambutan ketua divisi pendidikan, Langen Nidhana Meisyalla mewakili ketua PPIT-W. Acara inti diisi dengan pelatihan oleh pembicara, Faishal Fadli,
kandidat Ph.D. di School of Economy, HUST.


Pembicara memberikan pelatihan mengenai cara menggunakan dan melakukan analisis data menggunakan aplikasi SPSS. Dimulai dengan pengenalan SPSS, dilanjutkan dengan praktik input data dan praktik uji umum SPSS meliputi validasi, reliabilitas dan standar deviasi. Pelatihan diakhiri dengan pengenalan mengenai regresi linear berganda.

Pelatihan ini diikuti 34 peserta dari berbagai kampus di kota Wuhan, Hubei, seperti Central China Normal University, Hubei University, Wuhan University dan dari Huazhong University.

Dalam sambutannya
 Ketua Pelaksana Langen Nidhana Meisyalla menyatakan “kegiatan yang serupa seperti analisis data ataupun perihal publikasi hendaknya dapat selalu diadakan setiap tahunnya. Karena Negara Indonesia sendiri sangat mendorong pelajar-pelajar Indonesia untuk dapat menjadi peneliti dan meningkatkan jumlah publisitas pelajar Indonesia. Acara pelatihan ini menjadi acara penutup kepengurusan PPIT-W masa jabatan 2018-2019 karena tepat tanggal 12 Mei akan diadakan penggantian kepengurusan. Terima kasih kepada seluruh panitia dan peserta yang telah ikut serta dalam acara pelatihan SPSS ini.” ujarnya.

Salah satu peserta,
Yam Saroh, mahasiswa Ph.D. program School of Education, CCNU menyampaikan “Acara sangat baik dan disampaikan dengan beruntun. Saya sangat terbantu dengan pelatihan ini, namun karena materinya juga banyak dan waktunya yang terbatas, bagi saya penyampaian materi sangat cepat. Namun secara keseluruhan saya senang diadakannya acara ini” paparnya memberikan kesan. () rizo


Picture
0 Comments

Belajar Jurnalistik itu Asyik

11/12/2018

1 Comment

 
Picture
Peserta berfoto bersama seusai acara
Wuhan/11 Desember 2018. Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah Tiongkok (PCIMT), pada hari Ahad, 9 Desember 2018 menggelar acara yang bertajuk School of Journalism dengan tema “jurnalistik sesuai kode etik itu asyik”.
​

Panitia menghadirkan 3 pemateri. Pertama, Setyo Pamuji, mahasiswa CCNU yang punya pengalaman menulis artikel di media massa ini menyampaikan motivasi dan kiat-kiat menulis opini agar tembus media.
Picture
Yusuf Risanto menyampaikan materi fotografi jurnalistik
Yusuf Risanto, dosen Universitas Brawijaya, yang sedang mengenyam pendidikan di HUST sebagai pembicara kedua. Ia  menyampaikan materi yang cukup menarik tentang pengalamannya menggeluti dunia fotografi. Ia menuturkan prinsip yang harus senantiasa dibawa oleh fotografer adalah 5W+ IH dan senantiasa memperhatikan apakah objek karya fotografi kita memenuhi tiga sifat; actual, factual dan kontekstual.
Penyampaian materi oleh Setyo Pamuji dan Endy Sjaiful Alim
Tidak kalah menarik, pembicara ketiga, Endy Saiful Alim, pendiri media online kabarmutiongkok.org yang sekaligus ketua umum PCIM Tiongkok. Aktivis pers mahasiswa tahun 90 an ini menjabarkan bagaimana menulis berita dan kode etik jurnalistik di era media online.
​

Acara ini dihadiri oleh  perwakilan PCINU Tiongkok, pengurus PPIT dan para peserta yang merupakan mahasiswa asal Indonesia yang sedang belajar di kota Wuhan.  Acara berlangsung mulai pukul 12.00 dan berakhir pada pukul 16.30 waktu setempat. Acara berlangsung lancar dan aktif dengan moderator, Arum Priadi, mahasiswa school of education, CCNU.

Picture
Peserta antusias menyampaikan pertanyaan
Dalam sambutan pembuka Sucipto, sebagai ketua pelaksana sekaligus ketua PRIM Wuhan menyatakan bahwa acara ini sangat penting. Karena di era media sosial sekarang ini setiap orang adalah jurnalis. Sementara itu Mulia Mardi yang mewakili PPIT menyampaikan apresiasi yang tinggi kepada PCIMT karena sering mengadakan acara untuk Mahasiswa Indonesia di Wuhan, dengan acara yang sangat bermanfaat. “Kalau di Beijing ada KBRI, Kalau di Shanghai ada Konjen RI, di Guangzhou juga ada Konjen RI. Nah di Wuhan ini alhamdulillah ada PCIMT yang juga sering mengundang mahasiswa bersilaturahmi” seloroh Mulia Mardi saat memberi kata sambutan.
​

Ketua PCIM Tiongkok berharap ada tindak lanjut dari acara ini. Ia memotivasi para peserta untuk aktif menulis mengisi ruang-ruang media online yang sudah ada. “Acara ini harus ditindak lanjuti. Mari kita aktif menulis. Menghidupkan media online yang sudah kita buat. Sampaikanlah informasi-informasi yang mencerahkan. Semoga acara ini terus berkelanjutan. Dan bisa diadakan setiap tahun. “ tutur Endy.
Picture
Peserta teraktif mendapatkan door prize
Aditya Fahmi, salah satu peserta mahasiswa dari Wuhan University menyampaikan apresiasi “saya pribadi makin banyak tahu mengenai perspektif baru di dunia jurnalistik”.  
Selain itu Ahmad Syifa, peserta yang berasal dari kampus HUST memberikan kesan  “acaranya luar biasa  hebat dan bermanfaat semoga kebersamaan kita bisa menjadi kebersamaan produktif” harapnya.
​

Acara yang diikuti dengan antusias oleh para peserta ini diakhiri dengan pembagian hadiah  kepada penulis terbaik, door prize kepada peserta teraktif  serta  berfoto bersama antar peserta, pemateri dan panitia.(chip, et all)
Picture
Panitia berfoto bersama setelah acara selesai
1 Comment

Semangat Persatuan yang Tak Akan Pudar dari Pelajar Indonesia di Tiongkok

4/5/2018

0 Comments

 
Picture
Pada tanggal 1 April 2018, seluruh pelajar (Putra-Putri Bangsa) Indonesia yang berada di Tiongkok telah digemparkan oleh pemberitaan di salah satu media massa yang memuat berita dengan judul “Di Cina, Pelajar Indonesia Dapat Pelajaran Ideologi Komunis” [1]. Isi beritapun bisa mengarah mencurigai pelajar Indonesia di Tiongkok rawan terkontaminasi oleh idiologi tersebut. Tentu saja kecurigaan tersebut tidak benar dan sangat disayangkan. Pemberitaan tersebut-pun telah berhasil membuat resah para pelajar Indonesia di Tiongkok. Paling tidak hal ini dapat dirasakan dari ramainya diskusi yang terjadi di beberapa grup media sosial yang dimiliki oleh pelajar Indonesia di Tiongkok saat itu.

Berbagai spekulasi-pun tumbuh seiring dengan munculnya pemberitaan tersebut, namun satu hal yang membuat kami bangga (terkhusus saya pribadi) sebagai pelajar Indonesia di negeri orang adalah sikap untuk tidak saling menyalahkan bahkan lebih mengarah kepada mencari kebenaran atas pemberitaan yang muncul.

Satu sikap yang patut mendapatkan apresiasi besar dari semua pihak bahwa di sinilah, di negara orang (di negara Tiongkok), ternyata putra-putri Bangsa Indonesia dari generasi muda mampu menjaga persatuan dan kesatuan yang selama ini telah terbangun dengan kokoh. Sikap yang menunjukkan persatuan tersebut membuahkan hasil berupa tanggapan organisasi Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Tiongkok terhadap pemberitaan “kurang sedap” yang telah dimuat di media massa yang sama dengan yang memberitakan sebelumnya [2]. Sebelumnya, sanggahan dan sikap keberatan juga telah dilakukan oleh salah satu cabang Ormas Islam Indonesia yakni Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Tiongkok yang telah dimuat pada media massa yang sama sehari sebelumnya yakni pada tanggal 3 April 2018 [3].

Hal ini juga dikuatkan dengan hasil tabayun oleh  kader dan aktivis Pengurus Cabang Muhammadiyah Istimewa Tiongkok kepada nara sumber yang menjadi bahan pemberitaan yang meresahkan tersebut. Menurut nara sumber bahwa judul dan kesan isi berita yang meresahkan tersebut tidak sesuai dengan tema dan maksud pembahasan yang disampaikan oleh nara sumber. Karena sebetulnya maksud nara sumber adalah memberi contoh bahwa  negara Tiongkok telah berhasil menanamkan idiologi negaranya kepada pelajar dan mahasiswa Tiongkok. Sehingga generasi muda yang terdiri dari pelajar dan mahasiswa memiliki militansi dan komitmen yang kuat kepada negara dan bangsa Tiongkok. Hal inilah yang patut diyakini menjadi modal utama bagi kemajuan yang terjadi begitu pesat di negara Tiongkok dewasa ini. Dan sudah sepatutnya di negara Indonesai Ormas dan entitas yang peduli dan mengelola lembaga pendidikan, belajar seperti kemajuan yang terjadi di negara Tiongkok. Menurut nara sumber yang juga sebagai salah satu rektor Perguruan Tinggi Muhammadiyah ini, Ormas basar yang memiliki jaringan lembaga pendidikan yang banyak seperti NU dan Muhammadiyah -yang mewarisi pemikiran Hadratu Syeh Hasyim Asari dan Kyai Haji Ahmad Dahlan-, melalui jaringan lembaga pendidikannya di Indonesia harus mampu menanamkan idiologi bangsa dan negara Indonesia kepada pelajar dan mahasiswa Indonesai, sehingga pelajar dan mahasiswa bisa memiliki militansi dan komitmen yang tinggi pada negara dan bangsa Indonesia. Komitmen yang tinggi ini pada gilirannya akan menjadi pendorong bagi kemajuan dan kemakmuran bangsa dan negara Indonesia.

Berbicara lebih jauh mengenai perwujudan rasa persatuan dan kesatuan yang terbangun di kalangan pemuda/pemudi Indonesia di negeri Tiongkok, dengan berpegang teguh pada idiologi negara dan ajaran agama, telah mampu menghilangkan potensi konflik horizontal yang (mungkin saja) hendak diciptakan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Andai saja rasa persatuan dan kesatuan ini tidak atau bahkan belum sempat terbangun, maka yang akan terjadi adalah satu pihak akan menyalahkan pihak lainnya dan konflik horizontal pun akan sangat mungkin terjadi. Namun di sinilah kami para pelajar Indonesia mampu memaknai perbedaan sebagai kekuatan dan bukan sebagai kelemahan. Walaupun dengan perbedaan pada latar belakang organisasi, suku, agama, warna kulit, jenjang pendidikan ataupun perbedaan lainnya, namun telah tercermin sikap elegan untuk menjunjung semangat persatuan dimana semangat persatuan ini tidak akan pernah muncul tanpa kesadaran akan arti ke-Bhineka-an dan besarnya ghirah untuk tetap menjalin tali ukhuwah. 

Belajar memang merupakan kewajiban bagi setiap pelajar, akan tetapi memaknai kata “belajar” tidak dapat hanya sebatas pada kegiatan mempelajari literatur perkuliahan semata, karena di dalam kehidupan ini, kami (generasi muda) juga masih harus banyak belajar mengenai kehidupan yang salah satunya adalah bagaimana untuk tetap menjaga tali persaudaraan dan persatuan di negara orang.  Dalam hal ini, PPIT memiliki peran sebagai pemersatu untuk tetap menjalankan tali ukhuwah yang terbukti dari berbagai kegiatan yang telah dilakukan.

Salah satu kegiatan yang dapat saya sampaikan pada tulisan ini adalah kegiatan culture festival yang diselenggarakan secara periodik oleh kampus-kampus di Tiongkok. PPIT terkhusus cabang Wuhan selalu berpartisipasi aktif dengan berbagai budaya bangsa. Salah satu budaya yang sering ditampilkan adalah tarian yang berasal dari Provinsi Aceh yaitu Tari Saman. Keputusan untuk memilih tari saman sebagai bagian dari pertunjukan yang akan ditampilkan oleh PPIT Cabang Wuhan tidak dapat dipisahkan dari filosofi yang terkandung di dalamnya tentang persatuan [4]. Perpaduan dan harmonisasi gerakan-gerakannya mampu menghasilkan decak kagum bagi para penontonnya sebagaimana para pelajar dari negara lain menunjukkan kekaguman mereka kepada pelajar Indonesia akan keragaman yang kita miliki namun tetap terbingkai dalam kerangka ke-Bhineka-an.
Di saat culture festival diselenggarakan, akan tampak wajah-wajah yang berasal dari berbagai suku dan juga agama yang berbeda di Indonesia namun mereka mampu memperlihatkan bagaimana semangat persatuan dan kekompakan terjalin sehingga tersiratkan kesinambungan dan harmonika akan persatuan pemuda/pemudi Indonesia di negeri Tiongkok. Cerminan persatuan ini juga tampak dari para anggota tari saman yang tidak seluruhnya berasal dari Aceh. Bahkan banyak dari mereka yang (sebelumnya) tidak mengetahui dan memahami bagaimana tari saman dilakukan. Namun realita akan persatuan telah berbicara sehingga kekompakan pun terjadi di dalam latihan dan pada saat pertunjukan berlangsung.
Dari pengalaman tampil di ajang festival tahunan di berbagai perguruan tinggi tersebut, akhirnya Perhimpunan Pelajar Indonesia Tiongkok Cabang Wuhan dipercaya untuk menggelar Festival Nusantara. Sebuah festival yang secara khusus menampilkan ragam kebudayaan Indonesia. Mengenalkan tentang persatuan dan kesatuan, serta ke-bhinekha tunggal ika-an Indonesai. Mulai dari berbagai kuliner, berbagai tarian, beladiri pencak silat, pertandingan badminton (olah raga populer di Indonesia), kekayaan alam, tempat-tempat wisata dan lagu-lagu daerah yang dimiliki Indonesia. Kegiatan yang diselenggarakan pada tanggal 22 April 2018 ini mendapat apresiasi yang sangat antusias dari para pelajar Tiongkok dan pelajar internasional di kota Wuhan. Hal ini paling tidak bisa dilihat dari penuhnya gedung gelanggang mahasiswa Huazhong Agricultural University yang menjadi tempat penyelenggaraan Festival Nusantara tersebut.

Masih banyak pula kegiatan lainnya yang dilakukan oleh pemuda/pemudi pelajar Indonesia di negeri Tiongkok dalam rangka menjaga tali persaudaraan dan kesatuan bangsa, serta tanpa adanya rasa malu atau sungkan untuk menunjukkan wujud ke-Bhineka-an yang terbungkus dalam kesatuan (Ika) di hadapan pelajar dari negara lain sebagaimana yang tertulis dalam Lambang Garuda Negara Indonesia, “Bhineka Tunggal Ika”.
 
Penulis : Nugroho Suryo B.
Kandidat PhD Huazhong University of Science and Technology (HUST) dan ketua International Scholar Research Collaboration (ISRC),  Ketua Department of Research and Development PCIMT, Ketua PPITW Ranting HUST 2015-1016.

Referensi :
  1. http://www.republika.co.id/berita/pendidikan/dunia-kampus/18/04/02/p6h8j0396-di-cina-pelajar-indonesia-dapat-pelajaran-ideologi-komunis. Diakses 3 April 2018 pukul 15:40 waktu Kota Wuhan, Provinsi Hubei, P.R.China (Tiongkok).
  2. http://www.republika.co.id/berita/pendidikan/dunia-kampus/18/04/02/p6islz428-pengurus-nu-tak-ada-ajaran-komunisme-di-cina. Diakses 3 April 2018 pukul 15:53 waktu Kota Wuhan, Provinsi Hubei, P.R. China (Tiongkok).
  3. http://www.republika.co.id/berita/pendidikan/dunia-kampus/18/04/02/p6islz428-pengurus-nu-tak-ada-ajaran-komunisme-di-cina. Diakses 3 April 2018 pukul 16:02 waktu Kota Wuhan, Provinsi Hubei, P.R. China (Tiongkok).
  4. http://lpsn.org/node/252, diakses 5 April 2018. 
0 Comments
    Picture

    Berita

    Memuat berbagai berita penting dalam kategori : Berita Nasional, Berita Internasional, Serambi Tiongkok

    Archives

    January 2021
    December 2020
    November 2020
    October 2020
    August 2020
    January 2020
    December 2019
    November 2019
    October 2019
    September 2019
    July 2019
    June 2019
    May 2019
    April 2019
    December 2018
    November 2018
    October 2018
    September 2018
    May 2018
    December 2017
    June 2017
    May 2017
    April 2017

    Categories

    All
    Berita Nasional
    Islam Tiongkok
    Muhammadiyah Beijing
    Muhammadiyah China
    Muhammadiyah Nanjing
    Muhammadiyah Shanghai
    Muhammadiyah Tiongkok
    Muhammadiyah Wuhan
    PCIMT Beijing
    PCIM Tiongkok
    PCIMT Shanghai
    PCIMT Wuhan
    PPI Tiongkok
    PRIM Nanjing
    Serambi Tiongkok

    RSS Feed

    Bekerjasama Dengan BPTI UHAMKA

BERANDA
BERITA     
WAWASAN
  

REPORTASE NETIZEN
​OPINI NETIZEN
AGENDA
GALERI
POLING ARTIKEL FAVORITE
Flag Counter
Picture
​

PCIM TIONGKOK
kabarmutiongkok.org
Di Dukung Oleh BPTI UHAMKA