(Firmansyah/PCIMT /LPB)
Kemudian sambutan dilanjutkan oleh Ustadz Taufik sekaligus kuliah tujuh menit sebelum memasuki waktu berbuka puasa. Ustadz Taufiq membacakan QS. At-Tin ayat 1 yang berbunyi wat-tīni waz-zaitụn, wa ṭụri sīnīn yang artinya: Demi (buah) Tin dan (buah) Zaitun, demi gunung Sinai. Kemudian lanjutan QS. At-Tin ayat 4-5 yang berbunyi laqad khalaqnal-insāna fī aḥsani taqwīm, ṡumma radadnāhu asfala sāfilīn yang artinya: sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya, kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya.
“Allah SWT telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya, manusia ini diciptakan menjadi makhluk yang paling sempurna melebihi makhluk-makhluk ciptaan lainnya. Allah SWT memberikan kesempatan bagi kita manusia dengan bekal kebebasan sehingga kita diberi kebebasan untuk bertindak, memilih dan memberikan bekal kepada kita umat manusia berupa ilmu sehingga kita memiliki kekuatan lebih berupa daya untuk mengakomodir, menyimpulkan sesuatu, memberi nama, mengidentifikasi sesuatu sampai kemudian menjadi teori. Antara kebebasan dan ilmu ini lah yang tidak boleh dilepaskan oleh diri kita sebagai manusia, ketika kita ini diberi tugas untuk mengelola dunia di atas muka bumi ini maka dalam diri kita akan timbul sebuah keinginan atau hasrat agar kita menjalani tugas ini sebaik mungkin untuk kebahagiaan pribadi, keluarga maupun lingkungan kita”, terang beliau.
(Firmansyah/PCIMT/LPB)
(Firmansyah/PCIMT/LPB)
(Firmansyah/PCIMT/LPB)
Mawar semerbak ingin dipetik,
Ramadhan suci sudah dijelang,
Umat Beijing berbahagia ada ustadz Taufiq”
(Firmansyah/PCIMT/LPB)
Billahi fi sabililhaq fastabiqul khairat