MILAD KE 106 MUHAMMADIYAH, TA’AWUN UNTUK NEGERI MELALUI KAJIAN LITERASI KEUANGAN
Visi muhammadiyah adalah sebagai gerakan Islam yang berlandaskan Al-Qur’an dan as-Sunnah dengan watak tajdid yang senantiasa istiqamah dan aktif dalam melaksanakan dakwah Islam amar ma’aruf nahi mungkar di segala bidang, sehingga menjadi Rahmatan Li Al-‘Alamin bagi umat, bangsa dan peradaban dunia, menuju terciptanya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya yang diridhai Allah SWT dalam kehidupan di dunia ini. Muhammadiyah di dirikan oleh KH. Ahmad Dahlan pada tanggal 18 November 1912 silam di Kauman - Yogyakarta. Selama perjalanan 106 tahun, Muhammadiyah sampai saat ini telah memiliki ribuan amal usaha di berbagai bidang dan terus meluaskan dakwahnya di dalam Negeri maupu di luar Negeri.
Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah Tiongkok (PCIMT) pertama kalinya sejak berdiri 18 November tahun 2016 mengadakan kegiatan dalam rangka Milad Muhammadiyah ke-106 yaitu Pengajian Literasi Keuangan yang bekerjasama dengan Perwakilan Bank Indonesia di Beijing. Sebagai penyelenggara kegiatan ini adalah Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah Tiongkok Regional Beijing (PCIMT Reg-Beijing) didukung oleh KBRI Beijing, Bank Indonesia (BI), Lingkar Pengajian Beijing (LPB) dan PPI-Tiongkok. Sedangkan tamu undangan yang hadir di antaranya adalah dari LPB, PPIT, BIT Indonesia, perwakilan Mahasiswa Tsinghua University, dan Perwakilan Mahasiwa Aceh di Beijing. Kegiatan ini juga bertepatan dengan Milad ke-03 untuk PCIM Tiongkok yang saat ini diketuai oleh Bapak Endy Sjaiful Alim.
Tema kegiatan ini adalah “Ta’awun untuk Negeri”, rangkaian kegiatan ini diantaranya adalah pembacaan ayat suci Al-Qur’an, menyanyikan lagu Indonesia Raya, Mars Muhammadiyah, Kilas balik Muhammadiyah, Sambutan, Pengumuman Pemenang lomba artikel favorit dan Pengajian Literasi Keuangan.
(Sumber: Alwynni/BUCT)
(Sumber: Oki Irawan/Bidang Kader)
Bagi Amerika, ini bukanlah hal baru untuk melakukan pengenaan tarif ke Negaranya. Karena jika kita review kembali tahun 1980an presiden Bush melakukan hal yang sama terhadap Jepang saat Amerika mengalami defisit. Saat ini presiden Amerika Donald Trumph ingin memproteksi Negaranya dengan melakukan pengenaan tarif untuk tetap menjadi Negara pertama dalam memimpin ekonomi dunia dan salah satu alasannya adalah Amerika dengan China mengalami defisit perdagangan pada tahun 2017 sekitar $375 miliar.
Salah satu dari sekian banyak faktor yang menyebabkan defisit perdagangan itu misalnya Tiongkok memiliki teknologi yang sangat maju akan tetapi mereka tetap mensyaratkan untuk tetap menerapkan kebijakan transfer teknologi. Ada persyaratan apabila perusahaan Amerika masuk ke Tiongkok, mereka harus berkolaborasi dengan perusahaan lokal dan harus mentransfer teknologi. Hal ini yang menyebabkan Donald Trump merasa kecolongan dan berpendapat bahwa Tiongkok telah mencuri teknologi mereka melalui persayaratan tersebut sehingga itu yang membuat teknologi Tiongkok maju.
Disisi lain hak intelektual atau HAK CIPTA menjadi masalah serius karena akhir-akhir ini Tiongkok dapat meniru suatu produk atau barang dengan kualitas serupa atau bahkan lebih inovatif dan kompetitif harganya. Dalam analisisnya, bapak Agung Memberikan gambaran bahwa Inilah yang menyebabkan Amerika melakukan pengenaan tarif khususnya terhadap Tiongkok dengan membangun argumen defisit perdagangan ini.
Kemudian apa saja dampak yang akan dirasakan oleh semua Negara khususnya Indonesia dari perang dagang? Dampak pertama, yang saat ini dirasakan adalah ketidakpastian terhadap bisnis yang terjadi dalam pasar keuangan sehingga menimbulkan volatilitas terhadap nilai tukar uang , inilah yang menyebabkan nilai tukar uang menjadi fluktuatif. Dampak kedua adalah dari sisi perdagangan, karena adanya pengenaan tarif tadi menyebabkan volume perdagangan akan mengalami penurunan sehingga pertumbuhan ekonomi juga akan turun. Dampak ketiga yaitu berdampak pada Supply Chain atau rantai pasokan yang terjadi dalam perdagangan antar Negara. Dari 3 dampak tersebut yang sudah dirasakan Indonesia saat ini adalah dampak yang pertama yaitu ketidakpastian investasi, perdagangan, berbisnis dalam pasar keuangan. Bagaimana Indonesia menyikapi Trade War atau perang dagang ini? Indonesia dapat melihat itu sebagai peluang yang ada di perang dagang karena beberapa list barang yang dikenakan tarif oleh Amerika ada intersepsi dengan ekspor Indonesia. Indonesia harus siap memanfaatkan peluang-peluang yang terjadi dalam kondisi Trade War atau perang dagang seperti saat ini. Kemudian pasar keuangan kita jangan ketergantungan terhadap mata uang Dollar ($) salah satunya dengan cara melakukan perjanjian bilateral currency kepada beberapa Negara seperti Thailand, Malaysia dan lain-lain sehingga kita punya ketahanan atau kekuatan dalam menghadapai masalah seperti Trade War atau perang dagang ini dan lainnya. Hal-hal semacam inilah yang perlu dipersiapkan oleh Indonesia dan berharap Amerika tidak melakukan kenaikan pengenaan tarif seperti apa yang telah direncanakan di bulan Januari 2019 karena Trade War atau perang dagang ini tidak memberikan keuntungan apapun ke semua Negara.
(Sumber: Oki Irawan/Bidang Kader)
Bisa kita tarik kesimpulan dari video ini adalah bagaimana Ekonomi Tiongkok yang sebelumnya hanya dipandang sebelah mata dan bisa tumbuh begitu cepat dalam kurun waktu 40 tahun semenjak reformasi yang dilakukan oleh Mao Zedong. Dalam rangka menghadapi Trade War atau perang dagang kita bisa belajar dari China dari beberapa hal seperti koordinasi kebijakan pemerintah dari atas hingga ke bawah terjalin sangat baik agar berjalan searah.
Kita tidak cukup hanya melakukan seminar atau berdiskusi, tapi apa yang akan kita berikan untuk kemajuan Negara kita itulah yang dilakukan oleh pemuda Tiongkok, melakukan sesuatu untuk membantu kemajuan Negaranya. Tiongkok selalu percaya apa yang mereka lakukan itu “is the best” karena mereka tahu apa yang paling baik untuk Negaranya. Tiongkok juga dapat mengubah target marketnya secara cepat terlihat dari pertumbuhan nilai ekspornya pada bulan Juli yang meningkat sebesar 24% dengan mengubah marketnya ke Negara Eropa. "Inilah hal-hal yang dapat kita ambil pelajaran dari Tiongkok, bagaimana pertumbuhan ekonomi mereka tumbuh dengan cepat, dan ini menjadi tugas kita bersama khususnya para pemuda sebagai calon pemimpin di masa yang akan datang untuk membantu lajunya pertumbuhan ekonomi di Negara kita". Lanjut Bapak Arief Selaku moderator.
(Sumber: Oki Irawan/Bidang Kader)
(Sumber: Oki Irawan/Bidang Kader)
Billahi fi sabilil hak fasthabiqul khairat
M. Firmansyah (Mahasiswa Master, Jurusan Business Management, Beijing University Chemical of Technology-Beijing)
Rev. & Ed:
Faqih Ma’arif (Mahasiwa Doktoral, Jurusan Teknik Sipil, Beijing University of Aeronautics and Astronautics-Beijing), Ketua PCIMT Regional Beijing dan Ketua Pukat Science dan Technology PPIT.