Suasana Kajian tentang “6 perkara dalam menuntut ilmu”
(Sumber: Noval Alwynni/Bidang kader)
(Sumber: Noval Alwynni/Bidang kader)
KAJIAN I : “6 PERKARA DALAM MENUNTUT ILMU”
Narasumber : Bapak Ustadz Adia Putra Wirman
(November 04, 2018)
Assalamualaikum Warahmatullah Wabarakatuh
Beijing-Tiongkok, Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan kesempatan pada kami, PCIMT – Regional Beijing untuk dapat mengadakan kajian keislaman dan Insha-Allah rutin kami adakan.
Minggu 04/11/2018, diawali dengan shalat Ashar berjamaah menjadi pembuka kajian kami yang dipimpin oleh Kepala bidang media, IT & Pers Bapak Arief Fitriyanto mahasiswa program Ph.D. BUCT. Setelah shalat Ashar kami membuka kajian tentang perkara dalam menuntut ilmu yang disampaikan oleh Ustadz Adia Putra Wirman mahasiswa program Ph.D. BUCT. Materi yang disampaikan sangat menarik ditambah suasana yang sejuk dan bubur kacang hijau hangat menjadikan kajian ini begitu hikmat dirasakan oleh kami.
Dalam materinya, beliau mengatakan bahwa ada 6 perkara yang dimiliki para penuntut ilmu yang dinasehatkan dari ulama besar islam yaitu Imam Syafi’i yang mengatakan bahwa:
“Saudaraku, kamu tidak akan mendapatkan ilmu, kecuali dengan enam perkara: (1) Kecerdasan, (2) Antusias (terhadap ilmu), (3) Kesungguhan, (4) Harta (bekal), (5) Bergaul dengan guru, (6) Waktu yang panjang / sesuai kebutuhan proses yang diperlukan.”
Adapun penjelasan dari Ustadz Adia Putra Wirman tentang nasehat yang diberikan oleh ulama besar Imam Syafi’i. Kecerdasan, seorang penuntut ilmu harus memiliki kecerdasan karena kecerdasan dapat membantu seseorang dalam mempermudah memahami ilmu itu sendiri. Antusias (terhadap ilmu), seseorang harus memiliki antusias terhadap ilmu itu sendiri agar memiliki semangat dalam memahaminya. Kesungguhan, seseorang harus memiliki niat sungguh-sungguh agar selalu giat dan tekun dalam menuntut ilmu. Harta (bekal), harus mempunyai bekal atau harta dalam menuntut ilmu karena berapa banyak bekal atau harta yang harus kita keluarkan dalam menuntut ilmu mulai dari tingkat pendidikan sekolah dasar sampai mendapatkan gelar sarjana dan bahkan sampai gelar profesor.
Maka dari itu, bersyukurlah kita yang telah mendapatkan beasiswa karena sudah dimudahkan dalam menuntut ilmu untuk menggapai cita-cita yang kita inginkan dalam pendidikan. Bergaul dengan guru atau ustadz, kita bisa bertanya secara langsung apabila kita mendapatkan kesulitan dalam menuntut ilmu itu agar dapat terselesaikan dan mendapatkan berkah dari guru atau ustadz untuk ilmu itu sendiri. Dalam agama Islam pun sudah dijelaskan bahwasanya kita sebagai penuntut ilmu tidak boleh membenci guru, ustadz atau para ulama jika kita sudah membenci guru, ustadz atau para ulama maka yang terjadi adalah adanya bencana. Waktu yang efesien, dalam menuntut ilmu membutuhkan proses sesuai waktu yang dibutuhkan. Apapun yang terjadi seharusnya kita dapat menerima dan mengikhlaskannya kepada Allah SWT karena akan ada waktunya kita mendapatkan pertolongan dari Allah SWT jika kita mendapatkan kesulitan dalam menuntut ilmu.
Serius tapi santai (STS) suasana penuh hangat saat kajian
(Sumber: Elmy Nur Azizah/Bendahara)
(Sumber: Elmy Nur Azizah/Bendahara)
Kemudian beliau menambahkan sebuah cerita seseorang yang gigih dalam menuntut ilmu dari Andalusia (Spanyol). Kala itu, saat islam berjaya di tanah eropa khususnya di Andalusia suatu Negara Islam yang dipimpin seorang khalifah namun kejayaan itu telah tiada karena orang-orang kafir menghancurkannya dan mengusir orang islam dari negara tersebut. Kini tinggalah beberapa tanda sejarah kejayaan Islam kala itu yang masih ada di Negara tersebut, terlepas dari hal ini ada cerita seseorang yang gigih dalam menuntut ilmu. Dia ingin menuntut ilmu hadits kepada ulama besar yang bernama Imam Ahmad Bin Hambal, beliau seorang pakar hadits dari Baghdad yang terkenal.
Bayangkan betapa jauhnya dari Andalusia (Spanyol) ke Baghdad dan pada saat itu hanya dapat ditempuh dengan berjalan kaki, artinya butuh pengorbanan yang besar seperti uang maupun waktu yang harus ia korbankan. Sesampainya di Baghdad, ia mendapatkan kabar berita tentang Imam Ahmad Bin Hambal yang ditawan atau mendapatkan hukuman dari sang penguasa saat itu. Beliau tidak boleh keluar dari rumahnya dan dilarang bertemu maupun menyebarkan ilmu yang dimilikinya kepada siapapun. Ada rasa kecewa dan putus asa yang dirasakan oleh si penuntut ilmu tersebut karena dia sangat susah menemui Imam Ahmad Bin Hambal, terlebih rumah Imam Ahmad Bin Hambal selalu diawasi oleh penjaga atau mata-mata yang siap melapor kepada sang penguasa setiap saat. Namun si penuntut ilmu tersebut tetap ingin bertemu dengan Imam Ahmad Bin Hambal. Suatu saat ada kesempatan si penuntut ilmu tersebut untuk bertemu dengan Imam Ahmad Bin Hambal di rumahnya, dia berkata “Saya adalah pengembara dan penuntut ilmu dari Andalusia”. Mendengar hal itu Imam Ahmad Bin Hambal takjub dan berkata “Sungguh besar pengorbananmu untuk sampai di sini. Apa yang bisa saya berikan kepada Anda ?”. Si penuntut ilmu tersebut menjawab “Saya hanya ingin membutuhkan hadits dari engkau”. “Bagaimana caranya? sedangkan kamu tahu saat ini saya adalah tahanan sang penguasa, saya tidak diperbolehkan membagi ilmu saya dan bertemu dengan siapapun” jawab Imam Ahmad Bin Hambal. Ide pun muncul dari si penuntut ilmu itu, terus dia sampaikan ide itu kepada Imam Ahmad Bin Hambal : “Bagaimana menurut tuan jika saya datang ke tempat Tuan dan menyamar sebagai pengemis serta berucap layaknya pengemis dengan imbalan hadits sebagai bayarannya.” Akhirnya ide itu diterima oleh Imam Ahmad Bin Hambal, keesokan harinya si penuntut ilmu itu melaksanakan ide yang telah mereka sepakati.
Dengan menyamar sebagai pengemis, dia mengetuk rumah Imam Ahmad Bin Hambal dan Imam Ahmad Bin Hambal memberikan 1 hadits kemudian si penuntut itu pergi dari rumahnya. Hal ini dilakukan setiap hari dan berlangsung dengan waktu yang lama, sedikit demi sedikit ia mengumpulkan hadits-hadits yang diterimanya sampai tak ada lagi hadits yang diberikan oleh Imam Ahmad Bin Hambal. Kemudian kembalilah si penuntut ilmu itu ke Andalusia, seiring waktu berjalan Imam Ahmad Bin Hambal telah dibebaskan dari hukumannya karena bergantinya sang penguasa dan beliau diperbolehkan untuk bertemu dan berbagi ilmunya kepada orang lain. Suatu ketika si penuntut ilmu itu berkunjung ke Baghdad dan menghadiri kajian dari Imam Ahmad Bin Hambal, kemudian Imam Ahmad Bin Hambal meminta si penuntut ilmu itu untuk duduk di sebelahnya dan beliau berkata “Wahai para hadirin, saksikanlah bahwa di sebelah saya ini adalah penuntut ilmu sejati”.
Ada pesan yang dapat kita ambil dari cerita ini adalah bahwa menuntut ilmu harus cerdas, dia membuktikannya lewat ide yang dia buat dan dijalankannya dengan sungguh-sungguh. Butuh proses sesuai tantangan sehingga perlu kesabaran dan kegigihan dalam mengatur waktu. Butuh pengorbanan harta benda oleh si penuntut ilmu yang ada dalam cerita tersebut, untuk bisa dekat dengan Imam Ahmad Bin Hambal sebagai gurunya.
Kemudian kajian diakhiri dengan shalat Maghrib berjamaah yang dipimpin oleh Bapak Ustadz Adia Putra Wirman mahasiswa program Ph.D. BUCT dan makan malam bersama di salah satu resto halal.
Bayangkan betapa jauhnya dari Andalusia (Spanyol) ke Baghdad dan pada saat itu hanya dapat ditempuh dengan berjalan kaki, artinya butuh pengorbanan yang besar seperti uang maupun waktu yang harus ia korbankan. Sesampainya di Baghdad, ia mendapatkan kabar berita tentang Imam Ahmad Bin Hambal yang ditawan atau mendapatkan hukuman dari sang penguasa saat itu. Beliau tidak boleh keluar dari rumahnya dan dilarang bertemu maupun menyebarkan ilmu yang dimilikinya kepada siapapun. Ada rasa kecewa dan putus asa yang dirasakan oleh si penuntut ilmu tersebut karena dia sangat susah menemui Imam Ahmad Bin Hambal, terlebih rumah Imam Ahmad Bin Hambal selalu diawasi oleh penjaga atau mata-mata yang siap melapor kepada sang penguasa setiap saat. Namun si penuntut ilmu tersebut tetap ingin bertemu dengan Imam Ahmad Bin Hambal. Suatu saat ada kesempatan si penuntut ilmu tersebut untuk bertemu dengan Imam Ahmad Bin Hambal di rumahnya, dia berkata “Saya adalah pengembara dan penuntut ilmu dari Andalusia”. Mendengar hal itu Imam Ahmad Bin Hambal takjub dan berkata “Sungguh besar pengorbananmu untuk sampai di sini. Apa yang bisa saya berikan kepada Anda ?”. Si penuntut ilmu tersebut menjawab “Saya hanya ingin membutuhkan hadits dari engkau”. “Bagaimana caranya? sedangkan kamu tahu saat ini saya adalah tahanan sang penguasa, saya tidak diperbolehkan membagi ilmu saya dan bertemu dengan siapapun” jawab Imam Ahmad Bin Hambal. Ide pun muncul dari si penuntut ilmu itu, terus dia sampaikan ide itu kepada Imam Ahmad Bin Hambal : “Bagaimana menurut tuan jika saya datang ke tempat Tuan dan menyamar sebagai pengemis serta berucap layaknya pengemis dengan imbalan hadits sebagai bayarannya.” Akhirnya ide itu diterima oleh Imam Ahmad Bin Hambal, keesokan harinya si penuntut ilmu itu melaksanakan ide yang telah mereka sepakati.
Dengan menyamar sebagai pengemis, dia mengetuk rumah Imam Ahmad Bin Hambal dan Imam Ahmad Bin Hambal memberikan 1 hadits kemudian si penuntut itu pergi dari rumahnya. Hal ini dilakukan setiap hari dan berlangsung dengan waktu yang lama, sedikit demi sedikit ia mengumpulkan hadits-hadits yang diterimanya sampai tak ada lagi hadits yang diberikan oleh Imam Ahmad Bin Hambal. Kemudian kembalilah si penuntut ilmu itu ke Andalusia, seiring waktu berjalan Imam Ahmad Bin Hambal telah dibebaskan dari hukumannya karena bergantinya sang penguasa dan beliau diperbolehkan untuk bertemu dan berbagi ilmunya kepada orang lain. Suatu ketika si penuntut ilmu itu berkunjung ke Baghdad dan menghadiri kajian dari Imam Ahmad Bin Hambal, kemudian Imam Ahmad Bin Hambal meminta si penuntut ilmu itu untuk duduk di sebelahnya dan beliau berkata “Wahai para hadirin, saksikanlah bahwa di sebelah saya ini adalah penuntut ilmu sejati”.
Ada pesan yang dapat kita ambil dari cerita ini adalah bahwa menuntut ilmu harus cerdas, dia membuktikannya lewat ide yang dia buat dan dijalankannya dengan sungguh-sungguh. Butuh proses sesuai tantangan sehingga perlu kesabaran dan kegigihan dalam mengatur waktu. Butuh pengorbanan harta benda oleh si penuntut ilmu yang ada dalam cerita tersebut, untuk bisa dekat dengan Imam Ahmad Bin Hambal sebagai gurunya.
Kemudian kajian diakhiri dengan shalat Maghrib berjamaah yang dipimpin oleh Bapak Ustadz Adia Putra Wirman mahasiswa program Ph.D. BUCT dan makan malam bersama di salah satu resto halal.
Suasana makan malam bersama
(Sumber: M. Firmansyah, Sekretaris umum PCIMT-Regional Beijing)
(Sumber: M. Firmansyah, Sekretaris umum PCIMT-Regional Beijing)
Semoga dari kajian ini kita dapat mengambil hikmahnya dan lebih bersungguh-sungguh lagi dalam menuntut ilmu dan mampu menggunakan waktu yang kita miliki seefektif dan seefesien mungkin. Gunakanlah kesempatan yang kita miliki karena tak banyak orang yang memiliki kesempatan yang sama dengan kita dan mari kita berlomba-lomba dalam kebaikan. Salam dari kami, sang penuntut ilmu di Kota Beijing.
Penulis:
M. Firmansyah (Mahasiswa Master, Jurusan Business Management, Beijing University Chemical of Technology-Beijing / Sekretaris Umum PCIMT-Regional Beijing)
Rev.& Ed.:
Faqih Ma’arif (Mahasiwa Doktoral,Jurusan Teknik Sipil, Beijing University of Aeronautics and Astronautics-Beijing / Ketua Umum PCIMT Regional Beijing)
M. Firmansyah (Mahasiswa Master, Jurusan Business Management, Beijing University Chemical of Technology-Beijing / Sekretaris Umum PCIMT-Regional Beijing)
Rev.& Ed.:
Faqih Ma’arif (Mahasiwa Doktoral,Jurusan Teknik Sipil, Beijing University of Aeronautics and Astronautics-Beijing / Ketua Umum PCIMT Regional Beijing)